DARAH PENGGANTI

Pagi itu Fujiko bangun pagi-pagi dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

"Udah belum bu?" Tanya Sein yang berdiri sudah mengenakan seragam lengkap putih Abu-Abu.

"Tunggu sebentar lagi." jawab ibunya sambil mengepang rambut Fujiko.

"Hari ini aku ada acara lab komputer pukul setengah 7 pagi di sekolah bu.. cepetan ya, aku takut terlambat." Ucap Sein sambil melirik jam yang terpasang di pergelangan tangannya.

"Yeyy sudah selesai." Ucap Fujiko beberapa menit kemudian.

Sein dah Fujiko pun berangkat ke sekolah. Sein mengantar Fujiko terlebih dahulu ke sekolahnya.

"Nanti tunggu kakak disini ya." ucap Sein kemudian pergi.

Fujiko melangkah menuju kelasnya. Fujiko bertemu dengan seorang siswa yang melemparnya batu kerikil kemarin.

"Heyy Fujiko.. bagaimana rasanya batu kerikilku kemarin?" Tanya siswa itu sambil tertawa meledek.

Fujiko hanya terdiam mematung, siswa itu berjalan mendekatinya kemudian mendorong kepala Fujiko.

"akhh!! sakit!!! teriak Fujiko."

"Hahahah gitu aja sakit katanya!" ledek siswa itu. beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada tangan berwarna putih pucat muncul dari kolong bangkunya Fujiko, dan menarik rambut siswa tadi kemudian membenturkan kepalanya nya di tembok.

"Puggg!!" Suara benturan kepala terdengar, darah menetes dari hidung siswa tersebut, nampaknya mengalami pendarahan di otaknya. siswa tersebut sontak menangis keras, para guru membopongnya mengajaknya ke rumah sakit.

Fujiko masih mematung di tempatnya berdiri, matanya melotot takut.

"Apa itu barusan?!!" Batin Fujiko.

Fujiko masih memperhatikan darah dari anak siswa tadi yang menetes di lantai.

beberapa menit kemudian muncul bayangan putih samar-samar, Fujiko mengusap-usap matanya, namun semakin lama semakin jelas bayangan itu. Bayangan itu menyerupai manusia, rambutnya sangat panjang hingga menyentuh lantai, sosok itu kemudian telungkup di lantai yang berisi darah siswa tadi. sosok itu menjulurkan lidahnya yang panjang ke lantai dan menjilatinya sampai habis. Fujiko melotot menatap pemandangan mengerikan itu. ia kemudian mundur beberapa langkah dari tempatnya berdiri lalu berlari keluar kelas.

...***...

Fujiko berdiri di depan gerbang sekolah menunggu Sein menjemputnya. air hujan nampaknya mulai menetes membasahi tanah, semakin lama semakin deras, Fujiko tidak membawa payung.

"Wahh hujan!!" Teriak Fujiko kegirangan.

"Tapi kalau aku ketahuan main hujan lagi ibu pasti marah, ah lebih baik aku berteduh saja." Ucap Fujiko. Fujiko melihat kursi berwarna hijau di samping gerbang sekolah, disana nampaknya teduh karna sudah ada atap di atasnya. Fujiko pun berlari-lari kecil menuju kursi itu. Hujan semakin deras langit sangat gelap tertutup awan mendung hitam.

"Ahh kak Sein kenapa lama sekali?! siswa-siswi yang lain sudah di jemput semua!" gerutu Fujiko.

"Hei Fujiko.." terdengar suara memanggilnya.

Fujiko kemudian menoleh ke sebelahnya. Fujiko kaget, yang memanggilnya ternyata Lily.

"Lily? kenapa kamu ada disini?" tanya Fujiko.

"Iya.. aku lihat suasana di sini indah sekali, hujan turun dengan derasnya membuat sekolah ini jadi basah dan terlihat damai." ucap Lily.

Fujiko terdiam sejenak, ia tiba-tiba teringat dengan mimpi buruknya tentang Lily, satu persatu muncul di benaknya alur mimpi itu. Fujiko kemudian melirik jari jemari Lily yang di atas Rok putihnya.

"Jari jemarinya nampak cantik sekali.. tidak seperti di mimpiku." batin Fujiko.

Lamunan Fujiko buyar karena suara Sein yang meneriaki nya.

"Fujiko!! sini cepat pulang!" teriak Sein.

Fujiko sontak terkejut, dia menoleh ke samping nya tidak ada siapapun, tidak ada lily yang duduk di sampingnya.

"Iya kak!!" jawab Fujiko kemudian beranjak dari tempat duduknya dan naik ke boncengan motor Sein.

beberapa menit kemudian mereka sampai di depan rumahnya. Sein membuka pintu rumah kemudian masuk di susul Fujiko di belakangnya.

"Eh.. kalian sudah pulang, ganti baju dulu sana." Sapa ibunya. Ibunya kemudian melirik Fujiko yang berjalan di belakang Sein.

"Fujiko, kamu pucat lagi, badan kamu tidak demam lagi kan?" tanya sang ibu kemudian beranjak bangun dan meraba kening Fujiko.

"Astaga Fujiko.. badan kamu panas sekali, kamu pasti demam lagi ini." ucap Ibunya.

Sein kemudian menoleh dan mengerutkan keningnya. Sein melihat Fujiko yang melamun di kursi itu sendirian tadi.

"Sebenarnya apa yang terjadi sih?" Batin Sein.

"Hujan deras sekali.. ibu tidak bisa mengajak kamu ke dokter sekarang, ayah juga belum pulang, kamu istirahat dulu di kamar ya, biar ibu buatkan air hangat." jelas ibunya.

Fujiko kemudian berjalan menuju kamarnya.

sesampainya di kamar Fujiko terduduk lemas di kasur, badannya terasa meriang.

"Padahal aku sudah tidak bermain hujan.. tapi akhirnya demam lagi." gumam Fujiko.

Fujiko kemudian beranjak menuju meja belajarnya dan membuka laci, ia ingin menulis di buku diary-nya lagi. Fujiko mengeluarkan buku diary-nya dan membukanya. namun kali ini isi bukunya bertambah lagi.

Sekarang siswa yang membuat kepalamu berdarah kemarin juga sudah merasakan sakit yang sama dengan mu.

Fujiko kemudian melempar buku itu ke lantai dan berteriak.

"Siapa yang menulisnya?! " ucap Fujiko kemudian pergi berlari ke luar kamar. Fujiko menabrak ibunya yang ada di balik pintu.

"Fujiko! apa yang kamu lakukan? ibu bawa air panas ini, untung saja tidak tumpah!" ucap Ibunya.

"Maaf Bu.. " Ucap Fujiko.

"Ada apa? kenapa kamu berlari ketakutan begitu?"

"Enggak kenapa-kenapa bu.. tadi ada kecoa di dalam kamar." jelas Fujiko.

"Hah!!? kecoa kamu bilang?" Ibu Fujiko ikutan takut.

Sein kemudian keluar kamarnya dan melihat ibu dan adiknya ribut.

"Ada apa sih bu? ribut sekali aku mau tidur siang loh." ucap Sein sembari menggaruk-garuk kepalanya.

"Ini adik kamu, Lari-lari keluar kamar nabrak ibu, hampir saja air panas di tangan ibu tumpah." jelas ibunya.

"Fujiko kenapa kok lari-lari?" tanya Sein.

"I-iya.. di kamar ada kecoa kak!" Jawab Fujiko.

"Kecoa?! masa sih.. sini biar kakak bunuh kecoa nya." Ujar Sein dan masuk ke kamar Fujiko.

Sein melihat buku diary kecil itu tergeletak di lantai lalu melirik ke arah Fujiko. Nampaknya Sein tahu kalau Fujiko berbohong mengatakan ada kecoa di kamar. Sein sebenarnya ingin sekali membuka buku itu dan melihat apa isinya sampai membuat adiknya ketakutan, namun karena ada ibunya juga saat itu akhirnya Sein meletakkan buku diary itu di atas meja.

"Tidak ada kecoa, udah kabur kali!" ucap Sein kemudian pergi keluar kamar Fujiko.

Fujiko melirik Sein yang berjalan melewatinya, mereka saling tatap.

"Nampaknya kak Sein tahu aku bohong." batin Fujiko.

Ibunya kemudian meletakkan air hangat itu di meja dan mulai mengompres jidat Fujiko.

"Fujiko kamu akhir-akhir ini sering sekali demam, kamu tidak jajan yang aneh-aneh kan di sekolah?" tanya ibunya.

"Enggak kok bu.. " jawab Fujiko lesu. Fujiko teringat dengan sosok mengerikan yang muncul di kelasnya tadi.

"Apa iya aku melihat hantu?" Batin Fujiko.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!