Pagi berikutnya di kota Orion yang damai, setelah membeli tongkat sihir untuk Eris kami selanjutnya pergi ke pandai besi yang menyediakan peralatan bagi petualang, bagaimanapun sekarang kami adalah sebuah party dan harus bisa bekerja sama melawan monster, walau tidak tergabung di guild paling tidak kami masih bisa menjual material monster pada pedagang maupun kedai makanan di kota.
"Selamat datang, ada yang bisa di bantu oleh pak tua ini."
Seorang pria paruh baya muncul dari balik toko yang kami kunjungi.
"Kami ingin melihat perlengkapan yang paling bagus, soal harga tidak masalah," jawabku selagi melihat lihat isi toko, Eris maupun Floria pun melakukan hal sama.
"Hmmm, biar ku lihat, aku punya pedang bagus, hanya saja pedang ini sedikit terkutuk. mau?" kata pria penjaga toko selagi memeriksa peti penyimpanannya.
"Boleh aku melihatnya dulu."
"Ini dia."
Aku menerima pedang tersebut, itu adalah sebuah katana berwarna hitam, tak kusangka ada pedang Jepang di dunia ini.
"Ah, itu."
Eris berseru selagi mendekat kearahku, ia menatap barang yang ku pegang seakan mengenalnya.
Floria juga ikut mendekat dengan penasaran.
"Aku merasakan kekuatan yang mengerikan darinya," Floria berkata demikian setelah melihat pedang di tanganku.
"Ini senjata cheat, akulah yang memberikannya."
"Eh!"
Aku dan Floria menunjukan reaksi sama pada perkataan Eris.
Namun Eris mengabaikan keterkejutan kami dan bertanya pada pemilik pedagang.
"Anda dapat dari mana pedang ini."
"Pemilik sebelumnya menjualnya padaku, katanya ia ingin menjalani hidup damai tanpa peperangan."
"Sepertinya orang yang dikirim olehku, menyerah melawan raja iblis," Eris berkata dengan sedih sementara si penjual kebingungan.
"Ambil ini saja Shiji."
"Mudah saja bagimu berkata itu, ini barang terkutuk," aku menjawab pernyataan Floria dengan lemas.
"Tak apa, asalkan ada kontrak itu akan baik baik saja.. boleh pinjam sebentar," Eris mengambil pedang dari tanganku sebelum aku mengiyakan.
"Benarkan Rosalin."
Rosalin? siapa yang dimaksud Eris. Saat Eris menjatuhkan katana itu barulah aku mengerti, pedang itu berubah menjadi sosok wanita bergaun Hitam berenda dengan bagian atas terbuka, ia memiliki mata ruby serta rambut panjang berwana hitam yang terurai sampai pinggul. Ia tersenyum menampilkan sepasang taring yang keluar dari ujung bibirnya, yang jelas dia menakutkan.
"Lama tak berjumpa Eris, kamu masih secantik saat pertama kita bertemu."
Dia sengaja memangil Eris demi menutupi identitasnya dari si pria paruh baya.
"Kamu juga masih menawan seperti dulu."
Menawan dari Hongkong, dia membuatku merinding.
Floria pun merasakan hal sama denganku, dia memegangi bajuku selagi bersembunyi di belakangku.
Untuk si penjual kelihatannya dia senang karena di kunjungi wanita cantik, seakan berkata, " Terima kasih aku bisa hidup sampai sekarang." yah, wajar saja dada Rosalin terekpos jelas.
Selanjutnya Eris memperkenalkan sosok di depan kami.
"Rosalin adalah seorang vampir dan sebuah pedang, ia memintaku untuk menjadikan dirinya sebuah senjata ganti membiarkannya hidup."
"Ah, begitulah.... tak kusangka saat aku berjaya, Eris melawanku langsung."
Aku tidak tahu detailnya tapi sepertinya mereka pernah saling bertarung. Lupakan soal itu sekarang, sekarang Rosalin beralih menatapku dengan tatapan bergairah, itu membuatku sedikit takut...
"Jadi apa yang kamu lakukan pada pemilikmu yang sebelumnya," tanya Eris memotong tatapan Rosalin.
"Sesuai yang di harapkan dari Eris, kamu mengetahui segalanya tentangku."
"Aku membunuhnya dan menyuruh orang lain menjualku ke sini."
Aku dan Floria menujukan wajah bermasalah sementara Eris terlihat tenang-tenang saja.
"Alasannya?"
"Dia berusaha menyentuh tubuh indahku sih...."
Tak ingin membicarakannya, Rosalin mengubah topik.
"Apa yang di inginkan Eris dariku?"
"Buatlah kontrak dengannya," Eris menunjuk kearahku.
"Aku?"
Sekarang, Rosalin mengalihkan pandangannya padaku.
"Apa mau mu?" tanyaku yang di balas senyuman tipis.
"Seorang manusia bersama Eris, menarik.... boleh aku pakai kontrak khususnya, aku sudah lelah selalu berwujud pedang, tak masalahkan Eris."
"Apa boleh buat, ku izinkan."
Mendengar jawaban Eris, wajah Rosalin tersenyum.
"Apa yang kalian bicarakan," tanpa menjawab pertanyaanku Rosalin memegang kedua bahuku. Aku yang panik serta gemetaran menatap Eris meminta pertolongan darinya.
"A-apa yang kau lakukan? Eris... Eris."
"Pasrah aja."
"Eh? Floria?"
Aku mencoba minta bantuan Floria, dia hanya mengangkat bahunya. Ah, aku belum siap untuk melakukan ini. Sekarang Rosalin memojokanku ke dinding.
"Jangan khawatir, aku akan melakukannya dengan lembut koq."
Lembut pala lu... ini tindak kekerasan bahkan tubuhku tidak bisa bergerak..
Dan selanjutnya.
Chu <3
Rosalin menggigit leherku dan menghisap darahku untuk beberapa detik saja. Seakan tidak cukup, dia melakukannya dua kali.
"Aku bisa-bisa Anemia."
"Aku hanya meminum darahmu sedikit," jawabnya dengan malu-malu.
"Sedikit apanya, kau melakukannya dua kali."
"Yang terakhir itu, aku hanya sedikit bergairah."
Tolong bawang putihnya, akan ku lenyapkan orang ini.
Rosalin menundukkan kepalanya sekali padaku.
"Kontrak sudah di buat, mulai sekarang tolong rawat aku dengan baik, master," ucapnya selagi mejilat bibirnya yang tipis, ntah kenapa aku merinding karenanya.
Dengan meminum darah pemiliknya, maka Rosalin telah menyerahkan jiwa dan raganya padaku, aku tidak tahu ini terdengar baik atau buruk, efek dari ritual itu kini membuatku berhenti menua maupun bertambah umur tapi aku masih tetap manusia dan bisa terbunuh jika orang menusukku.
Kallau begini, aku jadi ragu untuk kembali ke dunia asalku. Yah, dari awal aku sudah memutuskan untuk hidup bersama Eris jadi aku tidak menyesalinya.
"Floria tolong garamnya."
"Ini Rosalin."
"Terima kasih."
"Eris harus makan sayurannya juga."
"Aku tidak suka sayuran."
Dan beginilah kehidupanku sekarang, aku berhasil membuat party beranggotakan empat orang, walau terkesan aneh karena anggotanya bukan manusia namun aku menikmatinya setiap saat.
Aku berkata pada mereka.
"Dengar kalian bertiga, uangku sudah habis karena membeli Rosalin serta membeli makanan mewah ini, jadi setelah makan kalian harus berburu monster bersamaku, paham"
"Baik," ketiganya menjawab di waktu bersamaan, Aku tidak tahu kenapa mereka cepat sekali akrab.
Saat aku hendak makan, makanan itu telah habis.
"Oi, kau memakan jatah ku," orang yang ku tuduh adalah Rosalin.
"Maaf master, aku sangat lapar... kau tahu selama ini aku terus dalam bentuk pedang dan itu membuatku kelelahan."
"Cepat keluarkan, aku sudah tidak punya uang lagi untuk membeli makanan."
Itu adalah makanan terakhir.
"Ah, aku sudah memakannya," ucap Rosalin, lalu melanjutkan.
"Aku akan mengirimkan makanannya lewat mulutku, buka mulutmu master."
"Oi...."
"Aku juga, Shiji," Floria ikut angkat bicara sementara Eris terdiam dengan wajah memerah.
Membuat party dengan mereka berdua mungkin sebuah kesalahan.
"Shiji?"
"Master?"
"Akan ku ledakan kalian, Fire Magic..... water magic.... ah, ini tidak bekerja."
Setelah meletakan batu Elemental di meja. Aku hanya bisa memegangi kepalaku dengan frustasi
Kehidupanku di dunia lain tanpa sihir memang menyulitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1278 Episodes
Comments
Rhakean Djati
party yg konyol,walau pun dengan adanya seorang Dewi.hahahaa
2024-07-01
1
Egaega
Gahaha Selamat berjuang Shiji
2022-08-13
0
arfan
142
2022-07-05
0