Pukul 15.00, rombongan kami baru saja memasuki Desa Kawali. Desa kecil yang terletak sebelum Desa Batang itu terletak agak di pegunungan, hingga mobil yang kami tumpangi sedikit kesulitan melewati jalan yang menanjak dengan beban muatan yang sedikit sarat.
"AWAS..!" terdengar seruan Beno.
BRUKkK........
Aku belum sempat berpaling dan menolong orang tersebut karena baru sesaat aku berjalan beg handle.
Tiba-tiba mobil kami seperti menabrak sesuatu. Mobil oleng ke samping kiri dan menabrak pembatas jalan berputar dua kali sebelum berganti.
"lihat, di depan kita ada dua jalan." tunjuk Chintya ke arah depan.
Benar saja, sekarang di depan mereka ada dua jalan. Yang satu jalan terlihat bagus dan mulus seperti jalan yang kami lalui tadi. Sedangkan jalan yang satunya nampak agak sedikit rusak dan berlubang.
Supir kembali melanjutkan perjalanan kami yang sempat terganggu tadi. Namun ada yang aneh dengan jalan yang kami lalui kali ini. Sepanjang jalan yang kami lalui, kami hanya melihat bangunan rumah yang bentuknya hampir semuanya sama. Kecuali bangunan yang kami lewati barusan. Bangunan itu agak besar dan bentuknya agak berbeda.
"Kak, desa apa ini. Unik banget, yah. Hampir semua bangunannya sama." kata Vita pada Farel.
"Iya, Dek. Kakak juga nggak tahu. Soalnya dulu nggak seperti ini. Aku tidak ingat kalau ada bangunan itu dan juga rumah - rumah yang bentuknya sama seperti ini." jawab Farel.
"jadi kalau begitu kita nyasar, dong." kata Beno, cowok yang sejak tadi hanya diam saja, kini ikut juga bersuara. Beno dan Dikaruniai adalah dua orang cowok yang ikut dalam kegiatan bina Desa ini. Kedua cowok itu sejak awal memang tak banyak bicara. Aku, Wiwik, Chintya, dan Vita saling pandang. Tersesat...?
CIiitttt..... tiba-tiba sopir kami menghentikan mobil secara tiba-tiba. Wajahnya seperti ketakutan.
Aku serta merta melihat ke depan untuk mengetahui apa yang dilihat oleh sopir kami.
Yang aku lihat adalah sosok lelaki tanpa kepala sedang berdiri di depan mobil kami.
Bukan hanya itu, Aldo, cowok yang duduk di samping sopir juga melihat hal yang sama. Aku melihat mata cowok itu membelalak ngeri seperti mata pak sopir saat melihat ke depan.
"Mundur, Pak. Mundur...!!" Aldo berseru panik.
"Apa yang terjadi..?" Bang Farel, yang berada di belakangku bertanya karena heran mendengar seruan Aldo.
Pak Sopir dan Aldo tak menjawab pertanyaan Bang Farel. Mungkin saja mereka berduka tak ingin membuat kami menjadi panik. melainkan memundurkan mobil yang kami tumpangi ke belakang kemudian berbelok arah dan pergi meninggalkan tempat itu.
Aku menoleh ke belakang dan hantu tanpa kepala itu sudah tak ada lagi.
mobil terus melaju melewati jalan yang tadi kami lalui. Akan tetapi, anehnya mobil kami sepertinya melewati jalan itu kembali. Sopir pun kembali memutar arah mobil. Tapi tetap saja, mobil kami kembali melewati jalan dan tempat yang tadi.
Putus asa, sopir akhirnya menghentikan mobilnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30
Astaga, di tempat ini, rupanya waktu cepat sekali berputar, pikirku.
Aku mengamati tempat di sekitarku. Begitu banyak penampakan pocong yang terlihat di tempat ini. Mereka sepertinya mengetahui bahwa aku bisa melihat keberadaan mereka. Namun mereka tak berani untuk mendekati aku.
"Kita ada di mana, Bang Farel.?" Tanya Beno.
Baru saja aku melihat Bang Farel mau menjawab! pertanyaan Beno, tiba - tiba saja terdengar jeritan Chintya.
"Ada pocong..!!" seru Chintya.
Hah...??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments