Setibanya di dermaga, kami di antar Listeria, semua orang sudah berada di kapal kecuali aku dan Lita, kami memerlukan Lita sebagai pengemudinya.
Listeria di depanku mengepalkan tinjunya di udara.
"Semoga beruntung."
"Ya."
Saat hendak pergi, aku teringat sesuatu yang harus ku tanyakan pada Listeria.
"Oh yah, apa kau tahu seorang anak bernama Rin."
Mendengar nama itu di sebutkan Listeria maupun Lita terkejut.
"Dari mana kau tahu?" Listeria lah yang bertanya.
"Aku hanya dengar dari tetangga, katanya dulu ada anak manis tinggal di rumah itu."
Ekpresi Listeria nampak sedih, ia kemudian berkata.
"Rin adalah putri Lita, ia meninggal karena sakit."
Sama seperti yang dikatakan Eris.
"Aku turut berduka."
"Tak usah, ayo pergi."
Lita menyeret kerah jerseyku menuju kapal.
Setelah itu kami berlayar ke tengah laut.
Di luar dugaan, walau profesinya sebagai pelayan ia juga mampu mengendalikan kapal besar ini.
Karena demi kerahasian kami, hanya beberapa pelayan saja yang ikut membantu Lita.
Aku mendekat ke arah Lita yang sedang memegang kemudi kapal.
"Tak disangka. Nona Lita bukan perawan," disaat yang sama sebuah pisau sudah berada di dekat leherku.
"Masalah untukmu."
"Tidak, tidak."
Seharusnya aku tidak mengatakan hal itu.
Lita memasukan pisaunya kembali ke balik roknya, jadi selama ini dia menyembunyikan pisaunya di paha, Ia kembali memegang kendali kapal.
"Jika kau sedang berusaha mendekatiku, pergilah, aku sudah tidak tertarik dengan laki-laki, semuanya adalah buaya."
"Apa suamimu meninggalkanmu."
"Aku tidak ingin menjawabnya."
Aku bisa menganggapnya benar, karena tidak ingin menggangunya lebih jauh, aku berjalan pergi ke arah Eris yang sedang memandang laut.
Rambutnya yang keperakan tertiup angin.
"Sampai kapan kau akan mengenakan pakaian pelayan itu," tanyaku.
"Sesekali aku juga ingin mengenakannya, apa terlihat cocok untukku."
"Sangat cocok."
Jarang-jarang aku bisa melihat Eris mengenakan rok pendek. Aku berterima kasih siapa saja yang memberinya pakaian ini.
Tak lama kemudian, Rosalin , Floria maupun Anna muncul.
"Kalian sudah berduan saja, aku ingin kalian memegang ini," yang di berikan Anna adalah sebuah mutiara.
"Apa ini?"
"Dengan ini kalian bisa menyelam ke dasar laut, kalau sudah sampai, aku akan memberitahukan cara memakainya."
Aku hanya mengaguk padanya, Rosalin yang tadi diam kini berubah ke mode hiperaktifnya.
"Master, kita lihat di sebelah sana saja, pemandangannya lebih bagus."
"Walau kamu berkata itu, yang kulihat hanya laut biru."
"Sudahlah."
Rosalin merangkul lenganku lalu menyeretku menjauh dari Eris, untuk pertama kalinya aku melihat Eris yang terlihat kesal.
Dia cemburu.
Lupakan saja orang kepedean seperti ku, ini hanya perasaanku saja.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya kapal berhenti di lokasi yang di katakan Anna.
Jangkar di turunkan, sementara Lita berjalan ke arah kami layaknya seorang kapten.
"Dengar semuanya, kami akan menunggu kalian disini selama sehari jika kalian tidak kembali akan kami tinggalkan."
Kalau saja dia punya ekpresi, kata - kata itu akan terdengar keren.
Yang jelas.
Dia mengatakannya dengan ekpresi datar. Aku merasa dia lebih mirip penerus Raja Iblis sesungguhnya di banding Rein.
"Baik, Mam."
"Aku tidak dengar suara kalian."
"Baik, Mam."
"Sekarang pergilah."
Anna melompat ke dalam laut setelah kakinya berubah menjadi ekor, sedangkan kami masing-masing memegangi mutiara.
Dan selanjutnya.
Sebuah lingkaran mirip gelembung tercipta di luar tubuh kami.
"Dengan ini kalian bisa menyelam tanpa masalah."
Mendengar hal itu, kami semua melompat di waktu bersamaan.
"Lihat Shiji, ikan...ikan Panggang, pepes ikan, ikan bakar....Ikan asap," aku memilih mengabaikan berbagai olahan makanan yang di katakan Eris, terutama Anna terlihat frustasi mendengarnya.
Jangan dengarkan Eris, dia sedang menggodamu.. aku ingin sekali mengatakannya pada Anna tapi segera di urungkan saat kami akhirnya melihat kota Anlantis.
Kota itu terlihat indah dengan pondasi berwarna warni terbuat dari marmer, pilar pilarnya pun menjulang tinggi.
Aku sedikit terkejut, kotanya berbeda jauh dari bayanganku. Di banding di sebut kota tenggelam, itu lebih mirip seperti bola tranparan yang di dalamnya terdapat pemukiman.
Singkatnya kota dalam bola kristal dengan pulaunya yang terapung.
Beberapa duyung berenang ke arah kota, saat mereka memasukinya, ekornya berubah menjadi kaki.
"keren, lihat master... ada putri duyung yang sexy."
"Dimana?"
Aku mengalihkan pandanganku ke arah yang di tunjuk Rosalin, disana kumpulan putri duyung sedang berenang dengan indahnya.
Tunggu dulu, ada yang aneh, itu jenis duyung langka dan berbeda dari sekelilingnya. rambutnya memang panjang, penampilannya....
"Oi, itu laki laki.... lebih pantas di sebut Dugong tuh."
"Haha Cowo ngondek.." Eris tertawa terbahak bahak
"Tolong, jangan membuat keributan." Anna memperingati kami namun semua orang seakan tak peduli.
Aku beralih menatap Floria.
Menerima tatapanku Floria tersenyum pahit.
"Apa?"
"Kami akan menguburnya di laut terdalam.... tolong gantikan perannya menjadi Putri Duyung."
"Oi, aku Succubus."
Eris maupun Rosalin sedikit tertawa sementara Anna nampak sudah menyerah meladeni kami.
Kami memasuki bola kristal begitu saja, ekor Anna kini berubah menjadi sepasang kaki yang indah.
Beberapa pengawal menghapiri kami.
'Selamat datang kembali putri Anna, yang mulia Neptunus sudah menunggu kedatangan anda."
"Ya, tolong antarkan kami."
"Sesuai yang anda inginkan"
Di kawal prajurit berkepala ikan, kami semua memasuki aula kerajaan.
Istana berada di belakang kota jadi kami perlu waktu untuk sampai kesana.
Kami memasuki aula kerajaan dan semua pelayan membungkuk ke arah Anna.
"Selamat datang putriku yang tercinta, apakah kamu sudah menemukan orangnya."
"Tentu ayahanda, mereka disini."
"...."
"Cepat perkenalkan kalian," Anna berbisik kearahku.
"Namaku Shiji, ini anggota partyku Eris, Floria, dan Rosalin."
Raja itu menyentuh jenggotnya, seakan sedang menilai kami lalu berkata.
"Namaku Neptunus, sebelumnya aku ucapakan terima kasih karena sudah menerima permintaanku, pasti putriku sudah menjelaskannya pada kalian."
Aku menganguk mengiyakan.
"Naga Edulas adalah naga yang sangat berbahaya, tolong kalahkan dia."
Ketika raja berkata demikian, ekpresi sedih terlihat dari wajah Anna, ini sangat aneh... rasanya mereka sedang menyembunyikan sesuatu, demi menjawab rasa penasaranku aku mengutarakan pertanyaan yang mampu membuat suasana terhenyap sebentar.
"Sebenarnya Naga itu sosok seperti apa?" aku hanya mengira-ngira, jika benar, tebakanku...
"Dia istriku."
Selain Aku dan Eris, Floria maupun Rosalin terkejut.
"Ayahanda," ucap Anna.
"Tak apa mereka berhak tahu, siapa sosok naga itu."
Neptunus berhenti sejenak, menarik nafas panjang lalu melanjutkan.
"Istriku adalah seorang putri duyung seperti kebanyakan orang yang tinggal disini namun saat itu tiba-tiba seorang wanita muncul dari permukaan laut dan menyerang kami, saat itulah dia menyihir istriku menjadi naga, kami sudah menyegelnya disini agar tidak merusak mahluk di permukaan lagi namun segel tersebut kini telah hancur."
Eris nampak memikirkan sesuatu, ia kemudian berkata.
"Bagaimana wujud wanita itu?"
"Di mengenakan gaun pengantin hitam dengan rambut yang di hiasi mawar mewah."
Mendengar itu Eris terdiam sebentar sebelum bertanya kembali.
"Apa yang dia ambil."
"Buku Tatanan Dunia... awalnya kami memiliki satu namun sudah di rebut olehnya."
"Sudah ku duga."
"Ada apa Eris," tanya Floria khawatir.
"Yang menyihir istri paduka adalah Dewi Reina, Dewi Kegelapan."
"Dewi.... tidak mungkin."
"Lalu dia dimana? " sekarang Rosalin yang bertanya.
Yang ku tahu dia sudah di segel di suatu tempat di dunia ini.
"Dengan kata lain kemunculan naga itu bertepatan dengan di segelnya Dewi Reina."
"Sepertinya Benar."
Keheningan terasa di Aula kerajaan. Aku bertepuk tangan sekali untuk menyadarkan mereka lalu berjalan satu langkah ke depan.
"Kami akan menerima permintaan yang paduka berikan, tapi kami tidak tahu bisa menyelamatkan istri anda atau tidak."
Neptunus menggelengkan kepalanya ke kiri kekanan seakan sudah menyerah tentang istrinya.
"Ku serahkan pada kalian."
"Kami berangkat."
Diantar Anna kami sampai di tempat sebelumnya kami masuk.
"Tolong jaga diri kalian, aku mendoakan untuk keselamatan kalian."
"Terima kasih Anna.. kami pergi sekarang."
"Ya, sampai nanti."
Kami kembali ke permukaan laut sama seperti kami datang kemari.
Jalan yang kami tuju kini lebih sulit dari yang kami bayangkan, ketika aku memikirkan tentang menyelamatkan dunia, hanya ada lawan kuat di ujung jalan yang ku pilih termasuk melawan seorang Dewi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1278 Episodes
Comments
Ren
patutnya "Yes, Mam!"
2024-05-06
0
Egaega
Perjalanan Menjadi kuat Dimulai
2022-08-14
0
arfan
96
2022-07-06
0