Saat pintu terkuak kami semua terkejut bukan kepalang melihat pemandangan mengerikan di depan kami.
"ASTAGHFIRULLAHALAZIM,!!" ucap Bang Farel sembari mundur ke belakang. Begitu juga halnya dengan kami semua yang berdiri di belakang cowok itu.
"POCONG..!! " seru Bang Farel dengan suara tertahan.
Bagai di komando mereka yang ada di depan pintu berlarian menjauh dari rumah tersebut.
"Akhhh, tolong.. ada pocong..!! Jerit Wiwik histeris.
Chintya berlari di belakang Wiwik. Kedua cewek itu sangat ketakutan hingga lari tak tentu arah.
" Wiwik, tunggu aku, aku takut..!" seru Chintya.
"Cepat,.......Chintya..!! Lari ke sini.. "
"hos.. hoss...., apa pocong itu masih mengejar kita, Chintya..? tanya Wiwik dengan napas terengah-engah.
"Aku tak tahu. Tapi tampaknya pocong itu sudah tak terlihat.. " jawab Chintya.
Tiba-tiba, mata Chintya terbelalak ngeri karena tak jauh di belakang Wiwik dia melihat beberapa penampakan sosok bayangan putih yang mirip guling orang dewasa berjalan melompat - lompat. Bayangan putih itu melompat - lompat tapi tidak menyentuh tanah.
"Wiwik, apa itu..?" tunjuk Chintya dengan tangan gemetar.
Wiwik menoleh ke belakang dan melihat
di belakang dia tadi kini berdiri mengambang beberapa sosok pocong depan wajah menghitam dan sorot mata yang semerah Bara api.
"POCONG...!!" teriak Wiwik sekuat - kuatnya. Kedua cewek itu saling berpelukan karena ketakutan.
Bahkan sangking takutnya, Wiwik dan Chintya bahkan sampai jatuh pingsan. Keduanya tak sadarkan diri karena ketakutan melihat pocong - pocong tersebut.
Sedangkan Beno, Vita, Bang Farel dan Pak Sopir langsung melarikan diri dengan mobil.
Namun anehnya, walaupun Pak Sopir itu sudah tancap gas, mobil itu seperti berjalan lambat. Sejak tadi, bahkan mereka belum melewati satu tikungan pun
"Mengapa kita dari tadi hanya melewati tempat ini saja, Pak. Sepertinya mobil kita tidak bergerak sedikit pun." kata Beno.
"Iya, benar. Mobil ini malah nyaris tak bergerak sedikit pun..!" kata Vita.
"Entahlah, Dek. Bapak juga merasa mobil ini sangat berat sekali." kata Pak sopir. Tiba-tiba, mata pak sopir melihat penampakan pocong di jok paling belakang.
"Pocong...! Teriak lelaki itu. Dia segera menghentikan kendaraannya dan keluar dari dalam mobil. Pak sopir itu lari terbirit-birit meninggalkan Beno dan kawan-kawannya.
" Pak,.... kembali. Pak....!!" Panggil Bamg Farel. Namun sopir mobil itu tetap berlari tak menggubris panggilan Farel.
"Aneh, tadi dia bilang apa, Bang..?"
"Pocong, kalau aku tak salah dengar.. " ucap Bang Farel.
"HAHH....?! Mereka serentak menoleh ke belakang.
"Pocong.....di jok belakang mobil ada pocong..!" seru Bang Farel.
Ketiganya pun segera berebutan untuk keluar dari mobil dan berlari menyusul Pak Sopir.
"Gila, pocong itu ada di mana-mana.! Bagaimana ini, Bang..?" kata Beno dengan napas yang memburu setelah puas berlari.
"Kita harus segera menemukan jalan pulang, agar kita bisa segera keluar dari tempat terkutuk ini."
"Tapi bagaimana dengan teman - teman kita, Bang.?"
"Mereka harus kita temukan segera, agar kita bisa kembali bersama. Tapi ngomong - ngomong dimana Vita??" tanya Bang Farel.
"Loh, bukannya tadi di belakang abang..? " ucap Beno.
"Tapi aku tak melihat Vita sejak tadi. Aku pikir dia bersamamu.. "
Farel dan Beno saling pandang, lalu berseru serempak, " Vita...!"
keduanya tanpa pikir panjang kembali berlari menyusuri arah yang tadi mereka berdua lewati untuk mencari Vita.
"Vita...!! ....... Vita...!
***
Sementara itu , aku dan Aldo masih berada di rumah itu. Semua teman - temannya lari meninggalkan kami berdua. Hanya tinggal aku dan Aldo saja yang masih tinggal di tempat itu.
Aku pikir tadinya Aldo juga akan lari. Tetapi rupanya nyali cowok itu tangguh juga. Sedikit pun cowok itu tak bergeming saat melihat penampakan pocong tadi.
Aku menatap ke arah pintu rumah yang kini sudah terkuak. Tak ada lagi penampakan pocong di sana. Yang ada hanyalah sosok lelaki berumur sekitar empat puluh tahunan berdiri di hadapanku dengan wajah dingin dan sorot mata jauh ke dalam.
Aku tahu, wujud lelaki yang berdiri di hadapanku saat ini adalah penjelmaan dari pocong yang tadi.
Aku lantas mencoba untuk berkomunikasi dengan lelaki itu.
"Assalamu'alaikum," ucapku pada sosok lelaki itu.
"Waalaikumsalam," jawab sosok lelaki itu. Suaranya terdengar jauh dan dalam.
"Kami dari kota dan ingin ke desa Batang. Tapi kami tersesat sampai ke tempat ini. Kami tadi tidak bermaksud untuk mengganggu kalian. Kami hanya ingin menumpang untuk berteduh dan bertanya bagaimana caranya agar kami bisa keluar dari tempat ini."
"Desa Batang ada di sebelah. kampung ini. Berjalanlah dari sini melewati jalan yang tadi kalian lalui. Tetaplah berjalan dan jangan berhenti walau apapun yang kalian lihat." ucap lelaki itu dengan ekspresi dingin dan datar.
"Terima kasih sudah memberitahuku. Semoga Allah memberkahi dan memberikan rahmat-Nya untukmu." ucapku. Setelah itu aku pun membaca Al-Fatihah untuk kusedekahkan pada pocong itu yang ternyata bernama Pak Sodik.
Dia dan seluruh warga di kampung ini mati karena tertimbun banjir lumpur akibat banjir lahar dingin beberapa tahun yang lalu. Hantu pocong yang kami lihat itu adalahPak Sodik dan warga desa ini yang mati tertimbun lumpur lahar dingin tersebut..
Pak Sodik tak menjawab ucapanku. Tapi dari sorot matanya dia sangat berterima kasih atas doaku. Lelaki itu kemudian lenyap dari hadapanku.
"Kamu bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka.??" tanya Aldo.
Aku hanya mengangguk. "Sejak kecil aku bisa melihat penampakan mereka." jawabku.
"Hebat sekali. Pandangan mata bathinmu sangat kuat." ucap Aldo.
"Dari mana kamu tahu, jika aku memiliki mata bathin yang kuat..?"
"Tadi aku sempat melihat ada cahaya kebiruan yang keluar dari matamu saat melihat penampakan pocong tadi. Bukan hanya itu, saat di mobil, aku juga melihat hal yang sama. Menurut kakekku, orang yang memiliki mata seperti itu adalah orang yang terpilih. Jadi hari ini aku secara tak sadar telah bertemu dengan orang yang terpilih." kata Aldo sambil menatapku penuh kekaguman.
"Aku harap kamu bisa menjaga rahasia ini. Pembicaraan kita ini dan apa yang kamu lihat hari ini hanya sampai di tempat ini saja dan tidak sampai ke luar. Jangan katakan rahasia ini pada orang lain." ucapku pada Aldo.
Aldo menganggukkan kepalanya. "Aku mengerti. Tenang saja, rahasiamu aman bersamaku." kata Aldo tersenyum.
"Lantas bagaimana dengan teman-teman kita yang lain..?"
"sepertinya kita harus mencari mereka. Baru setelah itu kita bisa kembali lagi." kata Aldo.
"tapi mereka ada di mana, .? '
Aku hanya bisa mengangkat bahu tanda gak punya ide.
Akhirnya kami memutuskan untuk kembali lagi ke tempat semula. Sepanjang perjalanan tak ada seorang pun dari kami yang bercakap.
Sementara itu, anak - anak yang lari tunggang langgang meninggalkan aku dan Aldo semua mengalami shock karena melihat penampakan wujud pocong. Apalagi Chintya dan Wiwik. Kedua cewek itu sampai pingsan hingga sulit bagi aku dan Aldo menemukan mereka.
Sementara itu, Vita yang berlari karena panik dan takut, terus berlari tak tentu arah. Dia baru berhenti berlari setelah kakinya tersangkut sesuatu. dan Vita pun terjatuh di atas tubuh seseorang.
Dalam gelap, Vita tak bisa melihat dengan jelas. Tapi kemudian dia bisa mengenali baju yang di pakai orang itu. Tahulah dia bahwa yang dia tabrak adalah Wiwik dan Chintya.
"Chintya, Wiwik, ..bangun.....? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments