Mendengar penawaran dari pelayan kafe tersebut Hani hanya bisa diam, sementara Razka dengan tegas menegur pelayan tersebut.
“Bukan kah tidak boleh menyambi jualan saat bekerja? Apa manajer kamu tahu? Apa ini produk kafe juga? Kalau ternyata ini jualan kamu pribadi, saya bisa laporkan kamu ke manajer kafe!” cecar Razka memberi pelajaran pada pelayan itu.
Pelayan tersebut tampak ketakutan mendengar penegasan Razka. Ia kemudian memohon maaf dan mengatakan jika ia hanya disuruh oleh salah seorang pengunjung kafe wanita yang memberikannya tips. Ia kemudian menunjuk meja pengunjung yang menyuruhnya.
Saat Razka dan Hani juga pelayan tersebut menoleh ke meja pengunjung tersebut, tak ada siapa-siapa di sana. Sontak pelayan kafe kembali meminta maaf dan bergegas pergi meninggalkan meja Razka dan Hani. Razka pun menghibur Hani agar tak memikirkan ucapan pelayan tersebut.
Tiba-tiba, Hani kembali membahas soal Hani Anstasya alias Tasya pada Razka. “Apa nggak mau coba ketemu dulu? Dari foto profilnya yang terdaftar di aplikasi dia cantik loh, Ka. Cocok sama kamu.”
Razka memandang Hani tajam seolah bosan dengan pembahasan ini. “Justru dari fotonya saja aku langsung tidak suka.”
“Kenapa kamu nggak suka perempuan yang glamor? Apa kamu sendiri berpenampilan sederhana?” celetuk Hani membuat Razka melongo.
“Aku memang hanya pelayan kafe, tapi aku masih paham soal barang-barang bermerek,” lanjut Hani.
“Ehm, ini…” Razka seolah belum mempersiapkan jawaban untuk hal ini.
Hani kemudian mengajak Razka pulang karena entah mengapa ia jengah rasanya saat ini, ada kekecewaan dalam hatinya karena ia tidak bertemu dengan pria yang seharusnya menemuinya.
Razka memanggil Hani yang lebih dahulu berjalan di depannya. “Han, Han, kamu marah?”
Hani menggeleng dan tersenyum sembari terus melanjutkan langkahnya.
###
Keesokan harinya saat bekerja, Ayun dengan gayanya yang heboh mengajak Hani bergosip. Sayangnya, subyek yang dibawakan Ayun hari ini adalah adik Hani sendiri. Ayun menunjukkan foto Clara bersama seorang pria yang usianya jauh lebih tua darinya.
Hani mengambil ponsel Ayun untuk memastikan bahwa benar Clara yang ada dalam foto itu. “Kamu dapat dari mana?”
Ayun menceritakan bahwa temannya yang juga berteman dengan Arya, tak sengaja bertemu Clara di mall saat bersama pria tersebut. Foto itu sebenarnya akan ditunjukkan pada Arya, hanya saja ia tak mau ikut campur hubungan orang lain, jadi foto itu hanya dikirimkan ke Ayun. Ayun bermaksud mengkonfirmasi kebenaran foto ini.
Hani tidak mengetahui apa-apa soal ini. Ia bahkan tak tahu menahu siapa pria tersebut. Yang ia pikirkan justru Arya yang dikhianati oleh adiknya sendiri. Bukan karena masih ada perasaan, meskipun memang sedikit sulit melupakan hubungannya terdahulu dengan Arya, hanya saja ia tak tega melihat Arya jika mengetahui hal ini. Hani pun tidak peduli dengan tingkah adiknya yang bisa saja menjadi simpanan om om, ditegur pun sang ibu akan tetap membela adiknya.
“Apa jangan-jangan atasannya?” tuduh Ayun polos.
Hani tiba-tiba teringat jika Clara memang sedang dipromosikan menjadi karyawan tetap. Ia menduga dugaan Ayun bisa saja benar, mengingat Clara hanya lulusan SMA, bagaimana bisa ia diangkat menjadi karyawan tetap bila tidak ada bantuan dari atasannya, dan hal itu tentu ada imbalannya. Sedangkan akhir-akhir ini, Clara sering pulang malam dan bertengkar dengan Arya. Apa itu alasan pertengkaran mereka? Atau memang Arya pernah memergoki Clara berselingkuh?
Di tengah-tengah obrolannya bersama Ayun, salah seorang teman kerjanya meminta Hani mengantarkan buku menu pada pengunjung kafe yang baru saja datang dan duduk.
Hani kemudian menghampiri meja tersebut dan memberikan buku menu. “Selamat siang, silakan, Kak.”
Pengunjung perempuan itu memandang Hani cukup lama dengan tatapan meremehkan. “Kamu yang namanya Hani?”
Hani seketika teringat bahwa pengunjung perempuan itu adalah Tasya, Hani Anastasya yang tertukar dengan dirinya saat kencan buta. Ia membalas tatapan Tasya dengan penuh kekaguman. Wajah aslinya bahkan lebih cantik dari foto di profilnya. Andai tidak ada kekeliruan ini Tasya benar-benar serasi dengan Razka.
Tasya pun tanpa basa basi memperkenalkan dirinya yang menjabat sebagai seorang CEO. Dia lah yang lebih pantas untuk Razka yang juga seorang CEO perusahaan ayahnya. Tasya juga mengingatkan Hani untuk sadar akan siapa dirinya. Perbedaan mereka terlalu jauh. Keluarga Razka tidak akan merestui hubungan mereka.
“Sebelum terlalu jauh, lebih baik sudahi saja kedekatanmu dengan Razka. Tolong kamu berkaca,” ucap Tasya dengan sangat lembut dan beretika, meski kata-katanya sama sekali tidak bermoral.
Hani hanya diam menahan air matanya agar tidak terjatuh.
“Silakan, mau pesan apa, Kak?” tanya Hani mempersilakan Tasya memilih menu.
Tasya melanjutkan ucapannya. “Ehm, aku sudah meminta Razka untuk bertemu, tapi dia menolakku karena ternyata dia sedang dekat denganmu. Jadi tolong dengan hormat kamu bisa meminta Razka untuk menemui aku. Jangan cegah dia untuk bertemu dengan yang lebih pantas untuknya, karena sampai kapan pun kamu tidak akan bisa bersama dengannya.”
Hani kembali mengulangi pertanyaannya agar ia bisa mencatat pesanan Tasya karena sedikit pun ia tak ingin membahas soal ini di tempat kerjanya.
Dengan tersenyum manis, Tasya membuka buku menu dan memilih acak makanan dan minuman yang akan dipesannya, karena tujuan ia datang ke kafe adalah untuk berbicara pada Hani.
“Aku pikir kamu itu cantik, langsing, sempurna lah, jadi setidaknya biarpun kamu hanya seorang pelayan kafe, ada alasan kenapa Razka bisa mau sama kamu,” ujar Tasya sembari mengembalikan buku menu pada Hani.
“Terima kasih, Kak. Mohon ditunggu ya,” pamit Hani.
Ia bergegas ke toilet dan meminta teman kerjanya yang lain untuk mengantar makanan ke meja Tasya nanti.
Air matanya jatuh, tak bisa lagi ditahan. Hatinya hancur dan sakit. Bukan hanya karena mendengar ucapan sadis Tasya, tetapi juga karena kebohongan Razka selama ini. Ia juga merasa Razka tak jujur soal Tasya yang ternyata telah menghubunginya agar mereka bisa bertemu. Itu artinya, semua ucapan Razka semuanya bohong, termasuk voucher reimburse itu.
“Jadi selama ini, dia menemuiku di hari kerja bukan karena cuti melainkan meliburkan diri karena ia anak dari pemilik perusahaannya sendiri? Apa pertemuan dengan Pak Angga saat itu juga bohong bila hanya karena pekerjaan? Rasanya tak mungkin, jika Razka hanya seorang karyawan biasa bisa meeting dengan bosku, apalagi mereka bisa seakrab itu,” ucapnya dalam hati.
Semenjak hari ini, ia memutuskan untuk mulai menjauhi Razka perlahan.
Seolah semesta tak mengizinkannya, Razka mengiriminya pesan saat ia tengah memikirkan tentang pria yang ternyata seorang CEO itu.
“Hani, apa kamu masih ingin pergi ke tempat ini? Kalau iya, hari Minggu nanti kita pergi ke sini ya. Menggantikan bosku yang tidak bisa hadir, sedangkan reservasinya tidak bisa dibatalkan.”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kasihan Hani
2023-12-19
1