Kami tiba di guild dan hal pertama yang kami lakukan disana, memesan makanan di barnya.
"Namaku Silviana, kalian mau pesan apa?"
Suara manis itu berasal dari pelayan bertelinga kucing. Ia mengenakan seragam Maid dengan garter belt yang cocok dengannya.
"Aku pesan daging apapun yang penting di panggang," kata Rosalin disusul Eris dan Floria.
"Ikan goreng."
"Aku katak goreng dan segelas bir."
"Birnya di ganti dengan Air dingin saja," aku mengubah pesanan Floria.
"Kenapa?"
"Kau tidak ingat, karena kau kami kerepotan."
Eris mengangguk mengiyakan.
"Aku pesan yang paling murah saja."
"Shiji, kamu berkorban demi kami ya."
"Bukan, aku hanya sedikit berhemat," aku membatah kata- kata Eris dan beralih menatap pelayan di depanku, di banding dengan anggota party ku, dialah yang paling normal.
"Tuan jangan tatap aku begitu."
"Ah, maaf."
"Kalau begitu aku permisi, mohon tunggu sebentar."
Si pelayan meninggalkan kami.
Dia sangat manis, aku rela membayar beberapa Nil untuk melihatnya tersenyum.
Setelah cukup lama menunggu pesanan kami datang, silviana sendiri yang mengantarnya.
Selain makanan yang kami pesan, ada beberapa makanan yang bahkan kami tidak memesannya, itu terlihat sangat mahal.
"Anu, makanan ini kami tidak..."
"Aku yang memesannya," suara itu berasal dari seorang wanita yang muncul ntah darimana. Memiliki rambut merah sebahu yang berwarna selaras dengan gaun long dressnya.
"Aku tidak punya uang untuk menggantinya."
"Tak masalah, aku yang mentraktirnya, jika ada yang kalian butuhkan katakan saja."
"Boleh aku membawa silviana."
"Itu Tidka boleh," Layla menjawab dengan cepat sementara ketiga orang yang duduk bersamaku menatapku jijik.
"Apa? aku hanya ingin ada seseorang yang normal di dekatku."
"Apa aku tidak terlihat normal, master." yang berkata itu adalah Rosalin.
"Tolong katakan apakah menghisap darahku setiap hari adalah tindakan normal."
Atas jawabanku Rosalin cemberut.
"Floria, kau selalu mandi lebih lama dari kami, itu bahkan hampir setengah hari."
"Nggak apa-apa kan, aku ingin terlihat sempurna."
"Eris juga."
"Aku, jangan katakan sesuatu yang buruk tentangku."
"Kamu terlihat cantik setiap harinya."
Dan selanjutnya kepalaku berakhir dengan Benjolan. Rosalin dan Floria tersenyum puas sebagai tersangka, sementara Layla maupun Silviana tertawa kecil.
"Aku permisi dulu," Silviana menundukan kepala sebelum pergi.
"Aku akan menunggu kalian di kantorku, setelah makan tolong temui aku."
"Baiklah," jawabku singkat, ternyata dia baik juga.
Lalu.
Aku buru-buru menyelamatkan makananku dari Rosalin.
"Aku tidak akan kecolongan lagi, kenapa kau selalu mencuri makananku?"
"Makanan master adalah makananku, makananku adalah makananku."
"Ngajak gelut kau, Floria lakukan sesuatu."
"Aku tidak ingin ikut campur, Rosalin kalau marah menakutkan... aku pernah menjahilinya saat mandi, aku menyentuh dadanya dan ia memukulku hingga keluar kota."
Aku tidak ingin membayangkannya, terlebih setelah di pukul dia masih hidup.
"Eris?"
Aku menoleh ke arahnya.
"Kamu pasti selalu bersenang-senang dengan Rosalin, level ketertarikan ku berubah menjadi minus 99."
"Oi."
Jika begitu tidak harapan lagi.
Aku mengambil bawang putih dari saku celanaku dan memasukan kedalam mulut Rosalin.
"Kyaaaaa...... bawang putih."
Ia menjauh dariku lalu Rosalin menangis tersedu-sedu, akhirnya makananku selamat.
"Master sangat kejam, baunya sangat tidak enak," walau ia bilang demikian bawang putih itu tidak berpengaruh apapun padanya, hanya sesuatu yang tidak di sukai vampir.
Setelah selesai, kami pergi ke ruangan guild master, kami semua duduk di sofa sambil menghadap Layla.
"Alasan kenapa aku memanggil kalian, aku ingin berterima kasih atas nama seluruh penduduk kota, kalau bukan karena kalian mungkin serangan Orc itu mengakibatkan kerugian yang besar."
Berita menyebar lebih cepat dari yang kami bayangkan.
Layla menundukan kepalanya sekali.
"Itu bukan apa-apa dengan sihirku, aku dengan mudah mengalahkannya," kata Floria dengan bangga.
Itu memang benar, orang yang berjasa adalah orang ini.
"Kami hanya kebetulan berada disana, tidak lebih... jika tidak ada yang di katakan lagi, boleh kami pergi sekarang."
"Bersikap keren tidak cocok untukmu loh."
"Jangan mengatakan itu Eris, kau baru menghancurkan imejnya barusan."
Eris tersenyum jahil.
Aku menjatuhkan bahuku degan lemas sementara Layla tertawa.
"Kalian ini komedian."
"Kurasa tidak ada yang salah dengan kata itu," aku mengutarakan pendapatku.
"Mulai sekarang aku menganggap kalian sebagai petualang tingkat atas."
"Maksudmu rank S."
Layla mengangguk mengiyakan.
"Aku tidak akan memaksa kalian membantu di misi darurat, tapi jika kami membutuhkan pertolongan kalian, aku ingin meminta bantuan mu berserta partymu."
"Soal itu, jangan khawatir.... aku sekarang sudah bertambah kuat, ada Eris, Floria maupun Rosalin... jika ada misi darurat, kami juga akan turut membantu, jangan sungkan."
"Terima kasih banyak... silahkan terima ini."
Layla lalu memberikan sebuah kartu terbuat dari logam kepada kami.
saat kami menyentuhnya, kartu itu bersinar dengan terang, tak lama menghilang saat tulisan muncul di atasnya.
"Ini."
"Kartu petualang, dengan ini kalian bisa melihat level kalian serta mendapatkan pekerjaan dari guild termasuk di guild kota lainnya."
"Ini keren lihat kartuku, kenapa bintangnya ada lima," Floria berkata demikian.
"Aku juga."
"Punyaku sama."
Mendengar itu Layla terkejut.
"Itu batas dari level, bagaimana kalian bisa mencapainya."
Semua kartu ketiganya berlevel 99, dimana level itu adalah level terakhir bagi para petualang bahkan hanya sedikit orang yang bisa mencapainya, itu pun mereka sudah berumur lebih dari 100 tahun, begitulah penjelasan Layla.
"Jangan-jangan levelku."
"Kenapa Shiji wajahmu pucat," tanya Eris.
"Level petualangku hanya 5 bahkan setelah mengalahkan Orc itu."
"Mungkin karena master menggunakan kekuatanku."
Aku sedikit frustasi akan hal itu, namun Layla bereaksi biasa.
"Pada dasarnya hal itu normal.... exp yang kau dapat dari melawan beberapa monster tidak akan langsung merubahmu menjadi level 99 kan."
"Kau benar."
Alasan kenapa ketiga orang itu mencapa level 99 karena umur mereka jauh dari manusia normal. Eris bahkan lebih kuat dari level 99 karena dia seorang Dewi, Floria seorang Succubus dengan sihir atas dan Rosalin adalah leluhur vampir, alasan itu sudah cukup membuat mereka tak terkalahkan.
"Ada sesuatu juga yang ingin kuberikan pada kalian."
Yang di berikan Layla adalah sekantung penuh uang, tidak jumlahnya terlalu banyak.
"Ini hanya sebagian saja, kami dari pihak guild memberikan kalian hadiah sebesar 200 juta Nil untuk jasa kalian."
Mendengar itu, kami tidak bisa menyembunyikan kebahagian.
"Dengan ini kita bisa tinggal di masion."
Semua orang mengaguk atas perkataan ku.
"Aku ingin kamar yang luas dan indah," Floria mengutarakan keinginannya begitu pula Eris dan Rosalin.
"Aku ingin punya akuarium besar yang menampung banyak ikan, dengan begitu aku bisa makan ikan yang segar setiap harinya."
"Aku ingin tidur bersama master di masion itu, dengan begitu aku bisa meminum darahnya kapanpun aku mau."
Aku memilih mengabaikan kata-kata Rosalin dan beralih ke arah Layla.
Aku berbisik di telinganya.
"Bisakah aku membawa Silviana."
"Itu tidak bisa," jawabannya tetap sama
Kalau saja ada dia, kuyakin Silviana bisa mengatur kedua orang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1278 Episodes
Comments
Rhakean Djati
Aya ku keukeuh nyak. dasar MC konyol.
2024-07-01
1
arfan
130
2022-07-05
0
John Singgih
angggota party shiji tidak ada yang normal semuanya aneh tetapi kekuatannya luar biasa
2022-02-04
0