Kami pun segera pergi meninggalkan tempat itu untuk menemukan teman - teman kami yang lain.
Kami terus berjalan selama beberapa menit kemudian. Sampai akhirnya kami menemukan sebuah gapura. Rupanya kami sampai di batas desa.
"Lihat tulisan di gapura itu, tunjuk Wiwik. Kami serentak menoleh ke arah gapura tersebut dan membaca tulisan di atasnya.
"Selamat Datang di Desa Bantar Mayit."
Kami semua saling pandang. Nama desa ini membuat bulu kuduk berdiri. Serem sekali. Bagaimana penduduknya. Apakah isinya zombie semua..? mungkin itulah yang ada dalam pikiran kami masing-masing.
"Bagaimana ini, apakah kita akan masuk ke desa ini.?" tanya Vita "Nama desa ini saja sudah membuat bulu kudukku merinding. Sungguh menyeramkan sekali namanya." kata Vita lagi sambil bergidik.
Cewek itu kembali menatap papan nama yang tertera pada gapura tersebut. Benar - benar nama yang aneh untuk nama sebuah desa, pikirnya.
Mataku melirik ke arah Aldo. Merasa aku sedang menatapnya, cowok itu menoleh. Aku memberi isyarat dengan mata untuk meminta saran pada cowok indigo itu.
"Aku rasa sebaiknya kita harus kembali saja ke jalan yang kita lewati tadi. . Terlalu berbahaya untuk masuk ke sana. Kita tidak tahu, apakah desa ini aman untuk kita masuki," kata Aldo sambil menatapku. Cowok itu seperti minta pendapatku.
"Tapi bagaimana kalau teman - teman kita yang lain ada di desa ini?" tanyaku pada Aldo.
"Aduh ,Rhiu, Aldo benar. aku rasa kita harus meninggalkan desa ini secepatnya. Suasana di desa ini sangat menyeramkan, taum Aku takut.."kata Wiwik.
"Tapi kita tak punya pilihan, Wik. Kita harus menemukan Bang Farel dan Beno serta Pak sopir kita. " kataku. "Mereka semua harus kita tolong.."
"Rhiu benar, teman - teman. kita tak punya pilihan selain masuk ke desa ini dan menemukan mereka. Siapa tahu, mereka tersesat di dalam sana." kata Aldo.
"Oke, kita masuk ke dalam sana dan segera mencari mereka. Setelah itu kita harus keluar secepatnya dari desa ini." kata Vita.
Akhirnya, kami pun memutuskan untuk masuk ke desa Bantar Mayit. Desa yang bahkan namanya saja baru kali ini mereka dengar. Saat mulai menapakkan kaki, perasaanku sudah mulai tak nyaman. Berkali-kali mataku mengeluarkan cahaya kebiruan. Untung saja teman - temanku tak terlalu memperhatikan karena aku berjalan paling belakang.
Kami berjalan dengan hati-hati, sambil mengamati sekeliling. Desa ini sangat sepi. Tidak ada seorang pun yang terlihat.
Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak desa yang sepi. Suasananya sangat mencekam. Tidak ada seorang pun yang kami temui di sepanjang jalan itu. Hanya kegelapan saja yang makin pekat saat kamu sudah semakin jauh masuk ke dalam.
"Aku tidak suka suasana desa ini," kata Vita. "Aku merasa sepertinya kita sedang diawasi."
"Aku juga," kata Wiwik. "Aku merasa seperti ada yang mengikuti kita."
"Desa ini benar-benar mengerikan," kata Aldo "Aku juga tidak suka suasananya."
"Aku juga," kataku. "Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres di sini."
Tiba-tiba, Zztttt...blusss
Sekelebat mataku menangkap bayangan hitam yang melesat dengan cepat di depan kami.
"Berhenti..!?" kataku. "Jangan ada yang bergerak."
Semua teman - temanku berhenti berjalan. Wajah mereka semua terlihat tegang.
"Stt,.......ada apa, Rhiu..?" tanya Chintya.
Aku melirik Aldo yang saat ini juga sedang menatapku. Matanya tajam mengikuti pergerakan ekor mataku. Sepertinya cowok itu juga melihat apa yang aku lihat barusan tadi.
Bayangan itu kini bergerak lagi. Kali ini bayangan itu bergerak ke belakang kami. Aku dan Aldo langsung berbalik dan menoleh ke belakang.
Sesosok bayangan hitam tinggi besar sedang berdiri tak jauh di belakang kami. Anehnya hanya aku dan Aldo saja yang melihat bayangan itu, sedangkan ketiga cewek itu tidak.
Aku pun bergerak maju untuk melindungi ketiga cewek itu.
"Minggir, sepertinya kita kedatangan tamu..." ucapku pada ketiga cewek itu.
"Hah, tamu..? Siapa, Rhiu...?" tanya ketiganya bersamaan.
Baru saja aku hendak menjawab pertanyaan mereka. Tiba-tiba Chintya berseru "Rhiu, apa itu,..!" tunjuk Chintya ke arah bayangan hitam tadi.
Wiwik dan Vita pun serentak menoleh ke arah telunjuk Chintya. Tampak sosok bayangan tinggi besar berwarna hitam berwujud seperti manusia sedang berdiri tak jauh di belakangku.
"Rhiu, ada hantuuuuu!! " Seru ketiganya bersamaan.
Ketiganya langsung merepet ke arahku. Rupanya kini mereka pun juga melihat makhluk itu.
Tanpa sadar aku langsung berteriak, "Lari, ...!!" Seruku.
Tanpa dikomando, kami semua langsung lari meninggalkan tempat tersebut. Kami lari secepat mungkin tanpa berani menoleh ke belakang. Kami hanya fokus untuk berlari dari bayangan hitam tadi.
Sebenarnya aku juga heran. Kenapa aku malah menyuruh teman - temanku berlari. Padahal tidak sombong, aku bisa saja menghadapi makhluk yang berbentuk bayangan hitam tersebut. Tapi aku memikirkan teman - temanku yang lain.
Setelah berlari agak lama, akhirnya kami pun berhenti. Bayangan itu sudah tak terlihat lagi mengejar di belakang kami.
"Hoss....hosss, aku sudah tidak kuat lagi," kata Wiwik dengan napas ngos- ngosan. "Aku mau berhenti."
"Jangan berhenti, Wik!" kataku "Kita harus terus berlari!"
Kami masih kembali berlari sampai akhirnya kami tiba di sebuah persimpangan.
"Kita belok ke kanan atau kiri?" tanyaku.
"Aku tidak tahu," jawab Aldo. "Kita harus memilih salah satu, Nih." kata Aldo.
"Aku memilih jalan ini," Ucapku kemudian. "Kita coba belok ke kanan."
Kami pun berbelok ke kanan dan terus berlari. Berharap bayangan hitam itu tidak mengikuti mereka.
Kami berlari semakin cepat, tidak peduli lagi dengan arah yang kami tuju. Tujuannya kami hanya satu yaitu kami semua hanya ingin cepat keluar dari desa aneh tersebut.
Akhirnya, kami sampai di sebuah tempat terbuka. Tempat itu terlihat sedikit lebih ramai. Kami pun berhenti berlari dan menoleh ke belakang.
Bayangan hitam itu benar-benar sudah tidak terlihat lagi. Aku dan teman - temanku untuk sesaat bisa bernapas lega.
"Akhirnya kita bisa juga keluar dari desa itu." ucap Wiwik dengan napas masih terengah-engah.
Aku tak menjawab, melainkan memperhatikan ke sekeliling tempat itu. Tempat itu memang lebih ramai dari tempat yang kami lalui tadi.
Banyak orang yang lalu lalang di tempat itu untuk melakukan berbagai aktivitas jual beli. Rupanya tempat itu adalah sebuah pasar malam.
"Sepertinya kita ada di sebuah pasar malam." kata Vita.
"Bagus deh, kalau begitu. Aku mau beli makanan dan minuman. Sejak tadi aku sangat kehausan dan juga lapar. Aku mau cari makanan dan minuman." ucap Chintya.
"Iya, benar. Aku juga sudah lapar sekali," sahut Wiwik dan Vita berbarengan.
Sekali lagi, aku mengamati tempat ini. Aku mencium bau seperti singkong terbakar. Apa iya, ada orang yang berjualan singkong bakar malam - malam begini, pikirku.
Aku langsung berpaling dan mencari arah asal bau tadi, aku curiga, jangan - jangan....
Nauzubillahi min zalik...
aku mengucap Zikir, setelah menyadari jika ternyata kami semua sedang berada di tengah - tengah pasar ghaib.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments