Kami sampai di sebuah hutan setelah perjalanan lama, ini adalah sebuah sungai yang mengalir jernih.
Selagi memegang tombak aku berusaha mengenai ikan yang berenang namun sudah di tebak, aku tidak mempunyai keahlian apapun, ikan hanya terus melewatiku begitu saja.
Aku bahkan bisa mendengar mereka mengejekku dengan kata pecundang.
Eris yang duduk di pinggir sungai tertawa melihatku.
"Mengandalkan kekuatan sendiri, bagaimana mengatakanya ya..... aku pikir, kamu tipe orang yang akan mati dengan mudah."
"Tolong jangan katakan itu Eris, semua ini kulakukan demi dirimu, akan lebih bagus jika kamu bilang, semangat darling seperti itulah."
"Ogah," Eris memalingkan wajahnya sambil mengembungkan pipinya dan itu terlihat imut.
Aku kembali menatap aliran sungai, saat menemukan target, aku kembali melesatkan tombak di tanganku.
Setelah percobaan 100 kali, aku berhasil mengenainya, walau hanya dapat dua itu sudah cukup untuk makan siang kami.
Di depan api unggun, di tambah sinar matahari kurasa aku akan lebih cepat mengeringkan pakaianku yang basah.
Eris yang duduk di sampingku sedang menikmati ikan yang ku tangkap.
"Kau boleh mengambil bagian ku juga loh."
"Benarkah?"
"Tentu saja, aku bisa mencari makanan lagi di sekitar sini."
"Kamu memang baik Shiji."
Eris mengambil jatah ikanku lalu memakannya dengan senang.
"Eris?" namanya di panggil, ia menatapku.
"Apa kau membenciku?"
"Alasan apa yang membuatku membencimu?"
"Yah, kau tahu aku memintamu untuk menemaniku di dunia ini, mungkin saja kamu sedikit kesal akan hal itu."
Sebagai balasan Eris tertawa.
"Aku sendiri yang memutuskannya untuk ikut denganmu, lagian sesekali berpetualang seperti ini bukanlah hal buruk, malahan aku berterima kasih kamu sudah meminta hal seperti ini... kamu tahu? aku tidak mungkin meninggalkan tempatku disana tanpa alasan yang jelas."
Eris kembali ke ikan di tangannya.
"Rasanya sangat enak, bisakah kamu menangkap ikan lagi untukku."
"Mustahil, setelah kita sampai di kota dan memiliki banyak uang aku akan mentraktirmu sebanyak yang kau mau."
"Aku menantikannya."
Membiarkan Eris menikmati ikannya, aku masuk kedalam hutan untuk mencari makanan, bagaimana pun di tempat seperti ini sangat mudah untuk menemukan berbagai makanan seperti buah buahan, bahkan aku juga menemukan beberapa jamur yang bisa dimakan.
Aku membuka Jerseyku lalu mengikat ujung lengannya, di tambah sedikit penyesuaian, keranjang kain di dapat.
Aku tidak tahu nama buah ini yang jelas bentuknya seperti melon dengan warna merah, tumbuhannya menjalar di antara semak - semak.
Ini pasti melon dari dunia ini.
Tanpa berpikir lagi, aku mulai memetik lalu menumpuknya di bawah kakiku. Sekitar tujuh buah berhasil di petik untuk berjaga-jaga jika kami kehabisan makanan, aku kembali menyusuri semak - semak bukannya buah yang ku temukan, aku malah menemukan seorang gadis tertidur disana, ia berambut pirang di kepang satu ke belakang, mengenakan armor lengkap dengan pedang dan perisai.
Ada 2 lubang di armornya yang nampak aneh dari sana darah mengalir.
"Oi, bangunlah... kau baik-baik saja," aku terus menggoyangkan tubuhnya namun ia tak bereaksi, bersamaan dengan itu aku mendengar sebuah suara aneh dari kejauhan, itu terdengar seperti desisan ular.
Aku menatap lekat-lekat jauh ke depan, benar saja sebuah kepala muncul dari sana dengan cepat.
Aku segera membawa si gadis dalam pangkuanku, sambil berlari, dia sangat berat...
'Apa-apaan itu. Oi, bangunlah."
Merasakan beban yang semakin berat, aku memilih menyerah berlari dan membaringkan tubuh si gadis di tanah.
Aku mengambil pedangnya selagi menghadap ular yang semakin memdekat. Ini pertama kalinya aku memegang sebuah pedang namun aku tidak asing dengan benda ini selama ini aku sering melihatnya di game... ini pedang Exalibur, mungkin saja aku bisa menggunakannya.
Aku berlari kedepan dengan kedua tangan memegang pedang, mengayunkannya dari atas aku mungkin bisa mengenai tubuhnya.
Guakh.
Ular itu berhasil mencambukku dengan ekornya lalu mengeluarkan asap keunguan dari mulutnya.
"Ini racun."
Selagi menutupi mulutku dengan satu tangan, aku keluar dari kepulan asap beracun dengan cara berlari, ular itu mengejarku layaknya seekor tikus bahkan setelah aku mengecoh nya ular itu terus meluak-liuk di antara pepohonan.
"Sial.... apa tidak ada jalan lagi," langkahku terhenti di ujung tebing, disaat si ular muncul dari hutan ia menjulurkan lidah bercabangnya sambil mengangkat tubuhnya ke atas.
Matanya yang besar memantulkan bayanganku disana.
"Ugh..."
Ular mengambil ancang-ancang lalu melompat ke arahku. Aku berhasil menghindarinya dengan berguling sementara ular itu jatuh ke jurang terbawa arus air.
Aku hanya menatapnya dari tempatku bendiri.
Ketika sadar, aku berlari ke arah dimana aku meninggalkan gadis itu. Dia pasti dalam bahaya bisa saja bekas di armor nya itu adalah bekas gigitan ular.
Aku memikirkan kemungkinan tersebut, sesampainya di sana seorang gadis lain duduk di sebelahnya, ia memiliki rambut keperakan dengan tubuh wanita dewasa, Eris
"Heal..." secercah cahaya muncul di tangan putih Eris, bagaikan sebuah cahaya bulan.
Tak lama si gadis berambut pirang membuka matanya.
"Ah..uh...?" gadis itu mengerang selagi memegangi kepalanya.
"...."
"Bukannya itu pedangku."
"Ah, ya.. aku meminjamnya saat melawan ular itu."
"Benar, ular itu.... dia menyerang pasukan ku , dimana dia?"
"Dia jatuh ke jurang lalu terbawa arus," aku memberikan pedang itu saat gadis berambut pirang itu berdiri, Eris pun mengikutinya
"Begitu... ular itu pasti akan kembali."
"Aku juga berpikiran demikian."
Si gadis mengalihkan pandangannya ke Eris. dia menundukkan kepalanya sekali.
"Terima kasih banyak sudah menyembuhkan ku, namaku Sirius Alistria Weafolt, kalau boleh tahu siapa kalian berdua?"
"Namaku Shiji, calon suami gadis di sampingku ini, Eris."
"Begitu, kalian sepasang kekasih."
"Bukan, kami hanya rekan setim tidak lebih maupun kurang," mendengar penolakan Eris sedikit membuatku terluka
"Cinta bertepuk sebelah tangan kah."
"Tolong jangan katakan itu dengan wajah serius, nona Serius."
"Namanya Sirius , Shiji."
"Aku sengaja mempelesetkanya, biar terdengar lucu."
"Tolong jangan hiraukan orang ini, dimasa lalu ia ingin menjadi pelawak, namun cita-citanya kandas di tengah jalan."
Sirius tertawa kecil melihat tingkah kami.
"Aku ingin mengundang kalian berdua ke kediamanku sebagai rasa terima kasihku, tapi saat ini aku tengah berada dalam misi."
Dari sikap serta tingkah lakunya, aku tahu dia pasti seorang bangsawan kerajaan.
"Tak apa, kami hanya kebetulan lewat saja, kalau boleh tahu, apa yang anda lakukan disini."
"Panggil saja Sirius."
Aku menganguk mengiyakan
"Kami sebenarnya datang kemari untuk melindungi pemukiman elf, menurut informasi sebentar lagi pasukan orc akan menyerang kemari." Sirius berhenti sejenak sebelum melanjutkan.
"Namun tiba-tiba saja ular itu muncul lalu menyerang kami dari belakang, hanya aku yang berhasil selamat darinya."
"Aku turut berduka, ayo pergi Eris."
Mengabaikan ajakanku Eris tersenyum jahil kearahku.
Apa yang dia rencanakan, aku merasakan firasat buruk.
"Katamu, kamu sedang melaksanakan misi kan."
Sirius mengangguk.
"Boleh kami membantu, begini-begini Shiji orang yang hebat loh, ia bahkan bisa mengalahkan monster dengan sekali tebas."
"Benarkah, aku sangat menghargainya," jawab Sirius.
"Tunggu Eris, apa yang kau katakan? apa kau masih marah karena aku berencana menikahimu dan mempunyai anak darimu, tolong jangan libatkan aku kedalam mara bahaya."
Eris menutupi wajahnya dengan malu.
"Disaat seperti ini kamu mengatakan hal itu."
Petir menyambarku untuk kedua kalinya.
"Kau baik-baik saja," si Kesatria terlihat menghawatirkanku.
"Ya, aku mulai terbiasa dengan petir, sebentar lagi aku pasti bisa menggunakan element petir."
"Gawat rambutmu lenyap."
"Uwahhhh..... Eris lakukan sesuatu."
"Ogah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1278 Episodes
Comments
Rhakean Djati
gosong lagi.hahahaha
2024-07-01
1
Rhakean Djati
jlebbbb.sakitnya tuh di sini.heheheee
2024-07-01
1
Uing Tea
seru
2023-08-18
1