Seperti dugaan Tasya, terjadi ketegangan di dalam ruangan Benzo. Pria itu nampak tak suka dengan sikap mengintimidasi yang diperlihatkan Fitria tadi.
Senyum pun mengembang di wajah Fitria. Wanita itu mendekati Benzo dan berusaha menggamit lengan sang suami. Sayangnya Benzo menepis tangan Fitria dan memilih melangkah kearah meja kerjanya.
"Kita makan siang dulu ya Pa. Aku bawa makanan kesukaan Kamu lho," kata Fitria sambil tersenyum.
"Berhenti memperlakukan Aku seperti Anak kecil," kata Benzo.
Entah tak mendengar ucapan suaminya atau sengaja mengabaikannya, Fitria nampak tak peduli dan mulai menyusun makanan yang dibawanya di atas meja. Setelahnya Fitria meraih kotak berisi nasi, meletakkan beberapa lauk di atasnya lalu membawanya kepada Benzo.
"Makan dulu Pa. Mama suapin yaa ...," kata Fitria sambil mengulurkan sendok berisi nasi dan lauk kearah mulut Benzo.
"Berhenti Fitria !" kata Benzo lantang sambil menepis tangan Fitria hingga membuat wanita itu terkejut.
Fitria menatap Benzo dengan tatapan tak percaya. Ia tak menyangka Benzo bisa sangat marah dan memanggil namanya tanpa embel-embel 'Mama' seperti biasanya hanya karena dia menyuapi sang suami makan.
"Kenapa Pa ?. Bukannya Kamu suka kalo Aku suapi. Bahkan Kamu sering memintanya dan ga malu saat disuapi di depan Anak-anak," kata Fitria.
"Tapi itu di rumah," sahut Benzo cepat.
"Apa bedanya di rumah atau di kantor. Toh, ga ada orang lain selain Kita di sini sekarang. Jadi Kamu ga perlu khawatir kehilangan wibawa," kata Fitria sambil tersenyum mengejek.
"Sudah tentu berbeda. Di rumah Kamu lah Ratunya. Jadi Kamu berhak mengatur semuanya. Tapi di sini, di perusahaan ini, cuma Aku yang berhak mengatur karena ini adalah perusahaanku. Ga ada seorang pun yang berhak ikut campur termasuk Kamu," sahut Benzo datar sambil menatap Fitria dengan tatapan tajam.
Ucapan Benzo bak anak panah yang melesat cepat lalu mendarat di jantung. Terasa sangat menyakitkan sekaligus membingungkan untuk Fitria.
"Oh ..., ok. Aku ... Aku ngerti. Kalo gitu Aku pulang sekarang," kata Fitria sambil membalikkan tubuhnya.
Fitria berharap Benzo akan mencegah kepergiannya seperti biasa. Namun Fitria harus menelan rasa kecewa. Selain Benzo tak mencegah kepergiannya, Benzo justru meminta Fitria membawa pergi semua makanan yang dibawanya tadi.
Sambil menahan kemarahan Fitria pun mengemasi makanan yang disusunnya di atas meja tadi ke dalam paper bag.
"Satu lagi ...," kata Benzo tiba-tiba hingga membuat Fitria menoleh.
"Apa ?" tanya Fitria dengan enggan.
"Jangan kirimi Aku makan siang lagi. Uangku banyak, Aku bisa beli makan siang di luar atau di kantin kantor. Selain lebih variatif rasanya juga pasti lebih enak," sahut Benzo sambil menatap Fitria.
Ucapan Benzo membuat Fitria kesal. Bagi Fitria ucapan Benzo sama saja dengan merendahkan kualitas makanan yang dibuatnya. Fitria diam sambil memendam kemarahannya. Nampaknya wanita itu sedang tak ingin berdebat karena sadar itu bukan waktu yang tepat. Sesaat kemudian Fitria pun keluar dari ruangan Benzo sambil membanting pintu.
Benzo nampak mengusap dadanya sambil menghela nafas panjang karena lumayan terkejut dengan sikap Fitria tadi.
"Astaghfirullah aladziim ...," gumam Benzo.
Sesaat kemudian Benzo nampak meraih ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang.
"Aku berhasil," kata Benzo.
"Bagus. Terus gimana rasanya ?" tanya pria di seberang telephon.
"Lumayan. Ternyata bisa membuatnya kesal itu sangat menyenangkan," sahut Benzo sambil tersenyum.
"Ga usah terburu-buru, pelan-pelan aja. Wanita itu menguasaimu terlalu lama dan berpikir semuanya akan tetap sama. Makanya dia kaget waktu ngeliat Kamu berubah," kata pria di seberang telephon.
"Iya," sahut Benzo.
"Setelah ini apa rencanamu ?" tanya pria di seberang telephon.
"Memeriksa keuangan perusahaan," sahut Benzo cepat.
"Kalo itu bukan urusanku. Terserah bagaimana Kamu melakukannya. Fokusku hanya Kamu," kata pria di seberang telephon.
"Aku tau. Tapi Aku tetap butuh dukunganmu," kata Benzo.
"Insya Allah Aku siap kapan pun Kamu butuh," sahut pria di seberang telephon sambil tersenyum.
"Alhamdulillah. Makasih ya," kata Benzo di akhir pembicaraan.
Kemudian Benzo bangkit dari duduknya. Ia melangkah kearah jendela untuk mencari keberadaan istrinya.
Dari jendela Benzo bisa melihat Fitria berjalan sambil marah-marah di parkiran. Sasaran kemarahan wanita itu adalah security perusahaan dan supir pribadinya. Nampaknya Fitria melampiaskan kemarahannya pada dua karyawan suaminya itu. Sedangkan di tempatnya Benzo hanya bisa menggelengkan kepala melihat kebiasaan buruk istrinya.
\=\=\=\=\=
Fitria tiba di rumah. Saat pintu terbuka Fitria melemparkan paper bag berisi makanan yang dibawanya ke lantai begitu saja. Tentu saja itu mengejutkan empat asisten rumah tangganya yang ada di dalam rumah. Beruntung anak bungsu Fitria sedang berada di kamar hingga tak menyaksikan tingkah tak terpuji yang Fitria lakukan.
"Kurang ajar !. Berani-beraninya dia menghina masakanku. Padahal selama ini dia makan apa pun yang Aku masak," kata Fitria kesal sambil membanting tubuhnya di atas sofa.
Ucapan Fitria membuat empat asisten rumah tangganya tak berani bergerak. Mereka tetap berdiri sambil menunduk karena takut. Rupanya mereka tak mau menanggung kemarahan Fitria yang terkenal sadis itu.
Fitria mendengus kesal sambil memijit kepalanya yang berdenyut nyeri. Nampaknya ia berusaha mencari jawaban dari perubahan sikap suaminya.
Saat itu lah anak sulung Fitria yang bernama Aprilia masuk ke dalam rumah. Remaja itu menjerit saat sepatunya tak sengaja menginjak nasi yang berceceran di lantai.
"Iiiihhh ... apaan sih nih. Jorok banget. Mboookk ...!" panggil Aprilia dengan lantang.
Jeritan Aprilia membuat Fitria menoleh. Setelahnya Fitria melirik kearah asisten rumah tangganya seolah meminta mereka untuk membereskan kekacauan itu.
Empat asisten rumah tangga Fitria mengangguk lalu dengan cepat membersihkan lantai.
Melihat sikap empat asisten rumah tangga yang tampak ketakutan itu membuat Aprilia paham. Remaja itu tahu jika telah terjadi sesuatu dengan sang mama.
"Apalagi sekarang Ma ?. Kenapa belakangan ini Mama sering banget marah tanpa sebab. Apa Mama ga capek ya marah-marah terus. Aku aja pusing dengernya Ma !" kata Aprilia sambil melangkah mendekati sang mama.
"Ga usah banyak komentar dan ga usah ikut campur April. Kamu tuh masih Anak-anak. Lebih baik Kamu fokus sama pendidikan Kamu. Belajar yang rajin, jangan suka bolos apalagi kumpul sama temen-temenmu yang ga bawa hoki itu," kata Fitria ketus sambil bangkit dari duduknya.
Ucapan Fitria membuat Aprilia tersentak. Remaja itu menatap punggung sang mama yang menjauh dengan tatapan nanar. Bukan hanya kali ini Aprilia mendengar sang mama bicara ketus. Tapi entah mengapa ucapan Fitria kali ini seolah menyadarkan Aprilia bahwa ada sekat antara dia dan sang mama.
Aprilia nampak mengerjapkan mata beberapa kali. Setelah berhasil menguasai diri remaja itu pun mengejar sang mama yang melangkah ke kamar. Namun langkah Aprilia terhenti di ambang pintu saat melihat apa yang dilakukan sang mama.
Di kamar Fitria nampak sedang mengeluarkan sesuatu dari kolong tempat tidur. Saat diamati dengan jelas ternyata itu adalah piring yang terbuat dari tanah liat. Di atas piring tampak bertebaran bunga yang telah mengering, benda berwarna kecoklatan yang basah dan berlendir serta sesuatu yang terus mengeluarkan asap. Meski dari jarak jauh namun aroma dari asap yang terus mengepul itu membuat Aprilia pening seketika. Aprilia menutup hidungnya karena tak kuasa mencium aroma asap dari benda yang terbakar itu.
Aprilia masih berdiri di ambang pintu sambil mengamati gerak-gerik sang mama secara diam-diam. Sedetik kemudian Aprilia terkejut saat menyaksikan sang mama memakan bunga-bungaan yang telah mengering dan benda basah kecoklatan berlendir itu dengan lahap.
"Mama !" panggil Aprilia dengan lantang hingga mengejutkan Fitria.
Fitria menoleh lalu menghentikan aksinya. Wanita itu menatap sang anak dengan tatapan aneh dan mulut penuh. Entah mengapa melihat tatapan sang mama membuat Aprilia bergidik ngeri. Remaja itu pun mundur beberapa langkah ke belakang karena tak kuasa menahan ngeri.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
waduh Mama jadi kuntilanak
2024-01-11
0
Irma Tjondroharto
waduh april.. harus e jangan teriak.. semoga mama mu msh bisa waras km ndak diapa2kan...
2023-11-24
1
💎hart👑
nah beneran ga beres tu Fitria
2023-11-08
1