Bagaimana pun melihatnya ini tidaklah manusiawi, di sepanjang perjalan ke istana, aku sempat melihat beberapa pria di cambuk oleh seorang gadis.
Dia sepertinya telah melakukan kesalahan atas pekerjaannya hingga mendapat hukuman seperti itu.
"Menyedihkan," Eris bergumam demikian, semenjak memasuki kota aku merasa ada hal yang aneh dengannya. Aku segera membuang pikiran itu, sampai tiba-tiba seorang anak laki-laki jatuh di depan kami. Kami segera mendekatinya.
"Nak, kau tidak apa-apa?"
Anak itu hanya menjawab pertanyaan lita dengan kata, " Lapar."
"Ambillah ini."
Lita membeli roti lalu memberikannya padanya yang mana membuat senyum lebar menghiasi wajah anak tersebut .
Anak itu berterima kasih lalu berlari dengan semangat ke arah sebuah gudang tak jauh dari kami.
Kami mengikutinya lalu mengintip isi gudang tersebut, apa yang ku lihat disana adalah sebuah pemandangan yang menyedihkan.
Anak itu sedang menyuapi ayahnya yang terbaring sakit, bukan hanya dirinya masih banyak lagi orang yang bernasib sama, mereka terlihat kucel tak ke urus.
"Maaf semuanya, kalian pergilah ke istana, aku ingin berada disini lebih lama... paling tidak aku ingin membantu mereka sedikit," Kata Eris dengan suara lemah penuh ke kekhawatiran
"Aku akan bersamanya, aku serahkan pada kalian."
"Baiklah, mari pergi," ucap Lita.
Floria maupun Rosalin mengangguk ke arahku sebelum akhirnya mengikuti Lita meninggalkan kami berdua.
"Shiji," Eris memanggil namaku.
"Ayo kita selamatkan mereka."
"ya."
Walau aku bilang begitu, aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya Eris sendiri yang menyembuhkan orang-orang tersebut dengan sihir penyembuhnya, aku hanya mengawasi dari samping.
Semua orang disini adalah laki-laki, jumlahnya sekitar 20 orang dengan lima anak kecil, mereka dari ras Beast, membiarkan Eris sendirian di tempat seperti ini membuatku tidak tenang.
"Aku sembuh... aku sembuh, terima kasih Dewi."
"Aku bukan Dewi."
"Tapi hatiku merasa Anda seorang Dewi."
Pria itu berkata demikian selagi mengulurkan tangannya .
"Bolehkah aku menjabat tangan Anda."
"Tentu."
Disaat yang sama yang lainnya pun mengikuti."
"Sekarang aku merasa keberuntungan akan mendekatiku."
"Aku juga."
Walau Eris menyembunyikan sosoknya, sepertinya dia tidak bisa menutupi auranya sebagai Dewi, terkadang aku juga merasa ingin selalu dekat dengannya.
Dewi Eris memang cantik, penuh cinta dan kasih sayang seperti julukannya, dia adalah sebuah sosok yang tidak tersentuh siapapun.
"Bolehkah aku menyentuhmu juga."
"Tidak boleh, berbeda dengan mereka, kamu akan menyentuhku penuh nafsu kan."
"Sesuai yang di harapkan Dewi Eris, kau mengetahui isi hatiku."
"Kyaaa."
Eris tersipu malu, padahal aku cuma menggodanya.
"Jika kau melakukannya, kau akan mendapat hukuman ilahi," Eris mengembungkan pipinya dan itu terlihat imut.
Melihatnya, dia akan baik-baik saja.
Aku berjalan ke arah seorang pria tua yang dari tadi hanya berdiam diri di pojokan.
"Anda tidak apa-apa?" tanyaku.
"Saya baik baik saja, saya sangat berterima kasih karena sudah mau menolong kami semua."
"Bukan apa-apa, lagipula aku tidak melakukan apapun, Eris lah yang membantu kalian."
"Dewi Eris kah."
Aku duduk disampingnya.
"Menurutmu bagaimana kota ini."
"Kacau, aku hampir saja di tampar seorang gadis," jawabku kesal
"Begitukah," pria tua itu tertawa lalu melanjutkan.
"Ratu kami yang baru sangatlah kejam, ku harap kalian cepat pergi meninggalkan tempat ini..... karena kami sakit Ia bahkan menempatkan kami disini dan membiarkan kami mati begitu saja."
Melihat situasinya seperti ini, aku juga berpikiran sama tapi ada yang harus ku lakukan jadi aku menolak nasihat si pria tua dan beralih ke sebuah pertanyaan.
"Kalau ada yang bisa ku bantu, katakan saja."
"Kami ingin bisa keluar dari sini."
"Akan ku lakukan."
Mendengar jawaban cepatku, mata si pria tua terbelalak kaget hingga ia meneteskan air mata.
"Terima kasih."
"Aku pasti akan mengeluarkan kalian."
Tak lama kemudian, ketiga orang yang pergi ke istana muncul dengan wajah kecewa.
aku dan Eris segera mendekati ketiganya.
"Ada apa?"
"Orang itu, menolak tawaran kita...dia menyuruh kita pergi," Floria lah yang menjawab pertanyaanku. Dia nampak marah.
"Ratu itu mengatakan, kami bisa mengatasinya sendiri jadi jangan mengganggu, rasanya aku ingin menghisap darahnya sampai kering," Rosalin mengeluarkan amarahnya juga
"Kita harus segera pergi dari kota ini sebelum sesuatu terjadi."
Mengikuti arahan Lita akhirnya kami berkemah di luar kota, karena terlanjur kemari kami tidak mungkin pulang dengan tangan kosong, terlebih aku harus menyelamatkan Ibu Anna.
"Jadi apa yang harus kita lakukan," di depan api unggun kami saling bertukar pikiran, aku memulai dengan pertanyaan tersebut.
"Kita biarkan mereka bertarung dengan naganya, ketika ada celah kita masuk lalu mentelepostasinya langsung ke kota Ellis."
"Kau ingin membawa naga berbahaya ke kota Ellis, lupakan soal itu, tolong cari jalan yang lain."
Lita mengutarakan keberatannya, Floria yang mengutarakan hal itu hanya tersenyum pahit padanya.
"Itu ide bagus, kita hanya harus meminumkan air itu sebelum mentelepostasinya."
Atas perkataan Rosalin, Lita menghembuskan nafas.
"Aku belum bisa menjamin Air suci ini manjur, Aku tidak ingin mengambil resiko..... jika pun kita menunggu efeknya sampai berkerja,pihak Argarista mungkin sudah menembaki kita dengan sihir atas."
"Yang di katakan Lita memang benar, meski begitu aku akan melakukan hal yang di katakan mereka berdua, tidak ada jalan lagi.."
Semua orang terdiam atas pemdapatku lalu aku melanjutkan.
"Untuk serangan dari pihak kerajaan, kita bisa mempercayai Floria untuk melindungi kita."
'Itu benar, serahkan padaku."
"Kurasa tidak ada jalan lagi, mari lakukan." Lita akhirnya menyerah .
Selagi berbaring memandangi langit yang di hiasi bintang-bintang, Aku memikirkan orang - orang yang ku temui di kota. gadis yang hampir menamparku serta para pria dan anak - anak yang di asingkan di sebuah gudang begitu saja adalah sebuah kenangan yang tidak bisa ku lupakan.
Aku merasa kasihan terhadapnya jadi besok pagi di bantu Eris kami akan mengeluarkan semuanya dari kota kejam itu.
Selagi memikirkan itu, aku pun akhirnya menutup mata.
Chu <3
Yang membangunkan ku di pagi hari adalah sensasi gigitan Rosalin di leherku, karena sudah biasa aku tidak terlalu terkejut hanya saja..... ada Lita disini.
"Apa mereka selalu melakukan hal mesum di depan orang asing," ucapnya masih dengan ekpresi datar.
"Kurasa hampir setiap hari," Eris menjawab dengan polos sementara Floria memperhatikan dengan mata berbinar, aku tidak ingin tahu apa yang dipikirkan seorang Succubus.
"Oi, lihat baik-baik dia sedang menghisap darahku," aku menegaskan keadaanku namun mereka pura-pura tak melihatnya.
"Terima kasih atas makanannya master."
Dia memperlakukan masternya seperti sebuah makanan, aku heran kenapa aku masih mengijinkannya di dekatku.Tapi biarlah... bagaimanpun kami sudah menjadi sebuah party.
"Kalau sudah selesai menjauhlah dariku."
"Baik."
Aku bangkit dan mulai menyusun rencananya.
Aku, Eris dan Lita akan pergi ke gudang yang kemarin kami kunjungi lalu mengeluarkan semuanya lewat saluran air bawah tanah, untuk floria dan rosalin keduanya akan berjaga di luar mengawasi keadaan, jika pun diperlukan Meraka akan meyerang seluruh penjaga bila ada yang mengikuti kami.
Meski rencana yang sederhana, aku yakin ini akan berhasil.
Tapi kenyataan berkata lain.
Saat kami bertiga kembali ke gudang hal yang menanti kami hanya keputusasaan........ yang seharusnya orang-orang berada, kini sudah tidak ada.
"Tidak mungkin," Eris berkata dengan wajah hampir menangis, begitu pula Lita.
Kota Penyombong ini jauh lebih buruk dari yang kami bayangkan.
Mereka membakar gudang termasuk penghuninya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1278 Episodes
Comments
arfan
88
2022-07-06
0
Diamond
lanjutttt
2021-06-19
3
Muhammad Bagas Putra Pratama0853
😶👍
2021-04-16
3