Tiga hari kemudian aku dan Eris mulai terbiasa tinggal di kota.
Tidak hanya dedaunan, kami juga turut menjual potion yang di buat Rein.
"Silahkan Beli potion penyembuh serta penguat ini."
Melihat Eris yang bersemangat seperti itu temasuk kebahagian tersendiri, kebanyakan pembeli kami adalah petualang rank bawah yang mencoba menaikan level.
"Silahkan."
"Terima kasih."
Tanpa terasa kami sudah menjual 50 botol pada siang hari.
"Kalian sudah bekerja keras," suara itu berasal dari seorang elf berumur 500 tahun.
"Senia," aku menyebut namanya.
"Mau beli potion," ucapku yang di balas lambaian tangan.
"Aku hanya mampir saja, aku membeli bahan makanan yang banyak untuk perayaan rumah kami nanti malam, kalian harus datang loh."
"Kami akan datang," jawab Eris.
"Kalau begitu aku permisi, sampai nanti malam."
"Sampai nanti "
Kami hanya melihat kepergian Senia dari kejauhan.
"Sebaiknya kita juga menemui Rein untuk mendapatkan uang."
Aku dan Eris pun menuju tempat keberadaannya, tidak jauh beda dengan rumah di kota ini, rumah Rein pun bergaya Eropa abad pertengahan dengan sepatu kuda menempel di pintunya mungkin kebiasaan yang dibawanya dari dunia sebelumnya.
Saat pintu di buka, bunyi lonceng terdengar.
"Selamat datang...... lah ku kira pelanggan, kalian sudah kembali rupanya"
"Hari ini kami menjual banyak, boleh aku minta minuman dingin."
"Oke."
"Aku juga Rein," kata Eris yang duduk di kursi.
"Baik, tunggu sebentar."
Rein pergi dan kembali setelah meletakan dua gelas air putih di etalase toko. Ia kemudian mengeluarkan batu putih seukuran kepalan tangan bayi lalu mengarahkanya ke dalam gelas.
"Ice Magic," bersamaan dengan itu air kami membeku.
"....."
Bukannya air dingin lagi, gelas kami menjadi keras seperti batu.
"Ah, aku terlalu banyak memasukan energi sihirku, akan kupanaskan sedikit."
Sekarang gantian kristal merah yang di keluarkan Rein.
"Fire Magic."
Dan hasilnya.
Gelas kami meledak.
"Oi, apa yang kau lakukan."
"Haha maaf, aku memang tidak pandai mengunakan sihir."
"Jangan lakukan lagi," atas laranganku Rein tersenyum pahit sebelum membantu membersihkan noda dari rambut Eris.
"Ngomong-ngomong yang barusan itu apa?"
"Kristal Elemental, kristal ini bisa menyerap energi sihir milik penggunanya lalu mengubahnya sesuai tipe kristal sebelum akhirnya di keluarkan seperti barusan."
"Energi sihir ya, menurutmu aku punya tidak.... energi sihir."
Menurut aturan dunia ini, hanya beberapa orang saja yang mempunyai energi sihir, karena itulah mereka di perlakukan istimewa di guild.
"Ntahlah, kau bisa mengunjungi si peramal untuk mengetahuinya, dia selalu berada di tokonya."
"Aku harus mengunjunginya," aku menjawabnya dengan cepat.
"Tapi bukannya kamu bersama Eris, sebelum datang kedunia ini Eris pasti memberi kekuatan padamu kan."
"Tidak, Shiji memilihku sebagai ganti kekuatannya."
"Begitu, aku pikir Shiji mempunyai niat busuk di dalam pikirannya."
"Aku juga berpikiran sama."
Keduanya menatapku dingin.
"Kalian membuatku kesal."
Aku dan Eris pergi ke si peramal, di ruangan yang serba gelap yang hanya di terangi bola bercahaya di meja, si peramal memutar mutarkan tangan di atasnya.
"Jadi apa yang kalian ingin ketahui."
Kata-kata yang tidak asing ditelinga.
"Mbok, aku ingin tahu berapa anak yang ku miliki bersama Eris.... aduh, sakit-sakit. kenapa kau menarik pipiku."
"Itu ulahmu sendiri."
"Maafkan aku, Aku cuma bercanda."
"Sulit sekali... aku tidak mungkin bisa meramal seorang Dewi."
Kemampuan orang ini sungguhan, aku merasa bersalah sudah meragukannya.
"Kau malah meladeninya," protes Eris.
"Maafkan aku Dewi Eris, tapi setiap orang yang bertanya padaku, aku akan selalu menjawabnya dengan kebenaran."
Atas pernyataan si peramal, Eris tersenyum tipis.
"Kurasa kamu tidak berbohong, bukannya sudah waktunya kamu menunjukan wajahmu, tenang saja jika Shiji khilap, aku akan memberikan hukuman ilahi."
"Mempunyai wajah cantik itu terkadang menyusahkan loh, bahkan aku hampir saja menjadi bahan perebutan kerajaan."
Ngomong apaan dah ni orang...
Saat jubah tudungnya di buka, barulah aku mengerti, dia wanita cantik dengan rambut merah dan tanduk melingkar di kepalanya.
Dia berasal dari Ras Iblis tepatnya seorang Succubus, di dunia ini ras Iblis termasuk ras di musuhi namun berbeda bagi para Succubus mereka di biarkan begitu saja bebas, terkadang mereka juga sering membantu dalam peperangan melawan Raja Iblis.
Si wanita bertanduk itu menatapku dalam bingung.
"Kau tidak tertarik oleh pesonaku."
"Maaf saja, aku sudah cukup memiliki Eris di sampingku."
"...."
Mendapat jawabanku, si wanita itu nampak kesal sedangkan Eris mengalihkan wajahnya untuk menyembunyikan pipi merahnya.
Aku berkata pada Eris yang tersipu malu.
"Ayo kita menikah."
Sebuah petir menembus langit-langit rumah hingga akupun sekaligus terhantam.
"Huahahaha," si wanita itu tertawa terbahak - bahak.
"Rambutku kembali botak."
"Cocok untukmu," jawab Eris
"Aku bukan pahlawan yang mengalahkan musuhnya dengan sekali pukulan, tolong sihir Recovery nya."
"Apa boleh buat, Refleksion."
"Oi, Oi... itu sihir apaan...."
"Huahaaaahahaaha bagus Dewi Eris, luar biasa," ucap si peramal memukul-mukul meja.
"Kau membuat kepalaku jadi lampu."
Eris tersenyum nakal dan itu masih tetap menggoda.
"Ini hukuman untukmu."
"Aku minta maaf, tolonglah, tolong."
Setelah memohon beberapa kali, aku kembali ke semula.
"Jadi kau ingin tahu kau memiliki energi sihir atau tidak," ucapnya selagi meminum air putih. Peramal ini bernama Floria Blossom karena berasal dari ras Iblis aku tidak bisa menebak umurnya.
"Minumlah gelas bekasku dan kita akan tahu kamu punya sihir atau tidak."
"Ngajak gelut kau, itu gelas bekasmu..... barusan aku lihat kau meludahinya juga."
"Cih.. ketahuan."
"Apanya yang cih."
"Aku saja Shiji, biarku sucikan dia."
"Uwahh, tolong jangan lakukan, aku cuma bercanda, cuma bercanda, tolonglah Dewi."
Floria menangis minta pengampunan.
"Memangnya barusan dia ngapain."
"Dia sedang memikatmu, jika terjadi hal itu kau akan mati kelelahan."
Aku tidak ingin tahu tentang apa itu, sebagai gantinya aku mengambil bola kristal milik Floria.
"Hey tunggu, tunggu, apa yang ingin kau lakukan," ucap Floria yang masih memeluk kaki Eris.
"Akan kuhancurkan benda ini."
"Jangan, tolonglah... aku akan memberikan kristal Elemental sebagai permintaan maaf."
"Dua Buah."
Floria menganguk.
"Yah, baiklah kurasa itu cukup.... demi cintaku Eris juga harus memaafkannya."
"Jangan mengatakan hal memalukan di saat seperti ini.... aku akan melupakannya"
Floria kembali kekursinya sambil menghembuskan nafas lega, mengelus-ngelus bola kristalnya, hingga bersinar terang sesaat itu dia menyuruhku untuk memegangnya.
"Bagaimana? kau merasakan sesuatu? ."
"Tidak."
"Tiap orang memiliki sihir berbeda-berbeda, biasanya orang hanya memiliki satu tipe sihir, tapi terkadang ada juga orang berbakat memiliki lebih dari dua sihir."
Aku menatap sinis Floria.
"Kau membohongiku, aku tidak merasakan apapun."
"Sayang sekali berarti kau tidak punya energi sihir dalam tubuhmu, jika angin kau akan merasakan ada udara di sekitar tanganmu, api merasa hangat, air merasa basah, tanah merasakan debu di tanganmu, es merasa dingin, cahaya bersinar, kegelapan menghitam."
"Aku benar-benar lemah, tapi tak apa selagi ada Dewi di belakangku aku tidak mungkin kesulitan, benarkan Eris."
"Bodo ah."
"Sesuai janjiku, dua buah kristal elemental untukmu, benda ini sangat mahal jadi berterima kasihlah."
"Aku berterima kasih."
Floria menggelengkan kepalanya beberapa kali ke kiri kekanan.
"Maksudku uang... biayanya 300.000 Nil."
"Mahal banget."
"Itu sudah ketentuannya.."
Dia pasti membuat ketentuannya sendiri.
"Tapi, aku punya penawaran yang lebih baik."
Aku dan Eris terdiam saat ia menawarkan dirinya sebagai rekan kami.
"Kau serius ingin bergabung dengan party kami, bahkan kami masih belum punya rumah ataupun tergabung di guild," kataku.
"Tak masalah, sepertinya bersama kalian akan menyenangkan, aku juga tak ingin terus terusan berada disini."
"Bagaimana menurutmu Eris?" aku berbalik bertanya padanya.
"Aku sih tidak masalah, jika dia mau menjaga sikapnya."
"Aku akan jadi anak baik."
Anggota baru kami pun bertambah satu orang.
Kami meninggalkan tempat itu.
Sebelum kami pergi Floria membakar tenda yang selama ini menjadi rumahnya sendiri. Ia bahkan menari-nari diatas abunya.
"Sebenarnya kau sudah berapa lama di tempat ini."
"Sangat lama, mungkin 100 tahun."
Aku tidak ingin berkomentar lagi...
Floria memandangku dengan senyuman aneh. Dia berkata dengan nada menggoda.
"Kalau Dewi Eris tidak mau, kau bisa menikah denganku."
"Kamu tidak perlu memanggilku Dewi, dengar Succubus jika kau melakukan hal tidak senonoh dengan Shiji bersiaplah untuk menerima amarah Dewi."
"Menakutkan sekali... aku tidak mau."
Keseharian yang damai ini akan terus berlanjut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1278 Episodes
Comments
Rhakean Djati
gosong lagi. kayaknya bakalan kayak minum obat. tiap hari kena petir.hahahahaa
2024-07-01
1
Rhakean Djati
lah. panggilan peramal ya mbok yaa ? hehehehe
2024-07-01
1
arfan
160
2022-07-05
0