Diary Gadis Indigo

Diary Gadis Indigo

SORE HARI YANG BER-HUJAN

Tetesan air hujan terdengar berjatuhan di genteng rumah Fujiko sore itu. gadis kecil itu tampaknya sangat menikmati tetesan demi tetesan air yang berjatuhan. matanya memperhatikan setiap tetes yang jatuh di hadapannya.

"wahhh indah sekali..!! dunia begitu indah saat hujan turun." Ucapnya.

tetesan air hujan semakin banyak dan deras, tanpa sadar sudah 2 jam gadis itu berada di halaman rumahnya.

"Yang lain kemana ya? kenapa mereka melewatkan moment seindah ini?" ucap Fujiko.

Gadis itu kemudian beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam rumahnya. suasana sepi, Ayah dan ibunya tidak ada di rumah sore itu. gadis kecil itu terduduk lemas di sofa kemudian menatap langit yang berhujan dari jendela kamarnya. beberapa menit kemudian lamunannya buyar, tiba-tiba Sein kakak cowoknya mengagetkannya.

"Hey Gadis kecilku, melamun terus mikirin apa si? "ucap Sein kemudian mencubit pipi adiknya yang tembem seperti bakpao itu.

"Aaaaa sakittt kak Sein lepasin." teriak Fujiko.

Sein kemudian melepaskannya dan duduk di samping Fujiko.

"Kamu sangat suka hujan ya? kenapa suka sekali sama hujan?" Tanya Sein.

"Hujan itu indah kak, tenang, damai." jawabnya.

Sein kemudian tersenyum dan memeluk Fujiko, Sein sangat sayang dengan Fujiko meskipun mereka berdua jarak usianya jauh, beda sembilan tahun namun karena keperibadiannya yang lembut dan menyukai hal-hal yang damai seperti hujan adik kecilnya yang kini baru berusia 10 tahun memiliki frekuensi yang sama seperti Sein.

"Kak, kenapa kakak gak main keluar sama temen?" ucap Fujiko lirih.

"Enggak ah, males. mending di rumah sama kamu bisa nikmatin hujan dari jendela kayak gini." jawab Sein.

Fujiko merasa sangat nyaman masih ada kakaknya di sampingnya, hari-harinya menjadi ceria dan tidak kesepian. beberapa menit kemudian hujan semakin deras, nampaknya Sein tertidur lelap di samping fujiko.

"yahh malah tidur, kan jadinya aku kesepian." ucap Fujiko.

gadis itu kemudian beranjak dari tempat duduknya dan menuju keluar. matanya tertuju ke sebuah pepohonan di seberang rumahnya. ada seseorang yang berdiri di sana, namun tidak memakai payung ti tengah hujan deras seperti itu.

"Eh.. siapa disana?" gadis itu bertanya-tanya kemudian menengok ke dalam rumahnya, terlihat Sein yang masih tertidur lelap di sofa rumah tamunya. Fujiko kemudian langsung berjalan menuju orang yang berdiri di bawah derasnya hujan itu.

"Hey kamu siapa? kenapa tidak memakai payung?" ucap Fujiko. orang itu kemudian tersenyum kepada Fujiko, seorang wanita yang kelihatan sedikit lebih dewasa dari umur Fujiko.

"Aku suka hujan.. berada di bawah derasnya hujan adalah suatu kedamaian yang tidak bisa ku ungkapkan rasanya" ucap gadis itu.

"Kamun benar, hujan sangat menenangkan. aku dan kakakku sangat suka hujan." balas Fujiko.

"Bagaimana kalo kita main saja?" ucap gadis itu. Fujiko mengangguk kemudian mereka berdua tampak ceria bermain di bawah hujan yang deras, menginjak rerumputan yang basah, sangat seru tanpa sadar sudah satu jam Fujiko bermain-main disana. beberapa menit kemudian ayah dan ibunya terlihat datang ke rumah.

"Sein, kamu malah tidur disini, adik kamu mana?" ucap ibunya.

Sein kemudian gawat dan mulai berlarian ke beberapa tempat di rumah.

"Bu tadi aku sama Fujiko duduk disini kok, tapi aku ngantuk banget, jadinya gak sadar tertidur" ucap Sein.

Sein kemudian keluar rumah dan melihat Fujiko ada di seberang rumahnya, sedang bermain air hujan.

"ibu, itu adik!" Ujar Sein memanggil ibunya yang ada di dalam rumah.

ibunya kemudian langsung pergi ke seberang rumahnya dan menghampiri Fujiko disana.

"Fujiko!! apa yang kamu lakukan disini?! ibu kan sudah bilang jangan bermain hujan nanti kamu sakit." teriak ibunya marah.

ibunya kemudian menarik tangan Fujiko dan menyeretnya ke rumah.

"Ayah, lihat anakmu ini bandel sekali, bermain-main hujan di padang rumput seberang rumah." ujar ibunya.

"Anak nakal..! hari ini kunci saja dia di dalam kamar supaya tidak bandel lagi." balas ayahnya.

Sein yang melihat adiknya di marahi hanya bisa terdiam, meskipun kasihan.

"ibu, ayah.. maafin aku tadi aku cuma mau kenalan saja di sana sama teman baruku." ucap Fujiko.

ibu dan ayahnya melihat ke padang rumput di seberang rumahnya, tidak ada satupun orang disana. ibunya kemudian men-jewer telinga Fujiko.

"Alasan lagi kamu ya, biar ibu dan ayah izinin kamu bermain hujan lagi?" ucap ibunya.

Beberapa saat kemudian akhirnya Fujiko di kurung di kamarnya dan di kunci dari luar oleh ibunya.

"Ibu bukaaa!! buka pintunya!!!" teriak gadis kecil itu kemudian menangis di kamarnya.

"Heii Fujiko" terdengar suara memanggilnya dari balik jendela kamarnya.

Fujiko kemudian menoleh, ada gadis yang tadi dia ajak bermain di padang rumput seberang rumahnya. seketika Fujiko berhenti menangis dan beranjak menuju jendela.

"Heii kamu!! maafin aku tadi ya udah duluan selesai main, soalnya dimarahin ibu dan ayah." ucap Fujiko.

"Oh ya kenalin namaku Lily." ucap gadis itu.

"Yeyy Lily, aku senang sekali bisa bermain denganmu akhirnya aku punya teman!!" ucap Fujiko.

Lily tersenyum kemudian menyodorkan sebuah buku Diary kecil kepada Fujiko.

"Ini untuk mu.. sebagai tanda pertemanan kita." ucap Lily.

Buku diary yang mungil berwarna ungu. Fujiko yang melihat buku itu terlihat sangat senang dan mengambilnya dari tangan Lily.

"Itu buku Diary buat kamu, kalau kamu ingin cerita sama aku, tapi aku tidak bisa hadir ke rumah kamu, kamu bisa tulis saja di buku itu." ucap Lily.

Beberapa detik kemudian pintu kamar Fujiko terbuka.

"Fujiko! bicara sama siapa kamu?!" tanya ibunya yang dari tadi mendengar putrinya bicara di dalam kamar.

"Sama dia bu.. " ucap Fujiko kemudian menunjuk ke arah jendela.

"Eh kok gak ada, tadi temanku ada disini namanya Lily."

ibu Fujiko diam sejenak, ia merasa aneh, dari tadi putri kecilnya mengatakan main sama teman.

"Apakah putriku sudah mulai suka berkhayal?" batin sang ibu.

"Ada apa ma?" Tanya Sein.

"Sein, ajak adik kamu di kamar kamu tidur malam ini ya." ujar sang ibu kemudian beranjak dan keluar kamar Fujiko.

Sein menoleh Fujiko yang masih berdiri di depannya, Sein melihat buku kecil yang dipegang adiknya.

"Buku apa itu dik?" tanya Sein.

"Ini buku yang di kasih Lily kak, teman baru aku ucapnya.

Sein kemudian diam, dia tidak begitu heran, karena dari dulu dirinya juga sudah sering mempunyai teman khayalan. Sein kemudian mengusap-usap rambut Fujiko.

"Iyaiya, nanti kakak lihat bukunya boleh ya?" Tanya Sein tersenyum. Fujiko mengangguk dan tersenyum kepada Sein.

"sekarang ayo ikut kakak makan dulu sama ayah ibu." Ajak Sein. Fujiko meletakkan buku diary kecil itu di atas meja belajarnya dan keluar bersama Sein.

Terpopuler

Comments

🎀

🎀

1 like for you
jangan lupa mampir ya ke novelku ya 🤗

2024-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!