Usai makan siang Adam dan enam rekannya pun kembali ke kantor. Di perjalanan mereka kembali berbincang santai.
"Ngomong-ngomong Bos itu udah lama ya menikah sama Istrinya Sya ?" tanya Indri membuka pembicaraan.
"Pasti udah lah. Kan umurnya Bos juga udah lumayan tuwir," sela Winda.
"Eh, tapi jangan salah. Biar udah tuwir tapi Anaknya masih kecil-kecil lho," kata Tasya.
"Masa sih ?" tanya Dinar tak percaya.
"Iya. Anaknya Bos kan ada tiga. Yang sulung kelas tiga SMA, yang kedua sekarang kelas lima SD. Nah yang bungsu masih balita," sahut Tasya.
"Berarti waktu nikah Bos ga langsung punya Anak dong," kata Toriq asal.
"Bukan ga langsung punya Anak. Tapi emang ga bisa punya Anak. Kan Istri pertamanya katanya ga bisa hamil. Nah yang sekarang, yang kata Tasya sering ngirim makan siang itu, ya Istri keduanya Bos," kata Adam sambil menatap ke jalan raya di depannya.
"Yang bener Mas Adam ?. Saya baru tau lho," kata Tasya sambil menatap Adam tak percaya.
"Masa gitu aja ga tau Sya. Kamu kan sekretarisnya Bos. Bukannya sekretaris harus tau data pribadi Bosnya yaa ...," sela Rudi sambil menggelengkan kepala.
"Tau nih Tasya," sahut Winda, Indri dan Dinar bersamaan sambil menatap Tasya dengan tatapan tak percaya.
"Serius Mas Rudi, Saya baru tau ini," kata Tasya sungguh-sungguh.
"Berarti Kamu juga ga tau dong kalo Istri Bos yang sekarang adalah sahabat mantan Istrinya Bos yang pertama dulu," kata Rudi sambil menoleh kearah Tasya yang duduk di kursi belakang.
"Wah kalo itu Kami juga baru denger Mas, Iya kan guys !" sela Indri lantang disambut anggukan kepala Winda dan Dinar.
"Udah deh. Ga usah ngebahas kehidupan pribadinya Bos, ga sopan. Gitu-gitu kan beliau yang menggaji Kita," kata Adam mengingatkan.
"Udah terlanjur Mas, nanggung juga. Bahas aja sekalian biar Kita ga tambah kepo. Terus abis itu Kita janji bakal tutup mulut. Iya kan guys ?!" lagi-lagi Indri bertanya lantang seolah ingin didukung oleh semua orang.
"Iya ...!" sahut Dinar, Winda dan Tasya dengan lantang.
Tentu saja ucapan para wanita itu membuat Adam, Rudi dan Toriq tertawa.
"Dasar cewek. Seneng banget kalo ngomongin aib orang ...," gerutu Adam disambut cengiran Indri, Winda, Dinar dan Tasya.
Kemudian Rudi pun menceritakan bagaimana kisah rumah tangga Bos Benzo dan istrinya. Rudi sengaja bercerita secara singkat agar bisa meredam rasa penasaran keempat wanita yang ada di dalam mobil.
"Bos Benzo nikah sama Istri pertamanya yang bernama Wulan itu sekitar dua puluh lima tahun lalu. Walau pun Bu Wulan ga bisa hamil tapi Bos Benzo sangat mencintainya dan mereka hidup bahagia. Tapi temen Bu Wulan yang namanya Fitria rupanya iri sama kebahagiaan Bu Wulan. Diam-diam dia juga naksir sama Bos Benso dan berusaha merebut Bos Benso dari tangan Bu Wulan. Entah gimana ceritanya, akhirnya Bu Wulan pun tersingkir dan Bu Fitria menggantikan tempatnya," kata Rudi.
"Oh gitu. Pantesan Saya sering ngerasa ga nyaman kalo Istri Bos datang ke kantor. Tatapannya kaya mengintimidasi gitu. Rupanya dia menikahi Bos dengan cara ga lazim," kata Tasya sambil bergidik.
"Sok tau Lo. Darimana Lo tau kalo pernikahan si Bos sama Istri keduanya itu ga lazim ?" tanya Indri.
"Lah kan tadi Mas Rudi yang bilang kalo Bu Fitria itu naksir sama Bos Benzo sejak masih jadi Suaminya Bu Wulan. Itu artinya dia merebut Bos Benzo dari Istri sahnya. Makanya sekarang dia ketakutan kalo Suaminya juga bakal direbut sama orang lain seperti yang dia lakuin dulu," sahut Tasya sambil mencibir.
"Hush ..., udahan ngomongnya. Udah sampe kantor nih. Inget ya, jangan bahas tentang ini lagi sama siapa pun di kantor ini !" kata Adam tegas.
"Siap Mas Adam ...!" sahut Indri, Winda, Dinar dan Tasya bersamaan.
"Oh iya. Makasih traktirannya ya Mas," kata Tasya.
"Iya iya, sama-sama. Asal ga tiap hari Saya mah ga keberatan kok," sahut Adam sambil tersenyum.
"Iya Mas. Lumayan lah, Tasya jadi bisa menghemat pengeluarannya hari ini," gurau Dinar sambil melirik kearah Tasya.
"Lo juga kali !" kata Tasya tak mau kalah sambil melotot kearah Dinar.
"Dih, Gue mah emang biasa makan di luar. Jadi udah biasa ngeluarin duit tuh," kata Dinar sambil berlalu.
"Tapi tetep aja Lo makan gratis hari ini Dinar !" kata Tasya dengan lantang.
Sayangnya Dinar nampak tak peduli. Ia terus melangkah meski pun Tasya terus memanggil namanya. Perdebatan Dinar dan Tasya itu membuat kelima orang lainnya tertawa terbahak-bahak. Kemudian keenamnya pun melangkah bersama menyusul Dinar dan berpisah di loby perusahaan.
Adam dan Rudi naik ke lantai dua, Winda dan Indri ke lantai tiga, Tasya ke lantai lima, sedangkan Toriq masih bertahan di loby karena harus mengurus sesuatu.
"Met tugas ya Syaaa ...," kata Indri sambil tersenyum manis saat ia keluar dari lift lebih dulu.
"Ga usah ngeledek Dri. Mentang-mentang Gue kerja sendirian di lantai atas, Lo jadi kaya gini sekarang," sahut Tasya sambil mendelik kesal.
"Gue emang kaya gini kok setiap hari. Iya kan Win ...?" tanya Indri sambil melirik kearah Winda.
"Ho oh ...," sahut Winda cepat sambil tersenyum mengejek.
"Ck, udah sana keluar. Lama banget sih ...," gerutu Tasya sambil mendorong tubuh Indri dan Winda agar keluar dari lift lebih cepat.
Indri dan Winda nampak tertawa sedangkan Tasya hanya bisa menekuk wajahnya sambil menekan tombol lift.
\=\=\=\=\=
Malam itu Tasya tak bisa memejamkan mata. Entah mengapa cerita Rudi dan Adam tentang Bos Benzo membuatnya gelisah.
Selama ini Tasya memang merasa ada yang aneh dengan sikap Bos Benzo. Selain tak suka makan di luar, Bos Benzo juga kadang terlihat seperti orang linglung. Hingga tak jarang Tasya harus mengingatkan sang bos agar bisa kembali fokus pada sesuatu yang sedang ada di hadapannya. Walau hanya sepersekian menit, namun itu cukup mencemaskan. Tasya khawatir kondisi itu dimanfaatkan oleh saingan bisnis Bos Benzo.
Awalnya Tasya mengira jika semua terjadi karena pengaruh usia dan kelelahan. Maklum lah, Bos Benzo memang tak lagi muda. Usianya mendekati angka enam puluh. Namun mengingat itu Tasya pun menyangkalnya.
"Ah ga juga. Umur Bos Benzo sama kaya umur Bapak. Malah tua-an Bapak kayanya. Tapi Bapak masih sehat, pikirannya juga badannya. Kalo mereka sepantaran harusnya kan ga beda jauh. Apalagi Bos Benzo kan tajir dan banyak uang. Dia pasti bisa beli suplemen atau vitamin biar awet muda. Soal harga pasti ga masalah buat Bos Benzo," gumam Tasya.
Entah hingga jam berapa Tasya terjaga. Yang pasti ia terbangun dengan warna kehitaman melingkari kedua matanya.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
lanjutkan
2024-01-06
1
Irma Tjondroharto
dipelet ya bos benzo... kasian ya wulan... punya temen kayak gt... emang cari lbh susah lbh gampang merebut... dg ajian jaran goyang... wkwkkwk
2023-11-23
1
uutarum
jangan2 diguna guna
2023-10-11
2