LUKISAN BERHANTU

Fujiko nampak sibuk dengan kertas dan pensil warna yang berserakan di meja belajarnya, Sein yang merasa penasaran akhirnya menghampiri adiknya itu.

"Fujiko kamu sedang buat apa?" Tanya Sein, yang berdiri sambil memperhatikan Fujiko.

"Lagi bikin lukisan kak." Jawab Fujiko dengan tangannya yang masih di atas kertas.

Sein memperhatikan sketsa lukisan yang nampaknya baru seperempat jadi itu, terlihat seperti garis-garis halus yang di buat pekat semacam rambut yang terurai.

Fujiko kemudian meraih pensil warna berwarna merah di kotak pensilnya, dan mulai membuat mata, Sein masih memperhatikan nya. namun beberapa saat kemudian rasa aneh tiba-tiba muncul.

"Deg..!! " tiba-tiba hawa dingin itu kembali terasa di kamar Fujiko, badan Sein terasa kaku.

"Perasaan apa ini?! " Gumam Sein.

"Kakak keluar aja dulu ya, nanti aku susul." Ucap Fujiko.

Setelah Fujiko menyuruhnya keluar, rasa kaku itu hilang Sein kemudian keluar kamar Fujiko dan duduk di ruang keluarga bersama ayah dan ibunya.

"Sein.. kamu kenapa pucat begitu? kamu sakit?" Tanya ibunya.

"Enggak bu, Aku gak apa-apa." Jawab Sein kemudian terduduk diam di sofa samping ayahnya.

Sein tiba-tiba merasa meriang, setelah dari kamar Fujiko, perasaanya tiba-tiba tidak enak, entah kenapa padahal dia barusan merasa baik-baik saja.

Setelah selesai melukis, Fujiko menggulung kertas manila tersebut dan mengikatnya dengan karet, kemudian meletakkannya di atas meja belajar.

"Ahh aku lapar!!" Ucap Fujiko kemudian keluar dari kamarnya, dan mencari ibunya di dapur, Fujiko mendapati Ayah, Ibunya dan Sein tengah duduk di sofa ruang keluarga.

"Hei Fujiko.. bagaimana? sudah selesai buat tugas ospek?" Tanya Ayahnya.

"Sudah Yah." Jawab Fujiko sembari berjalan menuju dapur.

"Kamu buat karya apa Fujiko?" Tanya ibunya yang berada di dapur.

"Cuma lukisan kok bu.." Jawab Fujiko.

"Oh ya? boleh ibu lihat?" Tanya Ibunya.

"Iya entar aku kasih lihat ya bu, setelah aku makan." Ucap Fujiko.

Fujiko kemudian duduk di meja makan, dan menyantap nasi goreng buatan ibunya, Lalu ayahnya menghampiri nya.

"Fujiko.. karena sekarang kamu sudah masuk ke jenjang SMP, jadi besok ayah akan belikan kamu handphone ya." Ucap Ayahnya menepuk pundak Fujiko.

"Wahhh.. serius Yah?? hehe, makasih banyak Ayah!!" Ucap Fujiko kemudian memeluk Ayah nya.

Beberapa menit kemudian setelah selesai makan, Fujiko kembali menghampiri ibunya.

"Ayo ibu, katanya mau lihat karya baruku." Ucap Fujiko sumringah.

"Oh iya tentu.. sekarang ibu lihat ke kamar." Ucap Ibunya kemudian berjalan menyusul Fujiko di belakang nya.

Sein seketika beranjak dari sofa, dan menarik tangan ibunya.

"Ibu.. sebaiknya, ibu tidak lihat lukisan Fujiko sekarang." Ucap Sein.

"Loh? kenapa.. kok jangan?" Tanya ibunya penasaran.

"Iya.. mungkin saja lukisannya masih belum sepenuhnya selesai.. jadi alangkah baiknya jika ibu melihat nya besok saja ya." Jelas Sein.

Fujiko yang berjalan di depan ibunya kemudian menghentikan langkahnya, dan menoleh ke belakang melihat Ibunya dan Kakaknya sedang berbicara yang nampaknya serius.

"Ada apa?" Tanya Fujiko.

"Oh... gak apa-apa Fujiko.. sepertinya ibu belum selesai mencuci piring, jadi lihat lukisannya besok saja ya hehe." Ucap Sein kemudian menarik ibunya dan mengajaknya ke wastafel untuk mencuci piring.

Sein berusaha mengalihkan pembicaraan, Sein tidak ingin ibunya mengalami rasa meriang setelah melihat lukisan Fujiko, seperti yang di alaminya barusan, namun di sisi lain Sein juga tidak ingin membuat adiknya tersinggung, jadi dia harus berusaha mengalihkan pembicaraan dengan cara seperti ini.

"Oh ya sudah kalau begitu." Ucap Fujiko, kemudian melanjutkan langkah nya menuju kamar.

...***...

Keesokan harinya, Fujiko kembali datang ke sekolah SMP nya untuk mengikuti ospek sekolah.

Fujiko sudah lengkap dengan seragam, atribut ospek dan tugas yang harus di kumpulkan dan di presentasikan hari ini.

"Heii Fujiko!" Diana nampak melambaikan tangan dari kejauhan kepada Fujiko, di samping nya juga ada anggota grup melati yang lain.

Fujiko pun berlari menuju ke arah Diana, dan anggota kelompoknya.

"Bagaimana Fujiko.. sudah selesai kan karya nya? kamu buat karya apa?" Tanya Diana.

"Sudah kok.. ini ada di kertas manila ini." Jawab Fujiko.

"Oh ya? kamu buat lukisan ya? lukisan apa?" Diana kembali bertanya.

Fujiko kemudian membuka karet kertas manila itu dan ingin memperlihatkannya kepada Diana dan anggota yang lain, namun toa yang ada di lapangan sudah berbunyi. Ketua OSIS memerintahkan seluruh siswa-siswi baru untuk berkumpul di lapangan.

"Yahh.. udah di suruh kumpul.." Ucap Diana.

" Ya udah, lihat nanti aja sekalian pas presentasi." Ucap Fujiko.

Fujiko pun berkumpul di lapangan bersama seluruh siswa-siswi yang lain, semua telah membawa karya seni beraneka ragam, mulai dari lukisan, patung, dan masih banyak lagi.

"Baik.. jika semua sudah berkumpul, saya akan mulai kegiatan pertama di hari ini, yaitu presentasi karya seni, apakah sudah semua membuat tugas itu?" Tanya ketua OSIS.

Siswa-siswi pun serentak menjawab sudah, ketua OSIS mulai mengarahkan satu persatu di mulai dari kelompok pertama, untuk mempresentasikan tugasnya di depan.

"Yahh Fujiko kita dapat bagian terakhir nih.." Ucap Diana.

"Iya, tapi gak apa-apa.. kita bisa latihan sedikit kan? jadi siapa yang akan menemani ku ke depan sebentar lagi?" Tanya Fujiko.

"Aku, dan Kila." Jawab Diana menunjuk temannya yang bernama Kila.

"Okey, Kila.. bisa mendekat sebentar? aku mau mengajak kamu dan Diana latihan." Ucap Fujiko.

Diana dan Kila pun mendekat, Fujiko membuka kertas manila besar yang tadinya di ikat dengan karet itu, dan memperlihatkan gambarnya.

Diana dan Kila melotot, badannya terasa membeku, mereka berdua menelan ludah melihat lukisan itu.

"Fujiko.. ini lukisan apa? kenapa nampak mengerikan?" Tanya Diana dengan wajah pucat.

Fujiko tersenyum.

"Bagaimana keren kan?" Tanya Fujiko.

Diana tidak bisa berkata-kata sementara temannya yang bernama Kila di sampingnya sudah menjauh dan tidak jadi menemani Fujiko presentasi.

"Fujiko.. sepertinya aku tidak bisa ikut presentasi kalau begini." Ucap Diana.

"Kok semuanya pada mundur? aku sama siapa dong?" Tanya Fujiko.

Diana belum sempat menjawab, namun ketua OSIS sudah memanggil kelompok melati.

"Sekarang giliran kelompok melati, silahkan perwakilan dari kelompok melati maju ke depan." Jelas ketua OSIS.

"Okey.. tidak masalah, jika tidak ada yang mau menemani ku, aku presentasi sendiri saja." Fujiko pun beranjak dan maju ke depan sendirian membawa kertas manila nya.

"Kenapa perwakilan kelompok melati hanya satu orang? saya menyuruh tiga orang untuk maju ke depan." Ucap ketua OSIS.

"Maaf kak ketua, kelompok melati hanya di wakil kan oleh saya saja, tidak masalah kan?" Ucap Fujiko tersenyum.

"Ya sudah silahkan, perkenalkan diri terlebih dahulu." Ucap ketua OSIS.

Fujiko pun mengambil Microfon dari tangan ketua OSIS, dan memperkenalkan diri.

"Perkenalkan saya Kirara Fujiko akan mempresentasikan hasil karya seni dari kelompok melati." Ucap Fujiko kemudian membuka lembar kertas manila itu dan memperlihatkan lukisannya.

Seketika ketua OSIS, anggota OSIS, para guru, dan seluruh siswa-siswi baru yang mengikuti ospek tertegun, dan terlihat mematung saat Fujiko membuka lembar kertasnya.

Lukisan yang sangat bagus dan terlihat seni, namun lukisan itu nampak mengerikan, se sosok gadis dengan rambut terurai sampai di tanah, lidah yang amat panjang menjuntai, mata yang melotot berwarna merah dengan balutan dress berwarna putih.

Suasana di lapangan seketika dingin, angin berhembus membuat bulu-bulu kuduk seluruh warga sekolah yang ada di sana merinding, ketua OSIS masih terdiam dan membisu belum bisa mengungkapkan sepatah kata pun, seluruh siswa-siswi yang tadinya ribut seketika terdiam, dalam keadaan suasana hening.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!