Bagian 16. Kerajaan Jin di Bantar Mayit

Kami pun segera pergi meninggalkan tempat itu untuk menemukan teman - teman kami yang lain.

Kami terus berjalan selama beberapa menit kemudian. Sampai akhirnya kami menemukan sebuah gapura. Rupanya kami sampai di batas desa.

"Lihat tulisan di gapura itu, tunjuk Wiwik. Kami serentak menoleh ke arah gapura tersebut dan membaca tulisan di atasnya.

"Selamat Datang di Desa Bantar Mayit."

Kami semua saling pandang. Nama desa ini membuat bulu kuduk berdiri. Serem sekali. Bagaimana penduduknya. Apakah isinya zombie semua..? mungkin itulah yang ada dalam pikiran kami masing-masing.

"Bagaimana ini, apakah kita akan masuk ke desa ini.?" tanya Vita "Nama desa ini saja sudah membuat bulu kudukku merinding. Sungguh menyeramkan sekali namanya." kata Vita lagi sambil bergidik.

Cewek itu kembali menatap papan nama yang tertera pada gapura tersebut. Benar - benar nama yang aneh untuk nama sebuah desa, pikirnya.

Mataku melirik ke arah Aldo. Merasa aku sedang menatapnya, cowok itu menoleh. Aku memberi isyarat dengan mata untuk meminta saran pada cowok indigo itu.

"Aku rasa sebaiknya kita harus kembali saja ke jalan yang kita lewati tadi. . Terlalu berbahaya untuk masuk ke sana. Kita tidak tahu, apakah desa ini aman untuk kita masuki," kata Aldo sambil menatapku. Cowok itu seperti minta pendapatku.

"Tapi bagaimana kalau teman - teman kita yang lain ada di desa ini?" tanyaku pada Aldo.

"Aduh ,Rhiu, Aldo benar. aku rasa kita harus meninggalkan desa ini secepatnya. Suasana di desa ini sangat menyeramkan, taum Aku takut.."kata Wiwik.

"Tapi kita tak punya pilihan, Wik. Kita harus menemukan Bang Farel dan Beno serta Pak sopir kita. " kataku. "Mereka semua harus kita tolong.."

"Rhiu benar, teman - teman. kita tak punya pilihan selain masuk ke desa ini dan menemukan mereka. Siapa tahu, mereka tersesat di dalam sana." kata Aldo.

"Oke, kita masuk ke dalam sana dan segera mencari mereka. Setelah itu kita harus keluar secepatnya dari desa ini." kata Vita.

Akhirnya, kami pun memutuskan untuk masuk ke desa Bantar Mayit. Desa yang bahkan namanya saja baru kali ini mereka dengar. Saat mulai menapakkan kaki, perasaanku sudah mulai tak nyaman. Berkali-kali mataku mengeluarkan cahaya kebiruan. Untung saja teman - temanku tak terlalu memperhatikan karena aku berjalan paling belakang.

Kami berjalan dengan hati-hati, sambil mengamati sekeliling. Desa ini sangat sepi. Tidak ada seorang pun yang terlihat.

Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak desa yang sepi. Suasananya sangat mencekam. Tidak ada seorang pun yang kami temui di sepanjang jalan itu. Hanya kegelapan saja yang makin pekat saat kamu sudah semakin jauh masuk ke dalam.

"Aku tidak suka suasana desa ini," kata Vita. "Aku merasa sepertinya kita sedang diawasi."

"Aku juga," kata Wiwik. "Aku merasa seperti ada yang mengikuti kita."

"Desa ini benar-benar mengerikan," kata Aldo "Aku juga tidak suka suasananya."

"Aku juga," kataku. "Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres di sini."

Tiba-tiba, Zztttt...blusss

Sekelebat mataku menangkap bayangan hitam yang melesat dengan cepat di depan kami.

"Berhenti..!?" kataku. "Jangan ada yang bergerak."

Semua teman - temanku berhenti berjalan. Wajah mereka semua terlihat tegang.

"Stt,.......ada apa, Rhiu..?" tanya Chintya.

Aku melirik Aldo yang saat ini juga sedang menatapku. Matanya tajam mengikuti pergerakan ekor mataku. Sepertinya cowok itu juga melihat apa yang aku lihat barusan tadi.

Bayangan itu kini bergerak lagi. Kali ini bayangan itu bergerak ke belakang kami. Aku dan Aldo langsung berbalik dan menoleh ke belakang.

Sesosok bayangan hitam tinggi besar sedang berdiri tak jauh di belakang kami. Anehnya hanya aku dan Aldo saja yang melihat bayangan itu, sedangkan ketiga cewek itu tidak.

Aku pun bergerak maju untuk melindungi ketiga cewek itu.

"Minggir, sepertinya kita kedatangan tamu..." ucapku pada ketiga cewek itu.

"Hah, tamu..? Siapa, Rhiu...?" tanya ketiganya bersamaan.

Baru saja aku hendak menjawab pertanyaan mereka. Tiba-tiba Chintya berseru "Rhiu, apa itu,..!" tunjuk Chintya ke arah bayangan hitam tadi.

Wiwik dan Vita pun serentak menoleh ke arah telunjuk Chintya. Tampak sosok bayangan tinggi besar berwarna hitam berwujud seperti manusia sedang berdiri tak jauh di belakangku.

"Rhiu, ada hantuuuuu!! " Seru ketiganya bersamaan.

Ketiganya langsung merepet ke arahku. Rupanya kini mereka pun juga melihat makhluk itu.

Tanpa sadar aku langsung berteriak, "Lari, ...!!" Seruku.

Tanpa dikomando, kami semua langsung lari meninggalkan tempat tersebut. Kami lari secepat mungkin tanpa berani menoleh ke belakang. Kami hanya fokus untuk berlari dari bayangan hitam tadi.

Sebenarnya aku juga heran. Kenapa aku malah menyuruh teman - temanku berlari. Padahal tidak sombong, aku bisa saja menghadapi makhluk yang berbentuk bayangan hitam tersebut. Tapi aku memikirkan teman - temanku yang lain.

Setelah berlari agak lama, akhirnya kami pun berhenti. Bayangan itu sudah tak terlihat lagi mengejar di belakang kami.

"Hoss....hosss, aku sudah tidak kuat lagi," kata Wiwik dengan napas ngos- ngosan. "Aku mau berhenti."

"Jangan berhenti, Wik!" kataku "Kita harus terus berlari!"

Kami masih kembali berlari sampai akhirnya kami tiba di sebuah persimpangan.

"Kita belok ke kanan atau kiri?" tanyaku.

"Aku tidak tahu," jawab Aldo. "Kita harus memilih salah satu, Nih." kata Aldo.

"Aku memilih jalan ini," Ucapku kemudian. "Kita coba belok ke kanan."

Kami pun berbelok ke kanan dan terus berlari. Berharap bayangan hitam itu tidak mengikuti mereka.

Kami berlari semakin cepat, tidak peduli lagi dengan arah yang kami tuju. Tujuannya kami hanya satu yaitu kami semua hanya ingin cepat keluar dari desa aneh tersebut.

Akhirnya, kami sampai di sebuah tempat terbuka. Tempat itu terlihat sedikit lebih ramai. Kami pun berhenti berlari dan menoleh ke belakang.

Bayangan hitam itu benar-benar sudah tidak terlihat lagi. Aku dan teman - temanku untuk sesaat bisa bernapas lega.

"Akhirnya kita bisa juga keluar dari desa itu." ucap Wiwik dengan napas masih terengah-engah.

Aku tak menjawab, melainkan memperhatikan ke sekeliling tempat itu. Tempat itu memang lebih ramai dari tempat yang kami lalui tadi.

Banyak orang yang lalu lalang di tempat itu untuk melakukan berbagai aktivitas jual beli. Rupanya tempat itu adalah sebuah pasar malam.

"Sepertinya kita ada di sebuah pasar malam." kata Vita.

"Bagus deh, kalau begitu. Aku mau beli makanan dan minuman. Sejak tadi aku sangat kehausan dan juga lapar. Aku mau cari makanan dan minuman." ucap Chintya.

"Iya, benar. Aku juga sudah lapar sekali," sahut Wiwik dan Vita berbarengan.

Sekali lagi, aku mengamati tempat ini. Aku mencium bau seperti singkong terbakar. Apa iya, ada orang yang berjualan singkong bakar malam - malam begini, pikirku.

Aku langsung berpaling dan mencari arah asal bau tadi, aku curiga, jangan - jangan....

Nauzubillahi min zalik...

aku mengucap Zikir, setelah menyadari jika ternyata kami semua sedang berada di tengah - tengah pasar ghaib.

Episodes
1 Bagian. 01 Perjumpaan
2 Bagian. 02 Rumah di Pinggir Sungai.
3 bagian 03. Rumah di Pinggir Sungai ( bagian 2 )
4 Bagian. 04 Bagal
5 Bagian. 05 Nyi Kantil
6 Bagian. 06 Jangan Ikut Campur
7 Bagian. 07 Amanat Marni
8 Bagian. 08 Antara Ada dan Tiada
9 Bagian. 09 Terluka
10 Bagian. 10
11 Bagian. 11 Desa Pocong
12 Bagian. 12 Desa Pocong part. 2
13 Bagian. 13 Desa Pocong ( part 3)
14 Bagian. 14 Desa Pocong (Part.4)
15 Bagian. 15 Desa Bantar Mayit
16 Bagian 16. Kerajaan Jin di Bantar Mayit
17 Bagian. 17 Pasar Ghaib
18 Bab. 18 Lolos Dari Maut.
19 Bagian. 19 Kebimbangan Pangeran Haizzar
20 Bagian. 20 Iblis Itu, ....bernama UR'K...
21 Bagian. 21 Mendatangi Rumah Sarman
22 Bagian. 22 Perburuan Di mulai
23 Bagian. 23 Jebakan
24 Bab. 24 Pertarungan
25 Bab. 25 Jin Bermata Merah
26 Bab. 26 Tumbal
27 Bab. 27 Tumbal (Part 2)
28 Bab. 28 Serangan Ka'ra
29 Bab. 29 Simbol Neraka ke Lima
30 Bab. 30 Pengantin Iblish....
31 Bab. 31 Jalanan Ghaib.
32 Bab. 32 Makhluk Kiriman Dari Neraka
33 Bab. 33 Grim
34 Bab. 34 Sang Penyihir
35 Bab. 35 Gerbang Istana Hutan Larangan
36 Bab. 36 Menghilang
37 Bab. 37 Pangeran Kegelapan
38 Bab. 38 Negeri Sembilan Siring
39 Bab. 39 Jebakan
40 Bab. 40 Foto di Kain Kafan
41 Bab. 41 Sundal Bolong...
42 Bab. 42
43 Bab. 43. Raja Jin dari Gunung Papandayan.
44 Bab. 44 Pernyataan Cinta Pangeran Haizzar
45 Bab. 45 Mata Bathin
46 Bab. 46 Serangan Ghaib
47 Bab. 47 Mimpi Rhiu
48 Bab. 48 Makhluk Penghisap Darah
49 Bab. 49 Ke Bukit Malaikat
50 Bab. 50 Burung Hud
51 Bab. 51 Hujan di Negeri Jin
52 Bab. 52 Bertemu dengan Putri Aliyah
53 Bab. 53 Tak Mau Pulang
54 Bab. 54 Tersesat ke Negeri Siluman
55 Bab. 55 Kemunculan Sang Pangeran Jin
56 Bab. 56 Mustika Buntok Ular
57 Bab. 57 Jatuh dari Tebing
58 Bab. 58 Bayangan Maut
59 Bab. 59 Gamelan Hantu
60 Bab. 60 Nyi Kedasih...
61 Bab. 61 Serangan Nyai Kedasih..
62 bab. 62 Pertarungan Antara Jin dan Siluman Kera
63 Bab. 63 Kekalahan Nyai Kedasih
64 Bab. 64 Koma
65 Bab. 65 Ada Iblis di dekatmu, Rhiu..!
66 Bab. 66 Dunia Transisi
67 Bab. 67 Dunia Transisi ( Part. 2)
68 Bab. 68 Dunia Transisi (Part.3)
69 Bab. 69 Masuk ke Dalam Dunia Transisi
70 Bab. 70 Permainan Waktu
71 Bab. 71 Bebas dari Lingkaran Maut
72 Bab. 72 Pertukaran Yang Gagal
73 Bab. 73 Segel Keramat Bagal
74 Bab. 73
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bagian. 01 Perjumpaan
2
Bagian. 02 Rumah di Pinggir Sungai.
3
bagian 03. Rumah di Pinggir Sungai ( bagian 2 )
4
Bagian. 04 Bagal
5
Bagian. 05 Nyi Kantil
6
Bagian. 06 Jangan Ikut Campur
7
Bagian. 07 Amanat Marni
8
Bagian. 08 Antara Ada dan Tiada
9
Bagian. 09 Terluka
10
Bagian. 10
11
Bagian. 11 Desa Pocong
12
Bagian. 12 Desa Pocong part. 2
13
Bagian. 13 Desa Pocong ( part 3)
14
Bagian. 14 Desa Pocong (Part.4)
15
Bagian. 15 Desa Bantar Mayit
16
Bagian 16. Kerajaan Jin di Bantar Mayit
17
Bagian. 17 Pasar Ghaib
18
Bab. 18 Lolos Dari Maut.
19
Bagian. 19 Kebimbangan Pangeran Haizzar
20
Bagian. 20 Iblis Itu, ....bernama UR'K...
21
Bagian. 21 Mendatangi Rumah Sarman
22
Bagian. 22 Perburuan Di mulai
23
Bagian. 23 Jebakan
24
Bab. 24 Pertarungan
25
Bab. 25 Jin Bermata Merah
26
Bab. 26 Tumbal
27
Bab. 27 Tumbal (Part 2)
28
Bab. 28 Serangan Ka'ra
29
Bab. 29 Simbol Neraka ke Lima
30
Bab. 30 Pengantin Iblish....
31
Bab. 31 Jalanan Ghaib.
32
Bab. 32 Makhluk Kiriman Dari Neraka
33
Bab. 33 Grim
34
Bab. 34 Sang Penyihir
35
Bab. 35 Gerbang Istana Hutan Larangan
36
Bab. 36 Menghilang
37
Bab. 37 Pangeran Kegelapan
38
Bab. 38 Negeri Sembilan Siring
39
Bab. 39 Jebakan
40
Bab. 40 Foto di Kain Kafan
41
Bab. 41 Sundal Bolong...
42
Bab. 42
43
Bab. 43. Raja Jin dari Gunung Papandayan.
44
Bab. 44 Pernyataan Cinta Pangeran Haizzar
45
Bab. 45 Mata Bathin
46
Bab. 46 Serangan Ghaib
47
Bab. 47 Mimpi Rhiu
48
Bab. 48 Makhluk Penghisap Darah
49
Bab. 49 Ke Bukit Malaikat
50
Bab. 50 Burung Hud
51
Bab. 51 Hujan di Negeri Jin
52
Bab. 52 Bertemu dengan Putri Aliyah
53
Bab. 53 Tak Mau Pulang
54
Bab. 54 Tersesat ke Negeri Siluman
55
Bab. 55 Kemunculan Sang Pangeran Jin
56
Bab. 56 Mustika Buntok Ular
57
Bab. 57 Jatuh dari Tebing
58
Bab. 58 Bayangan Maut
59
Bab. 59 Gamelan Hantu
60
Bab. 60 Nyi Kedasih...
61
Bab. 61 Serangan Nyai Kedasih..
62
bab. 62 Pertarungan Antara Jin dan Siluman Kera
63
Bab. 63 Kekalahan Nyai Kedasih
64
Bab. 64 Koma
65
Bab. 65 Ada Iblis di dekatmu, Rhiu..!
66
Bab. 66 Dunia Transisi
67
Bab. 67 Dunia Transisi ( Part. 2)
68
Bab. 68 Dunia Transisi (Part.3)
69
Bab. 69 Masuk ke Dalam Dunia Transisi
70
Bab. 70 Permainan Waktu
71
Bab. 71 Bebas dari Lingkaran Maut
72
Bab. 72 Pertukaran Yang Gagal
73
Bab. 73 Segel Keramat Bagal
74
Bab. 73

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!