KUNTILANAK BONGKOK

Ketua OSIS mulai mencairkan suasa yang tadinya beku, ia mulai meraih Microfon, dan memulai ulang pengumuman.

"Hallo.. kenapa semuanya terdiam?" Ucap ketua OSIS.

Angin dingin masih menyelimuti lapangan sekolah itu, siswa-siswi nampak mematung dan belum menjawab, ucapan ketua OSIS, beberapa saat kemudian kepala sekolah mengambil alih microfon dari tangan ketua OSIS.

"Hallo.. tolong katakan sesuatu murid-murid!" Ucap kepala sekolah.

disaat yang bersamaan ketua OSIS menyadari sesuatu dan mendekati Fujiko.

"Dik, kamu tutup saja ya lukisannya, ikat dengan karet lagi." Ucap ketua OSIS.

Fujiko pun kembali menggulung kertas manila nya itu dan mengikatnya dengan karet. suasana kembali, angin dingin hilang dari lapangan, siswa-siswi kembali ribut, dan menoleh satu sama lain.

Kepala sekolah kembali menyerahkan microfon nya pada ketua OSIS, dan ketua OSIS kembali mengambil alih jalannya kegiatan.

"Baik.. sekian dari kelompok melati, terimakasih atas partisipasinya bagi Fujiko, karena sudah ikut menunjukkan karya seninya." Jelas ketua OSIS.

Fujiko kembali duduk dan masuk ke barisan, seluruh siswa-siswi baru yang ada di barisan nampak memperhatikan Fujiko yang berjalan membawa kertas manila besar itu di tangannya.

Beberapa jam berlalu, setelah kegiatan hari itu selesai, Fujiko duduk menunggu Sein menjemputnya di depan gerbang sekolah, Diana kembali menghampiri nya.

"Hai Fujiko.. kamu masih nunggu jemputan lagi ya?" Tanya Diana.

"Iya Diana." Jawab Fujiko singkat.

"Fujiko.. aku minta maaf ya soal tadi." ucap Diana.

"Minta maaf? emang kamu salah apa kok minta maaf Diana?" Tanya Fujiko.

"Iya, karena tadi aku gak bisa temenin kamu maju ke depan untuk presentasi." Jawab Diana.

"Iya gak apa-apa kok.. itu bukan masalah besar." Fujiko tersenyum.

"Oh iya Fujiko.. itu yang kamu gambar apa? tadi kamu belum menjelaskan apapun sudah di suruh duduk oleh ketua OSIS."

"Itu arwah." Jawab Fujiko.

"Ha? arwah apaan?" Diana kembali bertanya.

"Arwah kuntilanak bongkok" Ucap Fujiko.

Desiran angin dingin kembali menerpa sudut-sudut sekolah, rasa dingin tiba-tiba menusuk ke tulang, Diana kembali terdiam.

Beberapa detik berlalu dengan suasana dingin mencekam seperti itu, jemputan Diana yang nampaknya adalah ayah Diana datang, dan memanggil Diana.

"Hei Diana.. kamu sudah di jemput tuh." Fujiko menepuk pundak Diana seketika menyadarkan Diana.

Diana pun pergi pulang, sekarang Fujiko hanya sendirian menunggu Sein di depan gerbang sekolahnya. Namun tidak lama kemudian Sein datang.

"Hei Fujiko, ayo naik." Ucap Sein dari atas motornya.

Fujiko pun naik, mereka berdua berangkat pulang ke rumah, Sein sempat mengobrol dengan Fujiko selama perjalanan.

"Bagaiman Fujiko, lancar presentasi karya kamu hari ini?" Tanya Sein.

"Ku rasa tidak kak." Jawab Fujiko.

"Lo? ada apa? karya kamu bagus begitu kok." Ucap Sein.

"Iya, aku tidak tau.. ketua OSIS tidak menyuruh ku menjelaskan isi lukisan ku, dan langsung menyuruhku duduk setelah aku memperlihatkan lukisan ku." Jelas Fujiko.

Sein tidak bertanya lagi kenapa ketua OSIS menyuruhnya langsung duduk, kejadian di sekolah baru Fujiko tadi pagi pasti sama dengan kejadian saat Sein masuk dan melihat gambar itu kemarin.

Sesampainya di rumah Fujiko langsung masuk kamar dan duduk di kursi belajarnya di kamar, kemudian mengambil buku diary kecilnya di laci-laci.

"Dear Diary.. hari ini adalah hari presentasi ku tentang karya seni yang ku buat, namun sepertinya semua tidak berjalan lancar, tapi tidak apa-apa.. yang jelas aku membuatnya dengan sepenuh hati."

...***...

Waktu menunjukkan pukul 23.21, Fujiko nampak masih duduk mematung di dekat jendela kamarnya menghadap ke arah langit, Fujiko sangat suka menikmati malam, karena malam itu tenang.

Lily kemudian datang dan muncul di hadapan Fujiko, membuat Fujiko kaget.

"Huaaa!! Lily astaga.." Teriak Fujiko.

"Hihihi maaf, habisnya kamu bengong terus sih.." Ucap Lily.

"Fujiko.. aku baca tadi tulisan kamu di diary yang ku kasih, hari ini aku tidak datang sama sekali ke rumah mu atau ke sekolah mu, kamu baik-baik saja kan? dan, kenapa presentasi mu tidak berjalan lancar?" Tanya Lily.

"Iya, aku juga tidak tau.. Tiba-tiba suasana sekolah jadi kaku, yang membuatku tidak jadi presentasi." Jawab Fujiko.

"Boleh aku lihat lukisan mu?" Tanya Lily.

"Tentu.." Fujiko kemudian beranjak dan mengambil kertas manilanya yang tadi, kemudian menyodorkan nya ke Lily.

Lily membuka gulungan kertas itu dan melihat isinya, Lily kemudian bertanya kepada Fujiko.

"Hmm.. kamu dapat inspirasi dari mana buat gambar ini Fujiko?" Tanya Lily.

"Aku juga tidak tau, Tiba-tiba ide itu muncul di kepalaku dan memenuhi otakku, akhirnya ku salin ke kertas, dan jadilah sepert itu." Jawab Fujiko.

Beberapa saat kemudian angin dingin kembali muncul, menerpa rambut dan wajah Fujiko, namun ekspresi Fujiko masih datar.

Tiba-tiba sosok perempuan muncul di depan Fujiko dan Lily, sosok perempuan yang peris di lukisan itu, rambut terurai sampai ke tanah, badannya yang tinggi dan bongkok, lidahnya yang panjang dan menjuntai ke tanah, dan matanya yang berwarna merah melotot.

Lily kemudian langsung menyapanya.

"Hallo.. " Ucap Lily.

Fujiko menatap sosok itu dengan jelas, itulah sosok yang ia lukis di kertas manilanya, namun kali ini sosok itu berdiri langsung di hadapannya.

Sosok itu hanya terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata apapun, namun Lily mulai menjelaskannya kepada Fujiko.

"Fujiko.. dia itu adalah sosok kuntilanak bongkok, dia penunggu kuburan seberang, dia itu adalah sosok yang sangat ganas, dan suka memangsa manusia saat tengah malam, aku tidak tahu tujuannya apa sampai hadir ke pikiran kamu dan membuat kamu melukisnya sehingga dia merasa di undang untuk datang, namun tenang saja aku akan mengatasinya." Jelas Lily.

"Hei wahai kuntilanak bongkok, apa tujuan mu datang ke sini?" Tanya Lily.

"Serahkan gadis kecil itu, darahnya pasti sangat segar untuk ku minum malam ini." Ucap kuntilanak itu.

Sosok itu terbang dengan cepat ke arah Fujiko dan mencekiknya, namun Lily dengan cepat melepaskan cekikan kuntilanak itu.

"Hei, jangan sakiti temanku, atau kau akan berurusan dengan ku!" Ucap Lily.

"Diam kau, kau hanya arwah lemah, kau tidak akan bisa melawan ku." ucap kuntilanak bongkok itu.

Lily kemudian mendekati kuntilanak itu.

"Hati mu masih sangat pekat dengan dendam, jika kau terus-terusan seperti ini, kau hanya akan tersesat di dalam rasa sedih dan rasa pedih yang berkepanjangan." Ucap Lily.

Kuntilanak itu kemudian melirik ke arah Fujiko dan menatap wajah Fujiko, sorot mata gadis kecil itu tetap datar, meskipun barusan di serang, wajah lugu dan suci itu terlihat sangat cerah meskipun tanpa senyum, Fujiko kemudian beranjak dan mendekati Kuntilanak itu.

"Hei, kau tau rasa cinta dan kasih dalam kehidupan manusia? jika kau dulu nya manusia.. kau pasti pernah merasakannya, sama halnya seperti Hantu Lily, kini dia sudah merasakan cinta dan kasih yang membuat hatinya damai meskipun sudah menjadi arwah, jika kau merasakan cinta dan kasih itu, kau tidak akan merasa pedih menahan dendam seperti ini." Jelas Fujiko tersenyum kepada kuntilanak itu.

Mata merah kuntilanak itu seketika padam.. warnanya menjadi kembali bening, entah kenapa kata-kata Fujiko membuat kuntilanak itu menjadi lebih damai dan melupakan soal darah manusia, Kuntilanak itu kemudian pergi dan menghilang dari hadapan Fujiko seketika.

Lily tersenyum menyaksikan itu.

"Fujiko.. kamu berhasil membuatnya menjadi tidak merasakan dendam, mungkin itu hal yang aneh baginya sehingga ia langsung kabur dan menghilang, tapi aku yakin.. kuntilanak itu tidak akan lagi memikirkan soal dendam di hatinya." Jelas Lily.

Ketulusan hati dan kerendahan hati Fujiko membuat arwah penasaran yang kesumat dendam seperti itu menjadi netral, energi jahat yang di miliki oleh hantu itu tidak ada apa-apa nya jika di bandingkan ke sucian hati Fujiko yang menyadarkannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!