AKU INGIN IKUT BERMAIN

Matahari terlihat mulai menyinari rumah Fujiko pagi itu. Fujiko yang masih tertidur di kamarnya di bangunkan oleh ibunya.

"Fujiko.. sudah pagi, ayo cepat bangun.. kamu sekolah hari ini." Ucap ibunya sembari membuka gorden jendela di kamar Fujiko.

Fujiko mengusap-usap matanya, dan melihat ke arah luar jendela, nampaknya dunia sudah terang.

"Aaaah silau bu!!." ucap Fujiko menutup matanya dengan telapak tangannya yang kecil itu.

"Cepat bangun!! mandi sana, lihat itu kak Sein sudah rapi dengan seragamnya tinggal nunggu kamu saja."

Fujiko melirik Sein yang duduk di kursi depan kamarnya sambil memainkan ponselnya. benar, Sein sudah rapi dan wangi. Fujiko langsung bergegas berlari menuju ke kamar mandi, Sein melihatnya kemudian tertawa kecil.

"Kenapa kamu ketawa Sein?" tanya ibunya yang melihat Sein tertawa kecil di atas kursi.

"Tingkah adik lucu sekali bu.. lihat aja tiba-tiba meloncat dari kasur, kemudian berlari ke kamar mandi dengan kakinya yang mungil itu." Ujar Sein kemudian kembali tertawa.

Beberapa saat kemudian Fujiko sudah siap dengan seragam lengkap, dan menghampiri Sein yang tengah asik bermain ponsel.

"Ayoo kita berangkat kak!!" Teriak Fujiko di telinga Sein.

Sein kemudian terkejut dan mengerutkan keningnya menatap Fujiko.

"Astagaa Fujiko, gendang telinga kakak hampir saja pecah, kamu nakal sekali ya, sini kakak cubit pipi kamu yang bulat itu." Ujar Sein kemudian beranjak dari tempat duduknya. Fujiko kemudian berlari disusul Sein yang mengejarnya dari belakang.

"Hehehehe kakak gak bisa tangkap aku, gak bisa, gak bisa, la la la.." Fujiko meledek Sein.

Fujiko akhirnya menabrak ibunya yang sedang menyapu di hadapannya.

"Brakkk!!"

"Astaga Fujiko!! kamu ini nakal sekali ya, ngapain lari-lari begitu?!" ibunya mengomel.

"Ahaaa! dapat!!! sini pipi kamu kakak cubit ya!!" Ucap sein kemudian mencubit pipi Fujiko sampai merah.

"aaaaakkkhh ampun!! sakit kak Sein!" teriak Fujiko.

"Eh sudah-sudah, bukannya berangkat sekolah, kalian malah main kejar-kejaran, ibu tidak mau tahu kalau kalian kena hukuman karena telat ya!!" ucap ibunya marah.

"I-iya bu, sekarang aku sama adik berangkat.." Ucap Sein kemudian menghidupkan sepeda motornya yang terparkir di halaman.

mereka berdua pun berangkat menuju sekolah, ibunya melihat kedua anaknya yang menjauh dari rumahnya.

"Ada-ada saja ulah anak-anakku pagi-pagi begini." ucap Ibunya.

beberapa menit kemudian Sein sampai di sekolah Fujiko. dan menurunkan Fujiko di depan gerbang sekolahnya.

"Bye bye kakak!!" Fujiko melambaikan tangannya kepada Sein.

Setelah sein pergi dari sekolah Fujiko, Fujiko bergegas masuk ke dalam kelas. ia melihat teman-temannya sudah ramai di kelas, ada yang ngobrol, bermain sembari menunggu bel pelajaran dan ada yang membaca buku. Fujiko kemudian segera meletakkan tasnya di kolong bangkunya dan menghampiri beberapa teman sekelasnya yang terlihat sedang bermain.

"Hai, aku boleh ikut main sama kalian?" ucap Fujiko.

Teman-temannya sontak menoleh, dan diam sejenak, Fujiko memang tidak memiliki teman akrab di sekolahnya, namun ia sangat ingin ikut bersenang-senang seperti siswa lainnya.

"Iya, boleh." jawab Cici, salah satu siswi.

Fujiko kemudian duduk di samping mereka, dan mulai ikut bermain.

"Oke, kita mulai permainannya ya, sekarang tebak-tebakan temanya adalah tanaman hias!!" ucap Cici.

"Aku terkadang berwarna merah, dan bisa juga berwarna pink.. tanaman apakah aku?" Cici memulai pertanyaan.

"Aku, aku.. aku tau jawabannya!!" Fujiko pertama mengangkat tangannya.

Namun Cici seakan tidak melihat Fujiko, dan mengabaikannya, beberapa saat kemudian mey, salah satu anggota permainan itu angkat tangan.

"Oke, Mey.. silahkan di jawab!" ujar Cici.

"Bunga Mawar!!" Ucap Mey.

"Yaaa benar sekali!, kita mulai lagi ya.."

di pertanyaan-pertanyaan berikutnya terjadi hal yang sama, tidak ada satupun menganggap Fujiko ikut bermain, semua orang mengabaikannya ketika bicara. Fujiko akhirnya beranjak dari sekumpulan murid-murid itu, dan pergi menuju bangkunya. Fujiko terdiam di bangkunya, dan menoleh ke arah teman-temannya yang di ajaknya bermain tadi, mereka masih nampak seru dan ribut melakukan permainan itu, ada atau tidaknya Fujiko sama saja.

Beberapa menit kemudian terdengar bel pelajaran berbunyi, pelajaran segera di mulai, guru mata pelajaran hari itu memasuki kelas.

Fujiko nampak serius mengikuti pelajaran hari itu.

...***...

Motor Sein terlihat mendekat, Fujiko yang sudah berdiri menunggu Sein selama lima belas menitan akhirnya di jemput juga oleh kakaknya.

tanpa berbicara apapun pada kakaknya, Fujiko langsung naik ke boncengan kakakknya. Sein memperhatikan wajah Fujiko yang dari tadi nampak cemberut, Sein berpikir pasti adiknya mengalami masalah di sekolahnya seperti yang sudah-sudah, yaitu tidak di ajak bermain.

Beberapa menit kemudian mereka berdua tiba di rumah. Fujiko langsung turun dari motor kakaknya dan masuk ke kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Sein, dan ibunya yang duduk di sofa.

"Sein.. adik kamu kenapa itu? kok cemberut begitu? kamu gak jahilin adik kamu lagi kan?" tanya ibunya.

"Enggak kok bu, orang dari tadi aku lihat dia udah cemberut gitu kok, gak tau kenapa." Jelas Sein sembari membuka sepatu dan kaos kakinya.

Setibanya di kamar, Fujiko langsung duduk di kursi belajarnya, dan mengambil buku diary itu lagi, Entah kenapa rasanya setiap sedih Fujiko selalu ingin menuliskan semuanya di buku itu, meskipun buku itu kadang aneh karena terisi tulisan sendiri. Fujiko membuka bukunya ke lembar berikutnya, dan menuliskan beberapa kalimat.

Dear My little Diary.. hari ini aku merasa sangat sedih, teman-teman sekelasku mengabaikan aku begitu saja, padahal aku hanya ingin ikut bermain.. rasanya sakit sekali, di abaikan seperti ini, di anggap tidak ada padahal aku ada di hadapan mereka.

Setelah menulis kesedihannya, Fujiko merasa lega dan memasukkan kembali buku diary itu ke dalam laci-lacinya. Fujiko beranjak dari kursinya dan menuju dapur untuk makan.

"Hei Fujiko, kamu kenapa cemberut begitu?" tanya ibunya yang sedang mencuci piring di dapur.

"Enggak kok bu." jawab Fujiko singkat.

"Pipi kamu masih sakit ya? karena kakak cubit tadi makanya cemberut terus?" Sein bertanya sambil menyuap makanan yang ada di piringnya.

"Iya!! gara-gara kakak sakit tauu!!" teriak Fujiko kemudian memukul-mukul tangan kakakknya dengan pelan.

Sein kemudian tertawa melihat tingkah lucu adiknya seperti itu, sein tahu Fujiko kesal karena masalah di sekolahnya, namun Sein selalu berusaha mencairkan suasana agar hati Fujiko tidak larut dalam kesedihan.

Setelah makan siang, Fujiko pergi menuju halaman rumahnya, Fujiko duduk di kursi taman halaman rumahnya melihat suasana sejuk siang itu, langit terlihat mendung namun tidak turun hujan.

"Hai.. Fujiko.. " terdengar suara lembut menyapa Fujiko.

Fujiko kemudian menoleh ke sampingnya, Lily duduk lagi di sebelahnya, Fujiko memperhatikan wajah Lily yang imut dan manis, kulitnya yang putih, dan Lily tersenyum kepada Fujiko.

"Lily..kamu kesini lagi?" tanya Fujiko.

"Iya, angin di sini sejuk.. tapi sepertinya suasana hati kamu sedang tidak sejuk ya, kamu sedih?" tanya Lily.

"Iya aku.. " ucapan Fujiko terpotong.

"Iya aku tau kamu sedih karena tadi di sekolah kan?" Lily tersenyum.

Fujiko terdiam, namun kali ini ia merasa nyaman saat ada yang mengerti perasaan sedihnya. Fujiko tersenyum ke arah Lily.

"Jangan sedih lagi ya? gimana kalau kita main tebak-tebakan seperti permainan kamu tadi di sekolah?" Tanya Lily.

Fujiko kemudian mengangguk senang, akhirnya sekarang dia bisa bermain permainan itu lagi di rumahnya, di temani suasana sejuk awan mendung di halaman rumahnya.

"Oke!! kita mulai permainannya ya Lily..Tema nya alat tulis sekolah!!" ucap Fujiko bersemangat.

mereka berdua bersenang-senang di halaman rumah Fujiko, Fujiko tertawa-tawa lepas siang itu. namun tiba-tiba Hujan turun, Ibu Fujiko melihat Fujiko di halaman rumahnya di jatuhi tetesan-tetesan air hujan yang belum terlalu deras.

"Fujiko!! apa yang kamu lakukan di sana?!! main hujan lagi kamu, nanti sakit ibu tidak mau obati kamu ya!" ujar Ibunya kemudian menyeret tangan Fujiko mengajaknya ke dalam rumah. Fujiko melihat Lily yang masih duduk di kursi itu, Lily melambaikan tangannya ke arah Fujiko dan tersenyum, Fujiko ikut tersenyum.

"Jadi begini ya rasanya punya teman?" batin Fujiko.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!