LEMBAR BERIKUTNYA

Pagi itu Fujiko terbangun dan melihat Sein di sampingnya, ia tidur dengan kakak sulungnya tadi malam. Fujiko mengusap-usap matanya, dan melihat ke jendela, matahari sudah terlihat bersinar terang di halaman rumahnya.

"kakakkk!!! ayo bangun, bukannya kakak hari ini ujian ya di sekolah?!" teriak Fujiko.

Sein langsung terbangun dan melihat jam di ponselnya.

"waduhhhh mampus aku, udah jam setengah 7 nih." gerutu Sein kemudian meloncat dari tempat tidurnya dan keluar kamar untuk mandi.

Fujiko masih duduk di tempat tidur, pagi itu dia merasa kondisi badannya tidak baik. beberapa saatnya ibunya masuk ke kamar.

"Fujiko, kamu tidak siap-siap ke sekolah?." tanya ibunya.

Fujiko terdiam dan terlihat lesu pagi itu. ibunya yang melihatnya langsung menghampirinya.

"Astaga Fujiko.. badan kamu panas sekali, kamu demam ini." ucap ibunya sambil meraba kening Fujiko.

"ini pasti gara-gara kamu main hujan kemarin!" ujar sang ibu.

"Maaf Bu.. " Fujiko berkata pelan.

"Hari ini kamu jangan sekolah dulu ya, sebentar ibu suruh Sein bawa surat keterangan sakit ke sekolah kamu." Ujar sang ibu kemudian keluar kamar. Fujiko merasa tidak nyaman, badannya terasa panas karena demam di tambah kepalanya yang terasa sakit membuatnya mual. Ibunya kemudian datang dan membawa air hangat dan obat untuk Fujiko.

"Ini minum dulu obatnya habis itu istirahat dulu ya, nanti ibu buatin bubur buat kamu." ucap sang ibu kemudian pergi keluar kamar.

Sein datang dari kamar mandi, Dan Fujiko keluar dari kamar Sein kemudian tidur di kamarnya sendiri.

"seharusnya aku sudah di sekolah jam segini." gumam Fujiko sambil menatap langit dari jendela kamarnya. Fujiko kemudian ingin menuliskan sesuatu di buku diary itu, sayangnya ia tidak punya teman jadi tidak ada satupun orang yang bisa di ajak interaksi, kecuali Sein. itupun Sein sekarang masih pergi ke sekolah. jadi Fujiko mempunyai satu pilihan yaitu menuliskan semua isi hatinya di buku diary kecil itu.

Fujiko beranjak dari tempat tidurnya dan duduk di meja belajarnya, tangannya membuka Laci-laci. Fujiko mengambil pena tinta merah itu lagi untuk di pakai menulis. Fujiko membuka lembar pertama dan melihat tulisannya kemarin malam, kemudian membuka lagi lembar kedua, namun pada lembar kedua nampak sudah ada tulisan.

aku juga sangat suka kerlap-kerlip bintang dan keheningan di malam hari. isi tulisan pada lembar kedua.

"Siapa yang menulis ini?!!" batin Fujiko. Fujiko kemudian menutup bukunya. beberapa saat kemudian ibunya datang dan membawakannya bubur.

"Fujiko, kamu semakin pucat.. apa kita ke dokter saja ya?" tanya ibunya. ibu Fujiko kemudian mengajak Fujiko ke dokter pagi itu.

sesampainya di dokter Fujiko di diagnose Flu ringan dan demam biasa, kemudian dokter meresepkan obat untuknya.

"Fujiko.. kamu jangan pernah lagi melawan nasehat ibu dan ayah ya, begini kan akibatnya.. kamu suka sekali main hujan." tegur sang ibu.

Fujiko hanya terdiam.. sebenarnya yang membuatnya demam bukan karena hujan kemarin.. tapi karena mimpi buruk yang ia alami malam itu. sesampainya di rumah Fujiko kembali beristirahat di kamarnya.

"kamu tidur dulu ya Fujiko, obat dokternya sebentar lagi bereaksi dan kamu pasti sembuh." ucap ibunya kemudian pergi dari kamar Fujiko.

entah mengapa Fujiko benar-benar merasa bosan, tidak ada yang bisa ia lakukan apalagi saat demam seperti ini. beberapa saatnya Fujiko tertidur, namun kali ini ia tidak bermimpi apapun.

waktu sudah pukul 1 siang, Sein terlihat sudah pulang dari sekolah.

"Ibu, adik dimana?" tanya Sein, sembari melepas sepatunya.

"Adik kamu tadi semakin tinggi demamnya jadi ibu ajak ke dokter, tapi sekarang dia sudah tidur setelah ibu kasih obat dari dokter." ucap ibunya.

Sein bergegas ke kamar Fujiko, terlihat Fujiko yang masih tertidur lelap. Sein kemudian melihat buku diary kecil yang tergeletak di atas mejanya. Sein masih merasa penasaran dengan isinya dan langsung mengambil dan membuka buku itu.

Sein hanya melihat tulisan Fujiko di lembar pertamanya, namun tulisan pada lembar ke dua masih kosong.

"Tidak ada yang aneh." ucap Sein, kemudian meletakkan buku itu kembali di meja.

Sein melihat adiknya yang tertidur lelap dalam kondisi demam merasa sangat cemas, Sein mengusap-usap rambut adiknya yang masih tertidur.

"cepat sembuh ya adik kecilku." bisik sein pelan. Sein kemudian pergi keluar dari kamar Fujiko.

...***...

Keesokan harinya Fujiko sudah sembuh dari demamnya. ibunya masuk ke kamar Fujiko dan mengukur suhu tubuhnya.

"Kamu sudah sembuh ya Fujiko, jadi sudah bisa ke sekolah hari ini." ucap sang ibu.

Fujiko sangat senang akhirnya bisa kembali beraktivitas, demam membuatnya sangat bosan karena harus rebahan terus di tempat tidur. Fujiko pun berangkat ke sekolah dengan di bonceng Sein. beberapa menit kemudian mereka berdua sampai di sekolah Fujiko, Fujiko turun di depan gerbang sekolahnya.

"nanti kakak jemput ya tunggu saja disini." ucap Sein.

Fujiko pun masuk ke kelasnya. ia duduk di kursinya sendirian memperhatikan teman-temannya yang lalu lalang di depannya, "Namun ini masih lebih baik ketimbang hanya rebahan di tempat tidur seharian." gumam Fujiko.

beberapa saat kemudian salah satu temannya menghampiri.

"Hey Fujiko, kemarin kamu tidak sekolah kamu ketinggalan ulangan harian loh, jadinya kamu harus remedial besok." ucap temannya itu.

"iya kemarin aku sakit." ucap Fujiko.

temannya kemudian pergi tanpa merespon ucapan Fujiko.

"di rumah atau di sekolah tetap saja aku kesepian.." ucap Fujiko. Fujiko kemudian pergi keluar kelasnya, namun sampai di luar kelasnya, ada seorang siswa yang melemparnya dengan batu kecil, dan tepat mengenai jidat Fujiko.

"aaaakh sakit!!!" ucap Fujiko kemudian darah dari jidatnya bercucuran.

"hahahhahajaha rasain..!!! " ucap siswa itu kemudian berlari pergi. Fujiko kemudian menangis, tidak ada satupun teman yang membantunya. Fujiko akhirnya balik ke kelasnya dan menutup jidatnya yang berdarah dengan tissu. beberapa jam berlalu, bel pulang berbunyi. Fujiko menunggu Sein di depan gerbang sekolahnya, 20 menit kemudian Sein datang. Sein yang melihat jidat Fujiko berdarah langsung gawat.

"Jidat kamu kenapa Fujiko?!!" tanya Sein. Fujiko hanya diam dengan matanya yang sembab habis menangis.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau bilang sama kakak disini, nanti ceritanya di rumah saja ya." ucap Sein, kemudian mengajak Fujiko pulang.

sesampainya di rumah Sein mengobati jidat Fujiko dan membalutnya dengan perban.

"Ibu tidak ada di rumah.. kalau ibu lihat, pasti ibu ngomel lagi." Ucap Sein, sambil mengobati jidat adiknya.

Fujiko masih belum mau bercerita kepada Sein kenapa jidatnya bisa terluka seperti itu. setelah Sein mengobatinya, Fujiko kemudian kembali ke kamarnya. Fujiko kembali menangis dan duduk di meja belajarnya, gadis itu mengambil buku diary itu. dan menulis apa yang ia alami hari itu di sekolah.

aku benci orang itu.. dia membuatku terluka dan berdarah, rasanya sungguh sakit.

tulis Fujiko di bukunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!