Aku mengamati tempat di sekitarku. Begitu banyak penampakan pocong yang terlihat di tempat ini. Mereka sepertinya mengetahui bahwa aku bisa melihat keberadaan mereka. Namun mereka tak berani untuk mendekati aku.
"Kita ada di mana, Bang Farel.?" Tanya Beno.
Baru saja aku melihat Bang Farel mau menjawab pertanyaan Beno, tiba - tiba saja terdengar jeritan Chintya.
"Ada pocong..!!" seru Chintya.
Hah...??
Semua cewek yang ikut dalam rombongan itu langsung merapat ke dekatku. Astaga, .. apa - apaan ini.
Tiba-tiba saja, aku melihat roh Marni muncul di depanku. Aku sedikit terkejut karena tak menyangka akan kedatangan roh wanita itu. Karena tadinya aku pikir roh Marni sudah berhasil membalaskan dendamnya dan mencapai kesempurnaannya.
"Mbak Marni, ada apa kamu datang menemui aku...?" aku mencoba berkomunikasi dengan roh wanita itu lewat percakapan bathin atau telepati.
"Rhiu, hati - hatilah, saat ini kalian semua sedang berada di desa pocong." bisik Roh Marni.
"apa yang terjadi...? Mengapa kami bisa ada di desa ini. Apa yang terjadi?" Aku bertanya pada roh wanita itu.
"Karena kalian tanpa sengaja telah menabrak pintu ghaib yang menghubungkan desa ini dengan dunia luar. Dan ada satu lagi, yang ingin aku sampaikan.."
"apa itu..? "
"salah satu diantara kalian sebenarnya sudah mati." ucap roh wanita itu.
"tunjukkan padaku.. !"
"Aku tak bisa. Kamu harus mencari tahu sendiri siapa orangnya.. " ucap Marni. Setelah menyampaikan pesan ini, roh Marni menghilang. Tinggal aku yang dikerubuti oleh cewek - cewek itu. Mereka semua ketakutan.
"Nggak ada pocong, Vita. Chintya itu salah lihat kali...!!" ucapku untuk menenangkan Vita dan Wiwik yang sudah ketakutan.
"Enggak benar. Aku memang melihat pocong tadi di belakangmu." ucap Chintya yang terlihat masih shock.
"Apakah kalian melihatnya juga..?" aku bertanya pada Vita dan Wiwik.
Keduanya lantas menggeleng.
"Lah.., kenapa kalian ikutan merepet kayak gini..?" tanyaku heran.
"Takut, Rhiu.." kata Vita.
"iya, soalnya kami takut." sambung Wiwik.
"terus kenapa nempel sama aku. Memangnya pocongnya takut sama aku..? "
"Soalnya kamu saja yang tidak penakut. Lagi pula, kamu juga kan bisa melihat penampakan seperti itu. pasti kamu juga sudah melihat apa yang dilihat Chintya. Bohong kalau kamu bilang kamu nggak lihat apa - apa.. " kata Vita.
Aku terdiam. Bukan karena omongan Vita tapi karena aku jadi berpikir sesuatu. Mengapa hanya Chintya dan Aldo saja yang bisa melihat penampakan makhluk tak kasat mata itu sedang yang lain tidak.Jangan - jangan....
"Kita semua kumpul di sini, jangan berpisah. Apapun yang terjadi, kita jangan sampai tercerai - berai. " ucap Bang Farel.
Tiba-tiba, langit di sekitar kami mendadak gelap. Aku mendongak menatap langit. Mengapa cuaca mendadak aneh begini..? pikirku.
Awan di langit yang tadinya berwarna putih langsung berubah warna menjadi hitam.
"Apa tidak sebaiknya kita masuk ke dalam mobil. Karena sepertinya sebentar lagi akan turun hujan." ucap Aldo.
Sebenarnya, bukan karena cuaca yang sebentar lagi akan turun hujan, tetapi karena cowok itu melihat ada banyak penampakan pocong di tempat itu.
Dan aku juga melihat hal yang sama dengan apa yang Aldo lihat.
Akhirnya kami semua masuk ke dalam mobil. Beno yang paling belakang masuk ke mobil. Sekilas cowok itu melihat ada bayangan putih yang berdiri di samping mobil mereka. Beno langsung bergegas masuk tanpa bicara lagi.
"Tidak.... jangan mendekat. Jangan..!!"
Chintya kembali berteriak histeris sambil menangis ketakutan.
Aku melihat memang ada sosok pocong yang mencoba mendekati Chintya. Maka diam - diam aku mengerahkan ilmu tenaga dalamku untuk mengusir hantu berbentuk kue lemper putih itu agar menjauh pergi dari Chintya.
Setelah pocong itu pergi, aku cepat menarik Chintya ke dalam pelukanku. Chintya masih menangis. Aku pun segera menenangkan cewek itu agar berhenti berteriak.
"Chintya, sadarlah... Chintya. Istighfar. Kamu harus istighfar. Kita ada di hutan sekarang. Jadi wajar kalau. melihat hal yang agak aneh dan di luar nalar. Tapi ingat lah kita makhluk Allah, dan mereka juga makhluk Allah. Sekarang kita semua harus istighfar dan jangan lupa memohon pertolongan Allah."
"Rhiu, tempat ini menyeramkan sekali.." kata Wiwik. Matanya nanar memandang ke sekeliling tempat itu melalui kaca mobil.
Suasana di dalam mobil itu terasa mencekam. Tak ada seorangpun yang berani bersuara. Bahkan kini Chintya menghentikan tangisnya.
Bang Farel mengeluarkan handphone miliknya dari balik saku jacket miliknya. Cowok itu tampaknya sedang mencoba untuk menghubungi seseorang. Namun sampai beberapa kali dia melakukan panggilan, telepon yang bersangkutan tak bisa dihubungi. Farel melihat ke arah handphonenya dan berkata, "Pantas saja, tak ada sinyal. Bagaimana bisa mau menghubungi orang lain untuk minta tolong." kata Bang Farel.
"Bagaimana, Bang. Apakah abang bisa menghubungi seseorang..?"
"Kemungkinan besar kita akan bermalam di tempat ini.? Karena aku tadi sudah mencoba menghubungi temanku yang tinggal di desa Batang. tapi hasilnya nihil. Aku tak bisa menghubungi mereka karena tempat ini tak ada signal internetnya." ucap Bang Farel.
"yahh, .... bagaimana ini. Masa kita harus menginap di sini. Mana tempatnya seram lagi.." ucap Vita.
"iya, nih, Mana Chintya di ganggu terus sama makhluk halus. Pokoknya kita harus meninggalkan tempat ini." kata Wiwik.
Aku dan Aldo saling pandang. Kulihat ada kilatan aneh di mata cowok itu.
"Aku rasa apa yang diucapkan mbaknya tadi ada benarnya, Bang. Kalau bisa kita harus meninggalkan tempat ini secepatnya. Tempat ini sangat berbahaya bagi keselamatan kita." ucap Pak Sopir ikut bicara.
"Tapi bagaimana bisa. Sejak tadi kita tak menemukan jalan keluar dari tempat ini. Kita hanya berputar - putar di tempat ini saja dari tadi." kata Beno.
Tiba-tiba, Beno menunjuk ke depan.
"Pak, lihat di sana. Sepertinya aku melihat ada cahaya yang berkedip - kedip seperti cahaya lampu. Siapa tahu, di sana kita bisa menemukan rumah - rumah penduduk.." ucap Beno.
Kami semua mengangguk setuju. Benar, apa yang di lihat Beno benar. Di sana memang ada cahaya yang mirip lampu.
Tanpa ragu lagi, Pak Sopir segera tancap gas untuk segera mencapai tempat itu. Tak berapa kemudian, kami pun sampai di tempat cahaya yang kami lihat tadi.
Memang benar, itu cahaya lampu yang berasal dari beberapa rumah penduduk yang pintunya tertutup rapat.
Kami pun segera turun dari mobil dan mendatangi rumah penduduk yang jaraknya paling dekat dengan mobil.
Bang Farel mengetuk pintu rumah tersebut sementara kami berdiri di belakang Bang Farel dengan perasaan deg - degan. Semoga saja sang pemilik rumah berbaik hati untuk memberi tumpang pada kami untuk bermalam malam ini.
"Assalamualaikum, ... Permisi. Pak, Ibu... kami dari kota, bolehkah kami numpang berteduh. Kami kemalaman" tanya Bang Farel.
Sepi, tak ada sahutan dari pemilik rumah.
Lalu tak berapa lama kemudian, terdengar langkah kaki mendekat ke pintu dan terdengar daun pintu dibuka dari dalam.
Saat pintu terkuak kami semua terkejut bukan kepalang melihat pemandangan mengerikan di depan kami.
"ASTAGHFIRULLAHALAZIM,!!" ucap Bang Farel sembari mundur ke belakang. Begitu juga halnya dengan kami semua yang berdiri di belakang cowok itu.
"POCONG..!! " seru Bang Farel dengan suara tertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments