Kembali Menjauh

Hani masih terdiam memandangi amplop tersebut.

“Han, kamu ‘kan sudah ikut lama dengan saya. Rasanya, saya sebagai bos kamu jarang sekali memberikan penghargaan untuk kamu. Hanya bonus lebaran dan komisi tambahan jika pengunjung sedang ramai. Saya ada sedikit reward untuk kerja keras kamu selama ini,” ucap Angga menyodorkan amplop tanpa banyak basa-basi.

Hani kebingungan karena bosnya justru memberikan amplop yang ternyata berisi uang padanya, padahal ia baru saja membuat kafe geger.

“Apa saya pantas mendapatkan ini, Pak?” Hani tak percaya Angga begitu baik padanya.

Angga menjelaskan kembali maksud dan tujuannya memberikan uang ini pada Hani. “Karena kamu adalah salah satu pelayan kafe saya yang jujur. Kamu masih ingat ‘kan soal dompet salah satu pengunjung yang ketinggalan, dan kamu menyimpannya. Bahkan ada pengunjung lain yang mau mengambilnya tapi berhasil kamu gagalkan. Saya mau semua pelayan kafe saya seperti kamu.”

Hani tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Angga. Meski sebenarnya, ia tak perlu mendapat apresiasi. Kejujuran adalah modal baginya, karena ia tak punya kelebihan lain selain sikapnya itu.

Hani juga mengingatkan kembali pada Angga agar tidak memberi tahukan kejadian pagi tadi kepada Razka.

“Siap, Bos!” tutur Angga membuat Hani tertawa.

###

Pagi ini, Bu Sukma tampak berbeda. Ia yang biasanya tak pernah menyiapkan sarapan untuk Hani, kali ini justru sangat rajin menyiapkan segala jenis makanan untuk putri sulungnya itu. Hani dibuat bingung akan sikap ibunya itu.

“Hani ‘kan sedang diet, Bu, kok malah disiapkan banyak makanan,” tegur Hani yang merasa masakan ibunya terlalu banyak.

“Hani yang ini saja, yang lainnya untuk Clara dan Ibu,” lanjut Hani.

“Clara sedang tugas ke luar kota, jadi ini semua untuk kamu. Ibu mau ada arisan setelah ini jadi takut nggak sempat masak nanti. Biar kalau pulang kerja, kamu bisa langsung makan,” jawab ibunya ramah, tak seperti biasanya.

Hani kemudian menggoda ibunya, yang tiba-tiba baik padanya. Ibunya pun menjelaskan bahwa ia tengah bahagia karena kedua putrinya akan segera menikah dengan lelaki kaya raya. Sontak Hani tersedak.

Bukan hanya ia teringat akan Razka yang sepertinya tidak mungkin menikahinya karena terhalang restu orang tua Razka, tapi juga tentang Clara. “Clara mau menikah dengan Arya?”

“Bukan, tapi dengan  bosnya di kantor. Kamu tau Han, mobilnya behh mewah. Ibu pengen diajakin jalan-jalan dengan mobil itu,” jawab ibunya polos tanpa perasaan bersalah.

Seketika Hani menegur ibunya dan mengingatkan jika atasan Clara kemungkinan besar memiliki anak dan istri. Tapi dugaan Hani terbantahkan oleh jawaban sang ibu yang mengatakan bahwa pria itu duda dan cerai hidup. “Begitu kata Clara.”

Hani merasa ada yang aneh. Rasanya Clara bisa saja berbohong pada ibunya. Tapi entah lah, ibunya sendiri yang mengatakan jika pun memang atasannya sudah berkeluarga, tak ada masalah jika Clara menjadi istri kedua. Jadi, percuma saja jika Clara berbohong soal status atasannya itu.

Hani juga mengingatkan ibunya untuk tidak terlalu banyak berharap pada hubungannya dengan Razka. “Kita itu berbeda dengan mereka, Bu. Sulit mendapat restu dari keluarganya. Lebih baik Hani jujur sekarang dari pada Ibu terlanjur berharap. Takutnya, Ibu kembali keras sama Hani kalau tahu ternyata Hani sudah tidak sama Razka lagi. ‘Kan Ibu baik karena ada maunya.”

Hani kemudian berpamitan berangat kerja tanpa mengindahkan ibunya yang masih ingin membahas soal hubungannya dengan Razka.

###

Semenjak kejadian di kafe saat itu, Hani mulai menjauhi Razka, sesuai permintaan ibu Razka. Entah bagaimana perasaannya sekarang, padahal ia sudah menduga sebelumnya bahwa hal ini pasti akan terjadi. Strata mereka yang berbeda jauh, seakan menciptakan tembok yang begitu tinggi. Sekeras apa pun Razka meyakinkannya, rasanya tidak akan semudah itu mereka menjalaninya.

Pertemuan pertama dengan calon mertua, yang seharusnya bisa menjadi momen paling berkesan indah, namun berujung nestapa karena penghinaan. Ia tak menyangka seorang istri pengusaha besar bisa berperilaku seburuk itu terhadap sesama manusia lainnya. Jauh berbeda dengan Razka, yang masih bisa menghargai sesamanya. Ibu Razka benar-benar persis seperti Tasya.

Tak sadar, Hani meneteskan air matanya.

Puluhan pesan dan panggilan Razka diabaikan olehnya.

Sementara itu, Razka pun dibuat kebingungan dengan sikap Hani yang kembali menjauhinya tiba-tiba. Perasaannya menjadi tidak enak, ia takut ada yang sengaja menghasut Hani untuk menjauhinya. Curiga akan sang ibu yang sudah mengetahui status Hani dari Tasya saat makan malam, Razka yang masih berada di rumah, memutuskan untuk menanyakan hal ini pada ibunya.

“Ibu bahkan tidak tahu siapa perempuan yang kamu maksud itu, kenapa malah nuduh Ibu yang bukan-bukan? Kamu menjadi berubah semenjak mengenal dia ya. Makanya ‘kan Ibu pernah bilang kalau mencari pasangan itu yang setara. Orang-orang yang berbeda status dengan kita, cenderung ugal-ugalan dan tidak memiliki attitude yang baik,” elak ibu Razka.

Razka tersenyum tipis mendengar kalimat ibunya. Ia tak sependapat dengan perkataan sang ibu dan mengambil contoh perilaku Tasya yang dianggap setara dengan mereka. Tasya justru memiliki kekurangan dalam berperilaku. Tak jauh-jauh, Razka juga menjadikan ibunya sebagai contoh. Ibunya yang seringkali juga tak bisa menyaring ucapannya terhadap orang lain.

“Jadi, status sosial tidak selalu berbanding lurus dengan sikap seseorang ‘kan? Semua itu kembali pada kepribadian masing-masing. Menurut Razka, sepertinya Tasya memang pantas menjadi anak Ibu. Kalian sama-sama jahat dan suka merendahkan orang lain hanya karena status sosialnya. Apa jangan-jangan, Razka bukan anak kandung Ibu?” ungkap Razka yang mengejutkan ibunya.

“Razka!”

Razka berlalu tak mengindahkan ibunya. Selama 30 tahun ia hidup, rasanya sifat ibunya tak pernah berubah. Entah apa yang bisa mengubahnya. Hal ini lah yang membuat ia lebih nyaman tinggal sendiri di apartemen.

Saat baru masuk ke dalam mobil, ponsel Razka berdering tanda ada pesan masuk. Ia buru-buru membukanya saat mengetahui pesan tersebut dari sang kekasih yang sudah ditunggunya. Senyumnya yang melebar kala melihat nama Hani, berubah muram setelah perlahan ia membaca isi pesan tersebut.

“Razka, terima kasih untuk semua yang sudah kamu berikan. Aku sangat bahagia bisa bertemu, bahkan jatuh cinta pada lelaki sepertimu. Tapi aku sadar, apa yang aku takutkan bukan lagi mimpi buruk, namun perlahan menjadi kenyataaan pahit. Aku harap kamu paham apa maksudku. Tanpa bermaksud apa pun, aku ingin menyudahi hubungan ini. Tolong kamu hargai keputusanku, jangan bertanya apa dan kenapa. Semuanya sudah jelas dan aku yakin kamu bisa memahaminya. Jauhi aku, jangan lagi mencariku.”

...****************...

Terpopuler

Comments

Eva Nietha✌🏻

Eva Nietha✌🏻

Suka sebel klo ada orkay bgitu

2024-02-19

2

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

sedihnya bikin nyesek 😭😭😭

2023-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!