Laras menjauh sejenak dan beranjak dari tempat duduknya, ia melangkah menuju meja pelayan dan hendak memesan minuman untuknya saat ini. Akan tetapi, tiba-tiba saja lengannya dicekal dari samping oleh seseorang yang tidak ia kenali dan tubuhnya ditarik paksa untuk keluar dari tempat itu.
Laras benar-benar panik, karena ia tidak tahu siapa orang yang menariknya saat ini dan apa tujuan orang tersebut membawanya pergi. Ia berpikir jika mungkin saja orang itu hendak memperkosanya, apalagi sudah banyak pria hidung belang yang selalu ingin melakukan itu padanya agar tidak perlu membayar.
"Awhh akhh, lepasin! Kamu siapa? Jangan macam-macam ya sama saya, lepasin saya!" Laras tampak sangat panik, lalu terus memukul-mukul tangan si lelaki.
Bukannya menurut, lelaki itu malah terus menariknya sampai menuju tempat sepi agar ia bisa leluasa bersama Laras disana. Sontak Laras semakin ketakutan, apalagi ia dibawa ke tempat yang sangat sepi dan hampir tidak ada siapa-siapa lagi disana.
"Lepasin saya, jangan kurang ajar ya kamu! Kamu mau apa?" sentak Laras.
"Sssttt, ini aku!" lelaki itu menatapnya, melepas masker di wajahnya dan tersenyum ke arah Laras saat ini.
"Hah kamu??" Laras tercengang melihatnya.
Kemudian, lelaki itu mendorong tubuhnya hingga menyentuh dinding disana dan mengungkungnya seolah tak membiarkan Laras untuk pergi dari sana. Ia mengusap kening berkeringat sang wanita dengan lembut, membuat jantung Laras berdebar begitu kencang.
"Liam, mau apa lagi sih kamu? Kita ini udah putus dan gak ada hubungan apa-apa lagi, kenapa kamu masih aja ganggu hidup aku?" tanya Laras dengan nada tinggi.
"Hm, putus kata kamu Laras? Aku belum menyetujui kata-kata itu sayang, jadi sampai sekarang aku masih anggap kamu pacar aku. Sebagai pacar yang baik, aku harap kamu mau nurut sama aku!" tegas Liam.
"Jangan gila kamu Liam! Aku gak mau, lepasin aku!" geram Laras.
"Sssttt, hey diam! Kamu lagi apa sih di tempat kayak gini, ha? Mau jual diri kamu, iya? Ya ampun Laras, segini nya ya kamu jadi perempuan!" ujar Liam.
"Apa urusannya sama kamu? Ini hak aku, jadi suka-suka aku dong!" ucap Laras.
"Emang iya itu terserah kamu, tapi ingat Laras kamu itu sudah menikah dan aku bisa saja melaporkan ini ke suami kamu!" ancam Liam.
Deg
Laras terhenyak mendengarnya, ancaman Liam benar-benar berhasil membuatnya takut dan sangat cemas kali ini. Memang benar apa yang dikatakan mantan kekasihnya itu tadi, jika dia bisa saja melapor pada suaminya dan hubungan rumah tangganya akan hancur begitu saja nantinya.
"Bagaimana Laras, apa kamu masih mau menolak aku sekarang? Kamu mau suami kamu tahu semua ini, hm?" tanya Liam.
"Ja-jangan Liam, aku mohon jangan lakukan itu! Lagipula, kamu punya bukti apa yang bisa kamu tunjukkan ke suami aku? Dia gak mungkin percaya gitu aja sama kata-kata kamu Liam," tantang Laras.
"Ohh, mau bukti? Okay, sebentar ya aku kasih lihat ke kamu?" ucap Liam santai.
Laras begitu penasaran dengan apa yang hendak diberikan oleh Liam padanya, ia yakin sekali jika pria itu tak mungkin memiliki bukti yang bisa diserahkan kepada suaminya. Namun dugaannya itu salah, karena kini Liam tampak menunjukkan sebuah video di ponselnya yang memperlihatkan dirinya tengah bersama om-om di club tadi.
"Gimana Laras, kamu udah puas sekarang? Aku gak bohong kan sama kamu, aku punya buktinya. Kamu sekarang gak bisa mengelak lagi, jadi aku yakin suami kamu pasti akan marah besar sama kamu!" ucap Liam.
"Hapus video itu Liam, kamu jangan macam-macam deh sama aku! Cepat hapus gak!" ucap Laras dengan tegas.
"Aku bisa aja hapus video ini Laras, asalkan kamu mau menuruti semua kata-kata aku sekarang. Gimana, kamu bersedia kan Laras?" ucap Liam.
Laras benar-benar bingung saat ini, ia menggeleng dan tampak tidak tahu harus melakukan apa untuk bisa lepas dari ancaman Liam yang sungguh menyusahkan dirinya. Tidak mungkin ia menolak perintah pria itu, karena nasibnya akan sangat berbahaya nanti jika sampai Liam memberikan video itu pada suaminya.
"Kamu emang mau minta apa dari aku, ha? Uang ya kan? Bilang aja berapa yang kamu mau Liam!" ucap Laras.
"Ck, aku gak butuh uang itu Laras. Aku bisa dapetin banyak uang hanya dalam satu kali gerakan, tapi aku lebih ingin kamu jadi milik aku seutuhnya," ucap Liam.
"Kamu gila ya Liam? Aku ini udah nikah dan punya suami," sentak Laras.
"Oh ya? Lalu, kenapa kamu masih bisa datang ke tempat ini dan jual diri kamu sama om-om di dalam sana?" ujar Liam.
Kali ini Laras dibuat tak berkutik oleh perkataan Liam, ia sudah terpojok dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi untuk dapat melawan pria itu. Kini Laras pun mulai pasrah, tak ada jalan lain baginya selain menurut dan mengikuti perintah mantan kekasihnya itu.
"Okay, aku akan nurut sama kamu. Sekarang aku mohon sama kamu, tolong hapus video itu dari hp kamu!" ucap Laras mengalah.
Liam menggeleng pelan, "Tidak semudah itu Laras, aku baru akan menghapus ini setelah kita menghabiskan malam ini dengan penuh kepuasan dan saling berbagi kenikmatan. Kamu pasti mau kan?" ujarnya.
"A-apa? Malam ini aku gak bisa ngelakuin itu Liam, a-aku harus—"
"Kenapa Laras? Kamu harus puasin om-om simpanan kamu yang tua bangka itu, iya? Jadi kamu lebih pilih sama dia dibanding aku gitu?" ucap Liam menyela.
"Bu-bukan Liam, kamu jangan salah kira dulu! Malam ini aku harus pulang ke rumah, supaya suami aku gak curiga!" ucap Laras.
"Bohong! Aku gak yakin kalau kamu akan pulang ke rumah kamu, bisa aja kamu malah balik sama si om-om itu. Sekarang mending kamu ikut sama aku deh, kita cari hotel di dekat sini!" ucap Liam dengan tegas.
Liam langsung meraih sebelah tangan wanita itu dan mencengkeramnya kuat, ia mengajak Laras untuk segera pergi mencari hotel terdekat yang bisa mereka jadikan tempat untuk saling memuaskan dan berbagi kenikmatan malam ini. Apalagi, Liam tampak sudah tidak tahan ingin segera menuntaskan gairah di dalam dirinya.
"Eee aku...."
Tiba-tiba saja, ponsel milik Laras berdering dan membuatnya sedikit terkejut serta reflek mengambil ponsel itu dari dalam tas. Laras begitu penasaran, lalu ketika ia melihat layar ponselnya terdapat nama sang suami disana yang menambah rasa paniknya.
"Mas Hartawan," Laras terlihat panik dan terus memandangi layar ponselnya sembari menggigit jarinya.
"Kenapa? Angkat aja kali, bilang kalau kamu lagi di club gitu!" seru Liam.
"Ish, diam kamu Liam! Jangan berani-berani kamu bicara yang aneh-aneh sama mas Har, ngerti kamu!" geram Laras.
Liam terkekeh saja dibuatnya, lalu Laras pun pergi menjauh setelah berhasil mendorong tubuh Liam dan memutuskan mengangkat telpon dari suaminya itu.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments