SAHABAT BEDA DIMENSI

Fujiko mengambil buku diary kecilnya dari laci-laci, kemudian mulai menuliskan sesuatu pada lembarannya.

"Lily.. apakah aku bisa bertemu dengan mu hari ini?" aku ingin mengobrol dengan mu.. "

Fujiko kembali meletakkan pena merahnya itu, dan menaruh bukunya ke dalam laci-laci. hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang untuk meminta bertemu dengan Lily.

Fujiko melirik jam dindingnya, ini masih pukul enam sore, namun langit nampak begitu gelap, awan hitam menyelimuti, sepertinya hujan deras akan turun malam itu.

Tatapan mata Fujiko sangat murung, suasana hatinya tidak baik-baik saja semenjak membaca ingatan Lily di masa lalu, Fujiko masih tidak bisa melupakan detik demi detik kejadian itu.

Fujiko masih ingin tahu lebih dalam, apakah keluarga yang membunuh Lily, masih hidup? dan dimana rumah Lily sebenarnya, Fujiko benar-benar ingin mengetahuinya.

Namun Fujiko tidak mungkin menanyakan itu dengan Lily, itu hanya akan membuat dendam Lily kembali muncul, Fujiko tidak ingin melihat sahabatnya itu mengingat-ingat kenangan tragis itu lagi.

Fujiko masih termenung, namun nampaknya ada yang mengetuk pintunya, dan itu adalah Sein.

"Fujiko.. kamu sedang apa? kakak masuk ya?" Ucap Sein.

"Yoii.. " Teriak Fujiko.

Sein pun membuka pintunya dan masuk kemudian duduk di samping Fujiko, Sein memperhatikan wajah Fujiko yang dari tadi tidak berpaling dari jendela, matanya masih terus menatap ke arah langit yang mendung itu.

"Fujiko.. apa yang terjadi? kakak masih belum tahu kenapa kemarin kamu tiba-tiba menangis di saat kamu bangun dari tidurmu." Ujar Sein.

Fujiko menoleh ke arah Sein, namun ia berpikir berulang kali untuk memberi tahu tentang ingatan Lily pada Sein, itu pasti akan membuat Lily tidak nyaman jika Fujiko menceritakannya kepada orang lain tanpa izin Lily.

"Tidak apa-apa kak." Jawab Fujiko.

"Ya udah, supaya kamu tidak sedih, kakak akan ajak kamu belanja ke mall ya?" Ucap Sein tersenyum.

...***...

Malam hari tiba, Fujiko masih mondar-mandir di dalam kamarnya, Ia membuka kembali buku Diary nya namun tidak ada tulisan dari Lily di sana, entah bagaimana cara Fujiko menghubungi sahabatnya itu hanya dengan cara lewat diary itu saja.

Kelamaan mondar-mandir membuat Fujiko menjadi lelah dan akhirnya merebahkan tubuh nya di kasur, beberapa menit kemudian Fujiko tertidur. Saat Fujiko tertidur, terdengar ada yang mengetuk kaca jendelanya.

"Tuk.. tuk.. tuk.. "

Fujiko membuka matanya, kemudian membuka gorden yang menutupi jendela nya, Lily akhirnya datang malam itu, Fujiko pun langsung membuka jendelanya dan menyapa Lily.

"Lily.. akhirnya kamu datang juga, aku dari tadi menunggu kamu!!" Ucap Fujiko langsung memeluk Lily.

"Kita main yuk?" Ajak Lily.

Fujiko menganggukkan kepalanya kemudian melompat ke luar lewat jendelanya, Fujiko berjalan pelan agar tidak membangunkan ayah dan ibunya.

"Kita mau kemana Lily?" Tanya Fujiko.

"Kita duduk di bawah pohon itu saja yuk?" Ajak Lily.

Mereka berdua pun berjalan menuju pohon besar di seberang rumah Fujiko, Fujiko menggandeng erat tangan Lily.

"Gimana hari mu Fujiko?" Tanya Lily.

"Hmm.. iya, begitulah.." Jawab Fujiko.

"Maafin aku ya, gara-gara aku kamu jadi demam, dan tidak bisa sekolah tadi pagi." Ucap Lily.

"Iya tidak apa-apa kok, lagian aku udah sembuh." Jawab Fujiko tersenyum.

Fujiko benar-benar ingin bertanya sesuatu kepada Lily, namun ia takut membuat Lily sedih lagi malam itu, akhirnya Fujiko memilih untuk diam saja.

Namun nampaknya Lily membaca isi pikiran Fujiko dan tersenyum.

"Tida apa-apa Fujiko, tanyakan saja apa yang ingin kamu tanyakan." Ucap Lily.

Fujiko menelan ludah dan kaget, ternyata Lily bisa membaca isi pikirannya, Fujiko pun mulai mencoba bertanya karena Lily sudah mengizinkan.

"Lily.. apakah sudah ada keadilan atas kematian mu?" Tanya Fujiko.

"Maksud kamu keadilan seperti apa?" Ucap Lily.

"Tentang keluarga yang melakukan hal keji pada mu apakah sudah di laporkan ke jalur hukum?" Tanya Fujiko.

"Sudah, namun setelah beberapa tahun kematian ku, seorang wanita yang menolongku pada saat itu juga melaporkan keluarga ku ke polisi." Jelas Lily.

"Bertahun-tahun? berarti selama belum di laporkan, kamu belum mendapatkan keadilan?" Tanya Fujiko.

"Iya tentu saja belum, jasadku di buang ke sungai dan hewan-hewan buas memakannya, tapi pada akhirnya wanita yang menolong ku merasa curiga karena tidak pernah melihatku saat ia lewat di depan rumahku dan wanita itu mulai melaporkan kasus ku yang menghilang misterius kepada polisi, pada akhirnya keluarga ku sudah tertangkap dan di penjara seumur hidup."

"Mereka masih hidup kah?" Tanya Fujiko polos.

"Iya, mereka masih hidup, beberapa hari yang lalu aku melihat keadaan mereka di penjara, namun nampaknya kondisi mereka buruk seperti menanggung beban besar dalam hatinya, aku pernah menyapa mereka dan masuk ke mimpi mereka, yang membuat mereka menjadi tidak ingin tidur lagi." Jelas Lily.

"Syukur lah Lily.. sekarang kamu berhenti bersedih ya, sudah ada aku disisi mu, kita bisa bermain bersama sampai kapanpun.." Ucap Fujiko tersenyum.

"Terimakasih Fujiko.. awal aku ingin berteman dengan mu karena aku melihat kamu mirip seperti ku semasa hidup, kamu selalu sendirian, selalu di kucilkan oleh anak-anak yang lain, akhirnya aku memilih untuk menjadi temanmu dan aku tidak salah, ternyata kamu memang berhati baik, tidak seperti manusia-manusia yang lain." Ucap Lily.

"Iya Lily, semenjak kamu hadir dan menjadi teman ku, aku tidak pernah lagi merasaka kesepian, meskipun itu di sekolah atau di mana pun.." Ucap Fujiko.

"Tapi aku senang saat melihatmu bersama kakak laki-laki mu itu Fujiko.. dia orang yang baik, aku merasa tenang saat kamu sudah bersama dia, dia orang yang sangat menyayangi mu dengan tulus, kamu beruntung memiliki kakak sebaik dia." Jelas Lily.

Mereka berdua pun bersenang-senang malam itu di bawah pohon saling bercerita dan tertawa bersama, namun beberapa menit kemudian hujan mulai turun, rintik-rintik membasahi badan Fujiko.

"Fujiko, sebaiknya kamu tidur dulu, hujan sudah turun.. supaya kamu tidak demam lagi besok." Ucap Lily.

"Baik Lily.. tapi sebelum aku balik ke rumah aku ingin memberi mu sesuatu." Fujiko tersenyum.

"Sesuatu apa itu Fujiko?" Tanya Lily penasaran.

"Taraaa, ini hadiah buat kamu.. " Fujiko menyodorkan bingkisan berwarna pastel dengan hiasan pita-pita di atasnya.

"Ini apa? apa boleh aku buka?" Tanya Lily.

"Iya buka cepat!! " Suruh Fujiko.

Lily pun membuka bingkisan itu, Lily termenung melihat isinya, isi bingkisan tersebut boneka kucing yang sangat lucu, Fujiko membelinya tadi siang di mall bersama Sein, untuk memberikannya kepada Lily.

"Fujiko.. terimakasih ya.. !!" Ucap Lily dengan suara isak tangis terharu, semasa hidupnya ia hanya memungut boneka bekas di tong sampah, namun kali ini dan ini kali pertama Lily mendapatkan hadiah seperti ini sehingga membuatnya terharu. Lily memeluk erat Fujiko, air mata mengalir di pipinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!