"Fire Bolt."
Bola api di tembakan dari lengan Floria. Aku yang menyaksikan tertegun di tempat.
"Oi, sudah kukatakan jangan menggunakan sihir api, kita tidak bisa menjualnya jika hangus."
Mendapat Protes ku Floria tersenyum bangga.
"Bagaimana sihirku, hebatkan! bahkan para kelinci itu terbakar."
Percuma dia tidak mendengarku, sekarang aku mengalihkan pandangan ke arah Rosalin.
"Dasar binatang rendahan, terimalah balasan atas dosa kalian yang menggangguku sang leluhur vampir, Dark Hole."
Sebuah lubang hitam menghilang kan beberapa kelinci dari pandanganku. Dia lebih parah, bahkan aku tidak bisa menjual buruan apapun darinya.
Di sisi lain.
Eris sedang duduk selagi menikmati tehnya, berada di bawah payung dia nampak nyaman dengan situasinya.
Ketiga orang ini tidak beres.
"Dengar, jika kalian terluka datang saja kemari, aku akan mengobati kalian," yang membalas perkataan Eris adalah Rosalin. Ia berkata.
"Aku tidak mungkin terluka oleh binatang rendahan ini, Dark Thunder," Sekarang petir hitam menebas seluruh kelinci.
"Apa yang kalian lakukan, gara-gara kalian kita tidak bisa menjual apapun."
Aku memarahi mereka yang duduk berseza di depanku.
"Tapi Shiji, kami benar-benar kesulitan mengontrol kekuatan kami, bisakah kau mengambil quest saja dari guild, lagipula bayarannya juga lebih besar."
"Benar master.. aku juga berpikiran sama, kalau begini terus bahkan kita tidak bisa tinggal di masion milik kita sendiri."
Itu adalah cita-cita yang kami putuskan bersama.
Ketika aku memikirkannya tiba-tiba seorang pria berlari kearahku dengan panik.
"Oi ada apa?"
"Para orc datang."
Sebelum aku bertanya lebih lanjut, ia sudah berlari ke arah kota.
"Orc, apa jangan-jangan orc yang tempo hari menyerang desa elf."
"Ada kemungkinan yang di katakan Eris itu benar, kalau tidak salah jumlahnya sekitar 10.000."
"10.000 kah, bagaimana kalau aku dan Floria mengalahkan masing-masing setengah dari mereka. "
"Tak perlu, aku juga sudah cukup," bantah Floria.
"Apa kau berniat menggunakan serangan bunuh diri, jika benar jangan lakukan."
"Memangnya nyawaku seharga 10.000 Orc," atas pernyataanku, Floria cemberut.
"Lebih baik kita melihatnya saja dulu, jika terpaksa mundur kita korbankan saja Shiji, sebagai umpan, bagaimana?"
"Setuju," keduanya sepakat atas usulan Eris.
Aku hanya tersenyum pahit menanggapinya, seberapa besar dendam mereka padaku.
Kami pergi ke arah dimana si pria muncul, sekitar 500 meter dari tempat kami berburu kami mendapati kawanan Orc sedang berbaris menuju arah kota.
Mereka bertubuh besar, memakai zirah besi lengkap dengan senjata.
"Apa mereka pasukan Raja Iblis," tanyaku pada Eris.
"Itu benar, nah.... sekarang giliranmu bersinar, cepat kalahkan mereka bukannya itu tujuan kita datang kemari."
"Maunya begitu, tapi kau tahu sendiri aku lemah, sihir tidak bisa, kemampuan kurang, yang ku bisa hanya mendukung kalian dari belakang."
"Tidak, tidak, kamu sanggup, berkah Dewiku akan melindungimu."
Eris dan Rosalin menyeret lenganku.
"Bukannya ini waktunya master mencoba kekuatanku."
"Shiji juga harus menjadi tambah kuat, mungkin kedepannya akan ada laki - laki yang akan mengodaku, setidaknya kau harus melindungiku," tambah Floria mendorong punggungku.
"Akan ku coba."
Berdiri di depan mereka, para Orc mulai menatap kami penuh permusuhan.
"Apa boleh buat karena sudah kemari.... Rosalin."
"Baik master.."
Rosalin berubah menjadi katana lalu terbang ke tanganku. Aku menoleh ke arah Eris dan berkata.
"Eris di belakang saja, aku akan melindungimu."
"Ah, tenang saja aku sudah membuat penangkal koq, tidak akan ada monster yang mampu mendekatiku, kamu fokus saja bertarung."
Sebuah lingkaran sihir suci tergambar di bawah tanah dimana Eris menjadi pusatnya, untuk pertama kalinya aku meragukan bahwa kekuatan seorang Dewi ini tersegel.
Kesampingkan hal itu sekarang, aku harus menghadapi 10.000 Orc sekarang.
Aku mengayunkan katana di udara, menciptakan tebasan angin berbentuk bulan sabit yang mampu memotong apapun yang di lewatinya.
Barisan depan orc terpenggal, paling tidak kurasa 100 orc terkena.
Orc yang marah mulai menerjang ke arah kami, aku dan Floria pun melangkah maju.
"Fire Bolt."
Bola api Floria menghancurkan beberapa kumpulan orc yang mana membuat kawah sesudahnya. Api itu terus menjalar dari orc ke orc lainnya, membakar siapapun yang berada di dekatnya.
Dia terlihat seperti iblis.
Sihirnya sendiri benar-benar berada di tingkat atas jadi aku tidak perlu mengkhawatirkannya.
Satu orc menebas ke arahku, hanya dengan menahan pedangnya terpotong dua beserta tubuhnya.
"Hell Fire."
"Fire Bolt."
"Meteor strike."
"Fire Buster."
Rentetan nama-nama keren itu terdengar dari mulut Floria, hasilnya sudah tidak perlu di ragukan, ntah kenapa aku ingin bisa melakukannya, tapi..
Senjata ini juga sudah cukup
Aku mengayunkan pedang beberapa kali di udara, bilah bilah angin berkecamuk memotong segalanya tanpa tersisa.
Dan selajutnya orc yang paling besar di antara semuanya berdiri di depanku.
Kukira dia adalah pemimpinnya-- Orc lord
"Tidak mungkin, kau baru saja mengalahkan 10.000 pasukanku dengan mudah."
Sebenarnya Floria lah yang paling banyak membunuh dengan sihirnya.
"Akan ku habisi kau manusia."
Orc Lord membacok aku mengelak sementara goloknya hanya mengenai tanah kosong, aku menebas namun dia mampu menahannya.
Goloknya tidak terbelah dua berarti benda ini terbuat dari bahan yang bagus, apa aku bisa menjualnya.
Selagi memikirkan itu lord orc mulai menyerangku secara membabi buta. Dia mendorongku kebelakang dengan ayunan cepat.
"Hey master, berhentilah bermain main cepat habisi dia," suara itu berasal dari pedang yang ku pegang.
"Baiklah."
Aku membalas ayunan terakhir Orc Lord sekaligus Menerbangkan tangan beserta golok yang di pegangnya.
Dengan sekali ayunan, aku membelah tubuhnya secara vertikal, darah merah membasahi tanah pertarungan pun selesai.
Rosalin berubah menjadi dirinya lalu memeluk ku erat hingga aku terbaring di tanah dimana dia berada di atasku.
"Apa yang kau lakukan."
"Barusan pertarungan yang melelahkan, aku harus segera mengisi energi ku kan."
Dia ingin menghisap darahku.
"Kau bisa melakukannya di tanganku."
"Kalau dengan master, aku ingin di leher."
"Ka- kau sengaja, ya."
"Tak apa, 'kan."
Rosalin menjulurkan lidahnya lalu menggigit leherku. Aku harap ini tidak akan membunuhku.
Floria muncul setelah Rosalin menghisap darahku.
"Shiji, aku menemukan beberapa perlengkapan berharga dari mereka, lihat ini."
Yang dibawa Floria adalah armor yang mengkilat serta beberapa senjata.
"Barang rampasan perang yah, mari kembali ke kota sekarang untuk menukarnya dengan uang..... Eris kita kembali."
"Baik."
Eris berjalan ke arah kami.
"Tapi bagaimana kita membawa semua ini." tanyaku.
"Serahkan saja padaku master, aku akan memasukannya ke ruang penyimpananku."
"Oke!"
Lalu semua barang itu masuk kedalam lubang hitam.
Selingan.
Namaku Alex, umur 25 tahun, selama ini aku berlatih di gunung demi menjadi kesatria kerajaan. ini sudah 10 tahun semenjak aku pergi, akhirnya aku kembali ke kota Orion.
"Minggir dari jalan pak tua," seseorang berteriak ke arahku yang sedang bernostalgia.
"Hah? siapa yang kau panggil pak tua."
"Kau menghalangi jalan."
"Ah, ya... maafkan aku."
Rambut pirang ku sudah tumbuh terlalu panjang, jadi orang itu menganggapku sudah tua. Mari pergi ke salon dulu.
"Hii." pelayan salon terkejut saat aku muncul dari pintu toko, yah wajar sekarang aku hanya memakai pakaian dari dedaunan, tidak di anggap sebagai orang gila pun sudah bersyukur.
"Tolong potong rambutku."
"Ba-baik," atas permintaanku pelayan salon itu mulai melakukan pekerjaannya. Tidak jauh berbeda, aku masih se tampan dulu.
"Tuan, anda telihat keren."
"Begitukah...ini pembayarannya,ambil kembaliannya."
"Terima kasih, datang lagi."
"Aah."
Setelah dari salon, aku membeli pakaian dari toko butik dan terakhir tempat yang sangat ingin ku kunjungi.
"Lama tak bertemu pak tua... aku ingin membeli pedang Terkutuk yang kau tawarkan dulu."
"Pedang itu sudah di beli seseorang."
"Apa? siapa yang membelinya."
"Aku tidak ingat."
Waktu itu harusnya aku membelinya terlebih dahulu, karena benda itu terkutuk jadi aku tidak berani.
"Mungkin dengan ini kau bisa mengingatnya."
aku memberikan beberapa Nil padanya.
"Aku ingat."
Cepat sekali.
"Kalau tidak salah namanya Shiji, dia berpakaian aneh, selalu bersama dua gadis, satu gadis berambut perak dan satu lagi gadis berambut merah yang bahenol."
"Dengan kata lain, dia orang mesum.... aku harus mengambilnya kembali, tolong berikan pedang terbaikmu, aku akan membeli semuanya."
"Oke."
Pak tua itu kembali selagi menunjukan beberapa pedang koleksinya yang kubeli.
Dia berkata ke arahku
"Kau yakin ingin mengambilnya, pedang itu....."
Sebelum pak tua itu selesai bicara aku sudah pergi dari pintu. Dia sempat bergumam tapi aku tidak peduli, prioritas ku adalah pedang itu.....
"Ngomong-ngomong siapa anak muda itu, aku tidak ingat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1278 Episodes
Comments
arfan
125
2022-07-05
1
LORD Z1
sekalian aja orc disaster biar salah server
2021-07-14
5
Diamond
lanjuttttt
2021-06-18
2