BAB 7 "Teman Duduk Istimewa"

Ketika Nira hendak menyimpan barang bawaannya di kompartemen bagasi kabin, tiba-tiba dari arah belakang seseorang datang kepadanya dan menawarkan bantuan. "Sini biar gue simpankan," katanya pada Nira yang kontan menghadap ke belakang ke arahnya setelah ia mendengar suaranya yang tak asing di telinganya.

"Astaga!" Nira terkejut tak percaya saat mendapati Mada Alzio yang berdiri di belakangnya dan menawarkan bantuan padanya. "Mada, terima kasih. Tapi sebenarnya gue bisa melakukannya sendiri," ungkap Nira, menolaknya dengan sopan. "Lo sebaiknya mencari kursi lo aja. Serius deh, gue bisa sendiri," imbuhnya sambil tersenyum.

Mendengar itu, seketika saja Mada terkekeh. "Nira, ini kursi gue," balas laki-laki ini sembari menunjuk kursi di samping kursi Nira. Yang diajak bicara kontan memasang raut wajah terkejut saat menatapnya.

"What a night it is?!" kata Nira disertai dengan bibir mungilnya yang terangkat ke atas saat bersitatap dengan Mada tanpa berkedip selama tiga detik.

"Gue rasa ketinggalan pesawat itu nggak sial. Sebaliknya, ini hari keberuntungan lo—bertemu gue, aktor tampan dan terkenal di stasiun pengisi daya, dipinjamkan charger HP oleh aktor tampan dan baik hati, lalu ditraktrir makan dengan aktor yang sama, dan sekarang...lo malah duduk di sampingnya juga," beber Mada. Ia bergurau pada Nira.

Kontan Nira yang mendengarnya terbahak-bahak. "Apa lo sudah menduganya?" tanya Nira usai tertawa.

Mada pun menggeleng. "Ini nggak terduga," jawab pria ini. Lalu ia memasukkan barang bawaannya dan Nira ke dalam kompartemen bagasi kabin.

"Thank you, ya," kata Nira selagi Mada menyimpan barang pribadinya ke kompartemen bagasi kabin sedang ia hanya berdiri di sampingnya sambil memperhatikannya. Yang diajak bicara mengangguk dan tersenyum.

"Sejujurnya, gue kira lo sudah menduga semua hal yang terjadi malam ini. Karena lo Tuan Analitik Prediktif," imbuh Nira, yang seketika saja membuat Mada tertawa.

"Nggak sama sekali," jawab Mada. Ia dan Nira lalu duduk di kursi mereka masing-masing. "Gue rasa ini yang namanya kebetulan yang membawa keberuntungan," jelas lelaki ini sembari mengeluarkan tissue basah dari dalam tasnya.

Nira yang melihat Alan mengeluarkan tissue basah lantas hanya diam sambil menatap lelaki itu bingung. Hal satu ini ditandai dengan kerutan horizontal yang muncul di sepanjang keningnya. Untungnya Mada peka sehingga ia pun menjelaskan kepada Nira alasannya mengeluarkan tissue basah tiba-tiba.

"Nira, lo keberatan nggak kalau gue menyeka kursi lo dengan tissue ini?" Mada menatap Nira yang saat itu juga sedang menatapnya meski dalam diam, dan dengan matanya yang seolah bertanya, "Kenapa lo harus menyeka kursi gue?"

Kendati demikian, Nira tetap mengangguk meski... Samar. "Ya, silakan..." jawab perempuan ini sembari bibir mungilnya tersenyum canggung. "Thanks," sambungnya.

Kedua sudut bibir Mada tampak terangkat ke atas, melengkung sempurna sehingga muncul bulan sabit yang indah di wajahnya. Ya, lagi-lagi Mada mengulas senyum terbaiknya pada Nira sembari mengangguk. Setelah itu, ia menyeka kursi Nira dan kursinya dengan selembar tissue.

"Bukan apa-apa, tapi lo tahu, hampir 28% pesawat nggak dibersihkan menyeluruh," ujar Mada setelah selesai menyeka kursinya. Yang diajak bicara tertawa kecil sambil menatapnya tak percaya.

"Benarkah?" tanya Nira penasaran.

Seketika saja Mada terkekeh kala melihat ekspresi wajah penasaran Nira, yang mana di matanya itu terlihat menggemaskan. "Nggak. Gue hanya mengarang itu," jelas Mada akhirnya.

Mendengar itu, Nira kemudian tertawa. Akan tetapi, sekian detik kemudian tawa Nira surut dan raut wajahnya pun terlihat cemas karena mesin pesawat akhirnya nyala, yang mana itu artinya pesawat siap untuk take off. Hal ini wajar terjadi bagi Nira yang takut akan ketinggian.

Saat pesawat akan lepas landas, Nira yang duduk di samping Mada terlihat memejamkan matanya selagi kedua tangannya berpegangan erat pada pegangan kursi di sisi kanan dan kirinya sembari terus mengatur nafas guna menetralisir rasa takut dan cemas yang ia hadapi.

Melihat itu, Mada lantas meraih tangan kanan Nira pelan dan menggenggamnya erat tapi juga lembut dengan harapan gadis itu akan mendapatkan banyak ketenangan di hati dan pikirannya. Benar! Bukan tanpa alasan kenapa Mada berani menggenggam tangan gadis yang belum 24 jam ia temui.

Menurut aktor tampan satu ini, genggaman tangan dapat memperlambat detak jantung, menurunkan tekanan darah hingga mengurangi produksi hormon stres di dalam tubuh Nira ketika ia berhadapan dengan sesuatu hal yang membuatnya takut dan cemas.

"Nira, are you okay?" tanya Mada. Yang ditanyanya mengangguk sembari menutup mata dan bergandengan tangan dengannya.

Mada yang awalnya terlihat tenang dan santai, kini mulai khawatir dan bingung karena perasaan cemas serta takut Nira tampaknya tak kunjung berkurang meski jarinya dan jari Nira telah bertautan. Karena itulah, akhirnya Mada memutar otak—mencari cara lain agar perasaan takut dan cemas yang menyergap hati Nira setidaknya bisa sedikit berkurang.

"Nira, apa gue boleh tahu apa makanan favorit lo? Warna, tempat, dan hewan kesukaan lo?" cerca Mada. Ini adalah cara untuk ia mengalihkan perhatian Nira dari rasa cemas dan takutnya.

Kontan Nira terkekeh usai mendengar pertanyaan Mada. "Sushi, pizza, mie, pink, pantai, dan burung," jawab Nira meski dengan mata tertutup. "Kalau lo?" tanyanya. Ia lalu membuka matanya perlahan dan menatap Mada yang tengah memandangnya.

"Sushi, pantai, biru, dan anjing," jawab Mada. Lalu Nira mengernyitkan wajahnya. "Kenapa lo suka burung?" tanya pria ini. "Burung itu kan... Iihh.." cicit pria ini seketika saja membuat Nira menatapnya bingung.

"Apa maksud lo iihh? Burung itu simbol kebebasan, Mada." Nira menatap Mada dengan kerutan di keningnya.

"Lo memang benar. Tapi burung, mereka suka BAB sembarang. Mereka BAB di mana-mana," terang Mada sambil memasang wajah jijik meski ia tertawa kecil.

"Tapi anjing juga begitu kan?" Nira menatap Mada heran.

"Tapi nggak semenyeramkan burung, Nira," balas Mada sambil tertawa. "Lo sadar nggak, ketika burung BAB, itu kadang mengenai kepala atau baju seseorang," ungkap lelaki ini. "Sedangkan anjing, gue yakin banget selama ini lo sendiri nggak pernah melihat seekor anjing BAB sampai mengenai kepala atau baju seseorang," imbunya.

Sontak Nira tertawa dan menggeleng, yang mana ini artinya ia membenarkan ucapan Mada dan juga setuju bahwa belum pernah netranya menyaksikan seekor anjing melakukan itu. "Astaga! Lo benar!" aku gadis ini.

Melihat Gianira akhirnya bisa tertawa lepas, Mada Alzio pun bernafas lega. "Gue rasa itu berhasil," kata pria ini tanpa memutus pandangannya dari Nira.

"Apanya yang berhasil?" tanya Nira bingung tatkala bersitatap dengan Mada.

"Mengalihkan perhatian lo dari perasaan takut dan cemas yang lo rasakan," ungkap Mada sungguh-sungguh, sehingga Nira yang mendengarnya terdiam sesaat.

"Terima kasih untuk itu, Mada," ucap Nira sembari mengulum senyumnya.

"Jangan khawatir," balas Mada sangat lembut. Itu membuat telinga dan hati Nira mencair. Terlebih lagi, saat ia melihat Mada dengan gagahnya menawarkan bantuan kepada seorang wanita paruh baya yang akan menyimpan tasnya ke dalam kompartemen bagasi kabin.

"Nak, pacarmu sangat baik," tukas wanita tua yang berdiri di samping Mada pada Nira yang duduk di kursinya.

Sekian detik setelah mendengar pujian wanita tua itu. Nira tersenyum malu. "Terima kasih," balasnya.

Wanita tua ini lantas mengangguk dan tersenyum pada Nira.

"Bagaimana kalian berdua bisa bertemu, Nak?" tanyanya penasaran.

"Itu berkat kebetulan dan keberuntungan, Nyonya," sahut Mada cepat. Kemudian wanita tua itu mengalihkan pandangannya dari Nira pada Mada. "Kami bertemu saat daya ponsel dan laptopnya habis. Jadi saya dengan gagah menawarkan bantuan—meminjamkan pengisi daya ponsel saya kepadanya," beber pria ini disertai dengan senyuman yang memesona di akhir bicaranya. "Sejak saat itu, kami mengobrol. Satu hal mengarahkan kami pada hal lainnya," terangnya lagi.

"Nyonya tahu apa? Selain menawan, dia juga membuat saya yang terlambat lima menit sehingga saya ketinggalan pesawat dan menganggap itu adalah sial, merasa sangat bahagia." Nira menatap wanita tua itu sekilas. Lalu ia mengarahkan pandangannya pada Mada yang sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Itu bagus," balas wanita tua bernama Kyonara ini. "Semoga penerbangan kalian berdua menyenangkan," ujar Kyonara lagi. Lalu ia berlalu dari hadapan Nira dan Mada. Wanita tua ini pergi ke kamar kecil, sementara Mada... Ia kembali dudul di kursinya.

Keesokan paginya, saat penerbangan mendarat di bandara Shanghai, Mada dan Nira turun bersama dengan Nira berjalan di depan Mada. Namun kemudian, tiba-tiba saja Mada memanggil Nira. Yang dipanggil menghentikan langkahnya dan kemudian memutar tubuhnya menghadap ke arah Mada di belakangnya.

"Ada apa?" Nira menatap Mada penasaran.

Tanpa menjawab rasa penasaran Nira, Mada Alzio langsung saja berjalan ke arah Nira lalu ia membungkuk di depan gadis itu.

Terpopuler

Comments

Yang Wang Couple

Yang Wang Couple

jujus sekali nira orangnya. terlalu polos dan murni. tapi ntah kenapa sya justeru sangat suka dengan karakter nira

2023-10-22

0

Yang Wang Couple

Yang Wang Couple

mada sewaktu ditanya penggemarnya mengatakan kalau nira adalah temannya. tapi nira tidak menyanggah pernyataan wanita tua yg melihat mada sebagai pacar nira. kenapa sikap mada dan nira berbeda ya? apa karena mada itu aktor?

2023-10-22

0

Yang Wang Couple

Yang Wang Couple

kutu buku jadinya kepikiran sja mada jawaban seperti ini. maaf sya ketawa banget di part ini 😅😅

2023-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!