JEJAK KAKI DARAH

Setelah berlibur di pantai pasir putih, Fujiko dan Sein kembali pulang, mereka berdua berkemas-kemas dan segera berangkat menuju rumah.

"Fujiko kamu senang kan liburannya?" tanya Sein.

Fujiko tersenyum dan mengangguk. Fujiko sangat bahagia berlibur di tempat itu. namun bagaimana pun mereka berdua harus kembali pulang begitu cepat karena sudah di telepon oleh ibu mereka.

Beberapa menit perjalanan akhirnya Sein dan Fujiko sampai di rumah. seperti biasa Sein masih memakirkan motornya dan Fujiko duluan masuk ke dalam rumah.

"Fujiko.. gimana liburan kamu seru?" sapa ayahnya yang sudah menunggu nya di ruang tamu.

"Iya seru banget ayah, tempatnya sangat indah, pantainya pun berkilau, aku dan kak Sein bermain dengan seru di pesisir pantai." jawab Fujiko sambil tersenyum riang.

"Syukurlah kalau kamu sudah menikmati liburan kamu ya." jawab ayahnya.

"Makan dulu Fujiko." Ucap ibunya yang tengah memasak di dapur.

Setelah membuka alas kaki di depan pintu Fujiko langsung bergegas menuju kamarnya, dan membuka buku diary nya.

"Dear diary, aku sangat senang bisa berlibur di pantai yang indah seperti itu.. thanks lily, sudah memberi tahu ku tempat se-indah itu.."

Setelah menulis itu Fujiko kemudian mengganti pakaiannya dengan pakaian santai di rumah, kemudian keluar kamar untuk berkumpul dengan orang tuanya.

"Ayah ibu.. aku kangen kalian.." ucap Fujiko sembari berjingkrak-jingkrak mendekati kedua orang tua-nya.

"Kamu ini.. baru juga sehari berlibur sudah kangen aja.." ucap ibunya sambil tertawa.

"Libur yang berikutnya aku mau ke sana sama ayah ibu ya? " tanya Fujiko dengan mata berbinar.

"Iyaa iya, nanti kita tunggu saat ayah libur kantor ya." jawab ibunya.

Fujiko melihat keluar ruangan, ia melihat ada Lily disana tengah duduk di kursi taman depan rumahnya. Fujiko pun berjalan keluar hendak menghampiri Lily.

"Hai Lily.. " sapa Fujiko kemudian duduk di samping Lily.

Lily menoleh lalu tersenyum kepada Fujiko, Fujiko ingin menceritakan pengalamannya berlibur di pantai pasir putih itu kepada Lily, Fujiko tidak tahu kalau Lily ikut melihatnya dari balik pohon waktu itu.

"Ada apa Fujiko?" Tanya Lily.

"Tempat yang kamu rekomendasiin ke aku bagus banget tau, aku bermain sampai matahari tenggelam di sana sama kak Sein kemarin!!" Ujar Fujiko.

"Hehe oh ya? tempat itu memang se-indah itu.. dulu aku ke sana bersama keluarga ku." ucap Fujiko.

"Terus apa kamu sekarang gak ke-sana lagi sama keluarga kamu?" tanya Fujiko.

"Tentu Tidak." Lily berkata singkat.

"Kenapa?"

"Iya itu hanya kenangan masa lalu yang sudah di tutup dengan kepahitan pada akhirnya." Ucap Lily.

"Kepahitan? ada apa Lily?" Fujiko kembali bertanya.

Lily tersenyum, tatapan matanya terlihat kosong, dan tidak menjawab pertanyaan Fujiko, Fujiko terus memperhatikan raut wajah Lily yang semakin di tanya nampak semakin murung.

"Ya sudah.. kalau kamu belum siap cerita gak apa-apa kok, nanti cerita aja kalau kamu sudah siap ya." Ucap Fujiko sambil mengelus punggung Lily.

"Terimakasih ya Fujiko, kamu sangat baik.. ini pertama kali aku bertemu orang sebaik kamu." ucap Lily tersenyum.

Ayah dan ibu Fujiko memperhatikan Fujiko dari ruang keluarga di dalam rumah, dan mereka berdua saling toleh seakan bingung melihat puterinya yang mengobrol sendirian di luar.

"Ayah.. Fujiko kenapa ya? kok dia aneh begitu.. belakangan ini ibu lihat Fujiko sering sekali bicara sendiri." ujar ini Fujiko.

"Iya bu.. ayah juga masih merasa bingung dengan anak kita itu."

Sein kemudian keluar dari kamar tidurnya dan melihat ayah ibunya mengintip Fujiko dari pintu ruang tamu, Sein kemudian segera menghampiri ayah dan ibunya.

"Ayah ibu.. kalian sedang apa?" Tanya Sein.

Ayah dan ibunya kaget, karena Sein sontak berdiri di belakang mereka berdua dan menepuk pundak mereka.

"Astaga Sein!! kamu ngagetin kita aja." ucap ayahnya.

"Sein melihat Fujiko dengan gerak-geriknya mengobrol sendirian di kursi itu, Sein berpikir ingin sekali melihat sosok yang selalu menemani adiknya itu.

"Seandainya mata batin ku waktu kecil dulu masih terbuka, aku pasti tau siapa sosok itu." gumam Sein dalam hatinya.

...***...

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, Fujiko masih termenung di kamarnya menghadap ke luar jendela yang masih terbuka. ia masih teringat raut wajahnya Lily yang murung tadi sore.

"Ada apa dengan keluarga Lily?" gumam Fujiko.

Fujiko kemudian merebahkan tubuhnya di kasur, dan mencoba memejamkan mata nya berharap bisa tertidur malam ini, namun tiba-tiba Fujiko mendengar lolongan anjing dari luar rumahnya, dan itu membuatnya tidak bisa tidur.

Alhasil Fujiko pun beranjak kembali dan mencoba keluar untuk melihat apa yang di gonggong oleh anjing tersebut di luar rumahnya, Fujiko berjalan menuju pintu depan rumahnya.

Ia melihat ada tiga ekor anjing yang menggonggong ke arah yang sama tepat di depan gerbang rumahnya.

Fujiko memberanikan diri menengok ke arah anjing itu menggonggong, dan Fujiko melotot melihat jalanan yang penuh dengan jejak kaki manusia berwarna merah nampaknya itu adalah darah.

"Ini jejak kaki siapa?" batin Fujiko.

Fujiko mengikuti arah jejak kaki itu dan berjalan menjauh dari rumahnya, Fujiko sampai di sebuah semak belukar di ujung jejak kaki itu berada, Fujiko mendengar sebuah tangisan di tengah-tengah semak itu, Fujiko mencoba mengintip nya.

Fujiko melihat sosok mengerikan yang ada di balik semak itu, sosok kuntilanak dengan wajah yang nampak hancur, kakinya penuh luka sayatan, sosok itu menangis tersedu-sedu di sana.

Fujiko mundur beberapa langkah dari tempatnya berdiri kemudian berlari balik ke arah rumah dengan cepat.

"Apa itu barusan?" ucap Fujiko dengan nafas ngos-ngosan.

Fujiko sampai di depan rumahnya dan langsung masukm ke dalam rumah lalu ke kamar tidurnya. Fujiko penuh keringat, dan langsung menyelubungi kepalanya dengan selimut karena ketakutan.

"Untung saja hantu itu tidak melihatku di sana." ucap Fujiko.

Namun Fujiko merasa penasaran dengan sosok itu, jejak kaki darah itu dan yang anehnya jejak kaki itu tepat berasal dari gerbang rumah Fujiko, itu artinya dari tadi hantu itu berada di sana.

Walaupun sosoknya sangat mengerikan tapi Fujiko sempat merasa kasihan melihat sosok itu, entahlah, sosok itu terlihat sangat terpuruk dan sangat hancur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!