Setelah Eris merapal kan " Recovery," pada ku dan sirius, kami mulai menyisir jalanan, tujuan kami bagian tengah hutan dimana para Elf tinggal, melewati semak belukar, pepohonan yang rimbun, kami di sambut beberapa elf wanita di depan desa.
Sedikit informasi tentang desa ini, semuanya adalah wanita dan anak-anak. Para pria kebanyakan ikut berperang di garis depan dan tak pernah kembali.
Sebenarnya seberapa kuat pasukan Raja Iblis itu, apa dia tipe orang yang membantai semuanya tanpa tersisa satupun di medan perang, memikirkannya saja membuatku ngeri.
Untuk sekarang Mari lupakan soal Raja Iblis dan kembali ke seorang wanita yang duduk di depanku, ia memiliki rambut berponi berwarna pirang, mengaku sebagai kepala desa, namanya Senia.
Ngomong-ngomong umurnya sudah mencapai 500 tahun.
"Sungguh di sayangkan kejadian itu terjadi.... kami belum pernah mendengar ada ular yang masuk kawasan hutan ini."
" Mungkin saja dia mengincarmu Sirius," ucapku yang lalu meminum teh. Eris di sampingku juga melakukan hal sama dia terlihat tenang-tenang saja seakan acuh tak acuh, seharusnya sebagai Dewi dia lebih memperhatikan keadaan sekitarnya atau.... mungkin dia sudah tahu tidak akan terjadi apa-apa di tempat ini, jadi dia bisa bersikap seperti itu.
Senia menghembuskan nafas panjang .
"Dua hari lagi para orc akan segera tiba, apa yang harus kita lakukan."
"Tenang saja disini ada Shiji, 10.000 orc bukan masalah baginya," yang menjawab itu adalah Eris.
"Aku akan mengeluarkan jurus seribu langkah."
"Jurus seperti apa itu, aku belum pernah mendengarnya," Sirius bertanya dengan nada serius.
"Ketika monster mendekat, aku akan lari dengan jurus itu."
"Oi, itu jurus tak berguna."
"Keren kan."
Atas pernyataanku Sirius tersenyum pahit, di luar dugaan dia orang yang serius rupanya.
Aku manarik teh ke dalam mulutku selagi memikirkan sesuatu.
Ada pepatah jangan melawan sesuatu yang tidak bisa kau menangkan, jika demikian bukannya melarikan diri dari situasi ini adalah yang terbaik.
"Bagaimana kalau kita tinggalkan saja tempat ini," mendengar pendapatku semua orang termenung.
"Kami bisa saja pergi dari sini, tapi kami tidak tahu harus pergi kemana, terutama di desa ini tidak ada laki-laki yang bisa menjadi pemimpin kami."
Senia mendesah pelan, aku bisa melihat beban yang di pinggul pundaknya, bagaimanapun dia adalah seorang wanita yang di tunjuk sebagai kepala desa bukan karena keinginannya.
Disisi lain.
Sirius adalah seorang bangsawan disuatu tempat, paling tidak dia pasti punya lahan yang lua satu atau dua tempat untuk di tinggali.
"Bagaimana menurutmu Sirius, aku pikir kau seorang bangsawan, paling tidak kau bisa memberikan lahan yang di kelola keluargamu dan kau bisa menarik pajak untuk hal itu."
Sirius meletakan jarinya di bibir seakan memikirkannya.
"Aku bisa saja, jika kalian mau meninggalkan desa ini, aku akan bertanggung jawab penuh"
Mendengar jawaban positif dari Sirius, semua orang yang hadir tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
"Sudah di putuskan, kita akan bersiap siap sekarang dan pergi besok pagi," kataku pada semua orang dan mereka membalas dengan anggukan.
Malam hari itu selagi menatap bulan yang bersinar terang, Eris muncul dan duduk di sebelahku.
"Kamu memilih untuk menyelamatkan semua orang, di banding bertarung untuk sesuatu yang tidak bisa kamu menangkan.... orang pasti akan mencapmu sebagai seorang pengecut loh."
"Apa kau sedang mengejek ku?" aku bertanya pada Eris yang tersenyum ke arahku.
"Aku memujimu."
"Itu ejekan."
Eris tersenyum jahil.
"Dari tadi kau terus saja memasukan ku kedalam bahaya, sebenarnya apa yang sedang kau rencana?"
"Aku hanya ingin menunjukan pada Shiji bahwa kita datang kemari bukan untuk main-main, kita datang untuk menyelamatkan dunia ini."
"Aku tahu," jawabku singkat.
"Baguslah kalau kau mengerti... mari tidur."
"Apa ini sebuah ajakan."
"Bukan, aku tidur di kamarku, kamu tidur di kamarmu seperti itulah."
Aku hanya melihat kepergian Eris yang wajahnya memerah sebelum kembali menatap bulan.
Bulan itu bersinar begitu terang seakan dekat namun jauh, hal itu sama seperti aku melihat Eris, dia selalu berada di sampingku namun aku tidak bisa meraihnya.
Pagi berikutnya semua kereta kuda sudah siap mengangkut kepergian kami. Kereta berjumlah 6 buah dengan aku, Eris dan Sirius berada di kereta paling depan.
Kota yang kami tuju adalah sebuah kota bernama Orion yang di kelola oleh bangsawan Duke bernama Regalia Alistria Weafolt atau tepatnya dia Ibu Sirius.
Aku tidak tahu orangnya seperti apa, tapi dari namanya dia pasti orang hebat, untuk memastikan, aku bertanya pada Sirius.
"Ibumu itu seperti apa?" alih-alih menjawabnya dengan cepat, sirius malah terlihat jijik dan mundur dariku.
"Jangan bilang kau ingin menikahi ibuku."
"Kau pikir, aku ini orang seperti apa."
"Gila harta, wanita dan tahta," yang menjawabku adalah Eris sedangkan Sirius menganguk-anggukan kepalanya beberapa kali.
"Sejak kapan kalian menjadi kompak dan juga berhenti menyebarkan rumor-rumor aneh tentangku.... kalian tahu ? semua wanita elf menatapku waspada, seperti mereka akan menusukku kalau mendekat."
"Fufu kamu akhirnya tidak bisa berbuat macam-macam," Eris berkata dengan penuh kemenangan.
"Aku hanya akan berbuat macam-macam cuma pada Eris."
"Lihat itu Sirius, bukannya baru saja dia membocorkan niat jahatnya selama ini."
Eris bersembunyi di punggung Sirius.
Saat kami saling mengoda satu sama lain , kereta tiba-tiba berhenti, kusir lalu menoleh ke arah kami.
"Nona Sirius, ada ular besar yang menghalangi jalan."
Rasanya aku tahu ular itu, kami bertiga turun dari kereta dan mendapati ular sedang menatap ke arah kami, Ia menjulurkan lidah bercabangnya.
"Akhirnya aku menemukan kalian."
Di luar dugaan hewan ini bisa berbicara seperti manusia. Kami bertiga mendekat kearahnya agar kereta tidak ikut terancam.
"Apa yang kau inginkan dariku? aku sama sekali tidak punya dendam denganmu."
Si ular tertawa membalas pernyataan Sirius.
"Jangan salah paham, aku datang mencarimu karena tuanku ingin mengambil pedang itu."
"Excalibur," kataku.
"Siapa tuanmu?"
"Tuanku sangat pemalu jadi dia tidak ingin di ketahui oleh publik..... berikan saja pedangmu, maka aku akan pergi dari sini dengan damai."
Tuannya pasti orang pengecut yang menyuruh ular untuk mencuri.
"Aku menolak."
"Begitu, maka izinkan aku untuk membunuh kalian terutama laki-laki ini."
"Aku? kenapa aku?"
"Kau membuatku jatuh ke jurang, aku akan memakanmu hidup-hidup."
Ah, aku baru ingat soal itu.
Ular menerjang ke arahku untunglah Sirius sudah berada di depanku selagi menahan serangan itu dengan perisainya.
"Tak akan ku biarkan.... lawanmu adalah aku."
Inilah kesempatan untuk kabur, aku segera merangkul Eris di pangkuanku dan membawanya ke kereta kembali.
"Kyaaa....apa yang kau lakukan?"
"Diamlah disini, aku akan membantu Sirius."
"..... apa lagi."
"Kau tidak ingin menyemangatiku."
"Ogah, tapi jangan mati."
"Oke."
Aku mengambil sebuah pedang biasa di dalam kereta lalu menerjang ke depan, memanfaatkan kesempatan Sirius yang bertarung dari depan, aku menyelinap ke belakang si ular dan kemudian ular itu berteriak kesakitan saat ujung ekornya terpotong.
"Sialan kau...." dia berteriak selagi mengejarku, saking marahnya ia bahkan melupakan keberadaan Sirius.
Aku melompat saat kepala itu berusaha menggigitku.
"Bagaimana rasanya tanah," kataku memprovokasi.
"Akan kuhabisi kau."
"Jika kau bisa."
Aku berbalik arah dengan kecepatan tinggi, ini pertama kalinya aku berlari secepat ini, apa ini ada sangkut pautnya dengan efek khusus saat berpindah dunia. Tak ingin memikirkan lebih lanjut, aku berlari melewati Sirius.
"Aku serahkan sisanya padamu."
"Oke, apa itu yang dinamakan jurus seribu langkah, cukup menarik."
Sambil memuji kemampuanku, Sirius menghentakan perisainya di tanah, bersamaan dengan itu rantai keluar dari perisainya yang mampu mengikat seluruh tubuh ular yang tertuju padanya.
"Apa."
Dan selanjutnya.
Sirius berteriak.
"IRON MAIDEN."
Di depan perisai, sebuah peti raksasa menyeruak dari dalam tanah peti itu mirip seperti gerbang yang terbuka yang menampilkan pedang - pedang yang tajam di kedua sisinya.
Rantai terus menarik si ular kedalam peti.
"Tidak!!!."
Peti kembali masuk kedalam tanah setelah menelan keberadaan si ular selamanya.
Barusan sangat keren, minta di ajarin ah. Aku berpikiran demikian saat mendekat ke arah Sirius yang kembali mengangkat perisainya.
"Kau sangat hebat."
"Ini tidak seberapa, ayo lanjutkan perjalanan."
Aku mengikuti Sirius dari belakang menuju kereta dan perjalanan pun berlanjut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1278 Episodes
Comments
L
ya ya ya saya setuju 🗣️💯💯🔥⁉️
2024-01-29
2
Ayub Bagas
ide bagus
2023-07-06
1
Ayub Bagas
hmm women
2023-07-06
1