Kami tiba di guild, tidak hanya menawarkan pekerjaan yang bisa di ambil, di sini juga terdapat sebuah Bar.
Yang membuatku takjub semua pelayannya bertelinga hewan.
Aku tidak suka alkohol jadi aku tidak berniat memasukinya, namun untuk melihat pelayannya kurasa tidak apa-apa.
"Mereka dari ras demi-human ya."
"Begitulah, apa kau tertarik," yang menjawab omongan ku adalah seorang wanita berambut merah sebahu dengan gaun long dress yang berwarna sama pula.
Aku hanya menganguk sebagai jawaban.
Wanita itu bergantian menatapku dan Eris.
"Kalian pendatang, ada yang bisa ku bantu di guildku."
"...."
"Benar juga, aku belum memperkenalkan diri, namaku Layla Veronica, guild master di tempat ini."
"Kebetulan sekali, namaku Shiji dan ini Eris kami datang kemari ingin bergabung dengan guild."
"Apa kalian bisa menggunakan sihir."
"Aku tidak yakin, tapi Eris bisa sihir penyembuh."
"Begitu, bagi yang tidak bisa menggunakan sihir mereka akan terdaftar sebagai petualang Rank F, sementara yang bisa akan langsung terdaftar di Rank C."
"Jauh amat bedanya," aku mengutarakan keberatanku dan bertanya alasannya.
"Ini supaya memudahkan kami dalam memberi misi darurat."
"Misi darurat?"
"Misi darurat adalah sesuatu kejadian dimana hal itu membahayakan seisi kota, Biasanya kami akan mengumumkannya lewat pengeras suara."
Layla diam sejenak lalu melanjutkan.
"Kami tidak membatasi setiap orang yang akan mengambil quest, terkadang ada dari rank F yang mengambil untuk rank C maupun sebaliknya."
Aku kembali bertanya.
"Jika misal orang yang mendapat misi darurat, menolak permintaannya, apa yang terjadi dengannya."
" Kami akan mengusirnya dari kota."
Jawaban Layla membuatku terkejut, bukannya setiap orang berhak memutuskan ikut atau tidak dalam sebuah misi, jika seperti ini , ini sama saja dengan sebuah pemaksaan.
Seakan bisa mengetahui isi pikiranku, Layla menambahkan.
"Bagaimana pun, prioritas keamanan kota adalah yang terpenting, jika petualang Rank tinggi menolak Misi darurat, bukannya itu sama saja dia tidak peduli dengan kota ini."
Yang dikatakan Layla memang benar, tapi aku tidak mungkin membiarkan Eris dalam situasi berbahaya, bagaimanapun kekuatannya kini telah di segel, membiarkannya masuk guild sama saja mengirimnya kedalam kematian.
"Aku mengerti, kami tidak jadi bergabung dengan guild, aku tidak mungkin mengirim Eris ke tempat berbahaya."
Sekarang giliran Layla yang terkejut.
"Kau yakin?"
"Tak masalah untuk ku, kami bisa mencari uang dengan cara lain, ayo Eris."
Aku menarik tangan Eris tanpa membiarkan dia menolaknya.
"Jika berubah pikiran, kau boleh datang kembali," teriak Layla padaku, namun aku hanya diam dan terus berjalan ke luar pintu.
Eris menatapku dengan perasaan yang sulit di katakan. Itu seperti rasa kekhawatiran yang di gabung dengan rasa senang.
"Jika ada yang ingin kau katakan, katakan saja."
"Tidak," jawab singkat Eris dan berjalan pergi.
"Oi, tunggu aku."
Kami berdua duduk di kursi di tengah kota.
"Jadi bagaimana kita mendapatkan uang ? aku belum makan loh dan itu membuat perutku sakit," Eris berkata demikian.
"Maaf kan aku, aku akan mencari informasi dulu, tunggu sebentar."
Aku berjalan ke arah seorang gadis kecil berambut twintail berwarna abu-abu yang sedang berdiri di air mancur. Aku tidak tahu apa yang sedang dia lakukan barangkali dia sedang bermain keseimbangan.
"Hey, gadis kecil."
Melihatku gadis itu mengerenyitkan alisnya.
"Kau membuatku kesal oi.... apa yang kau inginkan dariku."
Dia masih kecil tapi gaya bicaranya kasar, kurasa saat besar nanti dia akan menjadi Raja Iblis berikutnya.
"Aku ingin bertanya sesuatu."
"Cepatlah, aku sedang sibuk soalnya."
Anak ini membuatku jengkel. Tapi pertanyaanku lebih penting daripada mengurusi nya.
"Aku baru datang ke kota ini, apa kau tahu bagaimana mendapatkan uang selain bergabung di guild?"
Dia terdiam sejenak memikirkan sesuatu.
"Jika kau wanita, kau bisa menjual tubuhmu."
Orang ini, akan ku hajar dia.
"Aku seorang Alchemist, jika butuh uang kau bisa memetik daun obat lalu menjualnya padaku, aku tinggal di ujung jalan ini."
Gadis kecil itu berkata sambil menunjuk rumahnya.
Alchemist adalah seseorang yang menggunakan ramuan untuk bertarung , mereka juga terkadang membuat ramuan penyembuh. kurasa tidak ada salahnya mencoba, hanya saja...
"Aku tidak tahu bahan seperti apa yang harus ku kumpulkan."
"Kau ini bodoh ya, apa kau belum pernah masuk ke Akademi Sihir."
"Aku ini bukan penyihir, kau lihat pakaianku seperti apa."
"Memang benar, pakaianmu terlihat aneh."
"Namanya jersey, kau bisa bilang , jaket atau pakaian olah raga, apalah."
"Aku merasa pernah melihatnya... tapi dimana?"
Gadis itu merogoh saku jubahnya , mengambil daun lalu memberikannya padaku.
"Kau bisa memetiknya di pegunungan dekat sini, aku biasa membuat ramuan dengan tanaman itu.
"Aku mengerti." jawabku singkat.
"Aku akan membayar sekeranjangnya seharga 1.000 Nil, itu sama dengan harga pasaran."
Nil adalah mata uang di dunia ini, aku tidak terlalu tahu kisarannya, yang jelas itu sudah cukup untuk menyewa penginapan dan makan 3 kali sehari."
"Setelah selesai, aku akan mengantarnya ke rumahmu... kau hebat, masih kecil tapi sudah menjadi Alchemist."
"Ngajak berantem."
"Koq bisa."
"Aku ini sudah berumur 17 tahun, namaku Rein."
"Maaf soal itu, Aku Shiji dan kamu lihat gadis itu, namanya Eris."
Rein mengalihkan pandangannya ke arah yang ku tunjuk dimana Eris berada.
"Bu - bukannya itu Dewi Eris, bagaimana dia ada disini, kau menculiknya."
"Apa maksudmu?"
Tak lama, Eris muncul dari belakangku.
"Lama tak bertemu Rein, hmm kau sedikit tumbuh sekarang."
" Ternyata benar, anda Dewi Eris.... apa laki-laki ini menculikmu atau berbuat tidak senonoh pada Anda, jika benar biarkan saya menghukumnya dengan kematian."
"Tidak, dia..... hmmmm..... pelayanku."
"Oi."
Eris tertawa kecil.
"Aku temannya."
Rein mengangguk puas dengan jawabanku.
"Aku juga berasal dari dunia lain, kalau tidak keberatan mari ikut denganku, aku bisa siapkan makanan untuk kalian."
"Aku berterima kasih dengan itu."
Sekarang Rein menatapku tajam.
"Kau membawa Dewi Eris ke sini tapi bahkan tidak memberikan makanan padanya... kau benar-benar yang terburuk."
"Bukan salahku, sekarang aku memang miskin, tapi suatu hari aku yang akan membahagiakan Eris."
"Eris?"
"Aku sendiri yang memintanya memanggilku begitu, jika mau Rein juga boleh."
"Benarkah, sebuah kehormatan bagi saya."
Anak ini sangat mengagumi sosok Eris, jika aku macam-macam pada Eris, kurasa dia akan melakukan sesuatu yang buruk padaku..... aku tidak ingin memikirkannya sih.
Sebelum sampai ke depan pintu rumahnya aku berkata.
"Rein, bisakah kau menjaga Eris untuk beberapa hari?"
Tak hanya Rein, Eris nampak kebingungan.
"Yah, kau tahu aku ini tidak punya uang bahkan tempat tinggal, kurasa aku akan mencari uang dulu untuk beberapa hari setidaknya sampai aku bisa membeli makanan serta membayar penginapan, jadi aku ingin menitipkan Eris bersamamu, tentu aku akan mengganti semua biayanya."
" Kau tak perlu menggantinya, aku juga tak keberatan jika Eris tinggal bersamaku selamanya, itu pun jika Eris sendiri yang mau."
"Senang mendengarnya, kalau begitu aku pergi."
"Shiji?"
"Tenang saja, aku akan mendapatkan uang yang banyak, sampai nanti."
Aku pergi meninggalkan mereka berdua, setidaknya Eris punya tempat berlindung serta makanan, aku sedikit menyesal tidak bisa berbuat apapun untuknya .
"Dia itu harusnya makan dulu sebelum pergi."
Menggunakan daun yang di berikan Rein, aku mulai mencocokannya dengan setiap tanaman yang ku lewati, aku tidak tahu nama tanaman ini, bagiku semuanya terlihat seperti rumput.
Setelah cukup lama akhirnya aku memetik sekantong penuh, dengan ini aku bisa menukarkannya dengan uang.
Selagi menarik nafas panjang, aku membaringkan tubuhku di atas rumput sambil memandangi langit senja, warna oranye terlihat begitu menawan.
"A-apa"
Aku terkejut saat seseorang memindahkan kepalaku pada pangkuannya, inikah namanya bantalan paha itu.
Berbeda denganku yang kebingungan, gadis itu tersenyum manis.
"Eris, sedang apa kau disini?"
"Kamu seenaknya saja meninggalkan seorang Dewi bersama orang lain, kamu mau melarikan diri ? memang siapa yang mengajakku ke dunia ini?"
Aku lalu duduk menghadapnya.
"Yah, cuma beberapa hari saja sampai aku bisa menyewa penginapan, memangnya kau ingin tidur di luar."
"Bodoh, dimana pun aku tidak masalah selama itu masih berada di dekatmu."
"Kamu bicara apa? aku tidak bisa mendengar."
"Aku tidak ingin mengatakannya lagi."
"Apa kamu menghawatirkanku."
"Berisik.... jika masih menggodaku, hukuman ilahi akan menimpamu."
"Aku tidak ingin membayangkannya." jawabku lemas.
Dan selanjutnya.
Eris memberiku sebuah roti dan aku memakannya dengan lahap.
"Berterima kasihlah pada Rein, dia menitipkan ini padaku," kata Eris memalingkan wajahnya.
"Tidak jujur."
"Apa?"
"Bukan apa-apa."
Aku berdiri menatap kota sebelum beralih menatap Eris.
"Ayo kembali ke kota, aku akan membelikanmu Ikan panggang yang enak."
"Baik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 1278 Episodes
Comments
DeadPressed4444
Penulisannya sejauh ini masih agak kurang tapi chemistry antara karakternya lumayan lah
2023-02-06
3
arfan
170
2022-07-05
0
Sutikno 23
mau kekota beli ikan bakar yang enak
2022-05-10
0