DIA TEMAN-KU

Meskipun Sein sudah menutup telinganya, namun omelan ibunya masih terdengar jelas. Sein melihat adik kecilnya yang di omeli oleh ibunya di kamar tidur.

"Baru juga kemarin kamu sembuh dari demam, sudah nakal lagi mau hujan-hujanan lagi, mau demam lagi? belum kapok?." Teriak ibunya.

Fujiko menunduk dan hanya terdiam mendengar ocehan ibunya. Sein hanya terdiam melihat adiknya di marahi, Sein yang sedari tadi memperhatikan Fujiko mengobrol sendiri di halaman rumahnya sudah merasa bahwa Fujiko belakangan ini mengalami sesuatu atau hal yang tidak bisa ia ceritakan pada orang lain. Namun Sein mengerti, Karena beberapa tahun yang lalu saat Sein masih se-usia Fujiko juga dia mengalami hal yang sama ya itu mempunyai seoarang teman yang tidak bisa di lihat oleh orang lain.

Setelah ibunya pergi dari kamar Fujiko, Sein kemudian menghampiri adik kecilnya itu, dan duduk di sebelahnya, Sein mengusap-usap rambut Fujiko, terlihat mata Fujiko yang sudah mulai berkaca-kaca seakan tidak kuat menahan air matanya keluar.

"Fujiko.. kalau kamu mau nangis, nangis aja gak apa-apa ya, kakak tau kamu pasti sedih setelah di marahi ibu, dan kakak juga tau kamu pasti sedih karena tadi di abaikan sama temen-temen kamu di sekolah kan?" ucap Sein sembari tangannya terus mengusap-usap rambut Fujiko. Fujiko menoleh wajah Sein, wajah yang selalu memberikan dia rasa tenang setelah di marahi orang tuanya. Fujiko kemudian memeluk Sein, dan menangis tersedu-sedu di pelukan Sein.

"Aku tidak bermaksud bermain hujan kak!!, aku tidak ingin demam lagi, ibu salah faham.. aku hanya bermain bersama Lily di sana." ucap Fujiko sambil menangis.

Sein terdiam, dan menatap ke arah kursi yang ada di halaman rumahnya lewat jendela kamar Fujiko, kemudian tersenyum.

"Iya.. kakak tau, siapa juga yang ingin sakit lagi kan? teman kamu itu baik sama kamu, mau mengajak kamu bermain." Ucap Sein.

...***...

Langit terlihat mulai gelap, ayah dan ibu Fujiko sedang mengobrol di ruang keluarga, Sein asik dengan ponselnya nampaknya sedang bermain game.

"Sein, adik kamu mana?" tanya ayahnya.

Sein kemudian mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan menatap ayahnya.

"Hah? adik? di kamar kali yah." jawab Sein kemudian dengan cepat melanjutkan ke asikannya bermain ponsel.

Ayahnya kemudian beranjak dari tempat duduk, hendak ke kamar Fujiko melihat putrinya, dari tadi pulang kerja, ayahnya belum melihat Fujiko sama sekali.

"Tok tok tok.. Fujiko, ini ayah.. boleh ayah masuk? "ucap ayahnya dari balik pintu.

Fujiko tidak menjawab sama sekali, Ayahnya akhirnya membuka pintu kamar Fujiko yang tidak di kunci. Fujiko nampak tertidur lelap di kasurnya, sambil memeluk boneka kelinci berwarna pink. ayahnya kemudian menghampiri Fujiko yang sedang tertidur dan mengusap rambutnya.

"Fujiko.. ayah jarang sekali bisa mengajak kamu bermain, seperti sekarang.. saat ayah pulang kamu sudah tertidur." gumam ayahnya.

Ayahnya melihat mata Fujiko yang terpejam dalam keadaan sembab, terlihat habis menangis.

ayahnya kemudian beranjak dan hendak keluar kamar dan kembali ke ruang keluarga, namun langkahnya terhenti saat melirik ke atas meja belajar Fujiko, terlihat ada buku diary kecil cantik berwarna ungu di sana, ayahnya kemudian mengambil buku itu dan membukanya, ayahnya membaca curhatan-curhatan Fujiko tentang hari-harinya di buku itu, namun tiba-tiba badan ayahnya terasa merinding, lalu meletakkannya lagi kembali di atas meja.

"Hanya buku biasa.. " batin ayahnya, kemudian berjalan keluar kamar itu.

sesampainya di ruang keluarga, ayahnya terduduk lemas di sofa. ibunya yang sedang duduk di sebelahnya sontak bertanya melihatnya.

"Ayah kenapa? kok tiba-tiba lesu pucat begitu?" tanya istrinya.

"Enggak apa-apa, mungkin karena lembur terus-terusan jadi ayah kelelahan." jawab ayahnya.

"Ya sudah sekarang jangan begadang kalau begitu yah.. istirahat dulu di kamar gih." Ujar istrinya.

Ayah Fujiko kemudian pergi ke kamarnya untuk tidur. Sein yang sedang asik bermain game menoleh ayahnya yang berjalan melewatinya.

"Tadi ayah terlihat baik-baik saja, tapi kenapa mendadak jadi pucat begitu ya?" gumam Sein dalam hatinya.

Keesokan harinya Fujiko terbangun lebih awal, karena kemarin ia tertidur lebih awal juga. gadis kecil itu membuka selimutnya dan mengusap-usap matanya, kemudian beranjak dari tempat tidurnya, hendak keluar untuk mandi, bersiap-siap mau pergi ke sekolah, namun sesampainya di luar kamar ia melihat ayahnya yang masih duduk di sofa.

"Loh, ayah gak kerja? kok tumben belum berangkat kerja jam segini?" Tanya Fujiko.

"Ayah kamu demam.. ibu suruh istirahat dulu di rumah hari ini." jawab ibunya yang datang membawa kompres air hangat.

"Hah? ayah sakit?" Fujiko berlari menghampiri ayahnya dan memeluk ayahnya.

"Ayah kok sakit? ayah kemarin gak main hujan kan?" Tanya Fujiko polos. Ayahnya kemudian tertawa, mendengar pertanyaan Fujiko.

"Iya enggak lah Fujiko.. kalau main hujan mah itu kesukaan kamu.. " ucap Ayahnya sambil mengusap-usap rambut Fujiko.

"Ayah kamu sakit karena kerja lembur berturut-turut, jadi begini deh demam karena kecapean." ujar ibunya sembari mengompres air hangat pada suaminya.

"Oh begitu.. ayah cepat sembuh ya." ucap Fujiko kemudian memeluk ayahnya.

Fujiko kemudian bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, dan berpamitan kepada kedua orang tuanya. beberapa menit kemudian Fujiko sampai di sekolahnya, seperti biasa Sein menurunkan Fujiko di depan gerbang sekolah, Fujiko berjalan masuk menuju kelasnya, namun kali ini Sein masih ada di depan gerbang sekolah memperhatikan adiknya dari kejauhan. Fujiko terlihat berjalan sendirian, tanpa ada satupun temannya yang menyapa ada merespon kedatangannya ke sekolah, namun tepat di depan kelasnya Sein melihat Fujiko menyapa seseorang, namun Sein tidak melihat siapapun yang di sapa adiknya.

sesampainya di kelas Fujiko menaruh alat-alat tulisnya di atas bangku kemudian pergi ke luar kelas. Fujiko celingak-celinguk di luar kelas nampak mencari sesuatu.

"Lily.. kamu dimana?" teriak Fujiko memanggil Lily.

"Ahh baru saja aku lihat kamu disini barusan, kenapa udah gak ada sih."

Salah satu guru melihat Fujiko dari kejauhan, guru itu mengerutkan keningnya melihat Fujiko yang terlihat seperti memanggil-manggil seseorang, lalu guru tersebut menghampiri Fujiko.

"Fujiko.. kamu sedang mencari siapa?" Tanya bu gurunya.

"Nyari temanku buk" jawab Fujiko.

"Teman kamu siapa Fujiko?" Gurunya kembali bertanya.

"yahh itu dia ketemu!!" ucap Fujiko menunjuk ke arah pojok samping kelas, Fujiko kemudian berlari ke arah itu.

"Fujiko, siapa disana?" tanya gurunya kebingungan.

Fujiko kemudian menoleh gurunya yang berdiri di belakangnya.

"Dia teman yang aku cari bu guru.." Ucap Fujiko tersenyum.

Guru tersebut terdiam, kakinya terasa kaku, bulu di sekujur tubuhnya terasa merinding semua, entah kenapa hawa di depan kelas itu terasa dingin seketika.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!