Untuk pertama kalinya Ajeng di bonceng oleh agung, keduanya menaiki motor melewati jalan raya, menembus angin yang cukup dingin.
Entah kemana agung akan membawa Ajeng, yang jelas setelah dua puluh menit motor agung berhenti di sebuah taman.
" Kok ke taman?" tanya Ajeng turun dan memperbaiki jaket agung yang di pakainya.
" katanya mau bakso?" tanya agung mengunci motor maticnya yang berwarna hitam itu.
" Iya," jawab Ajeng,
" makan di pinggir jalan tidak apa apa toh? yang penting enak?" tanya agung,
" tidak masalah, yang penting rasanya tidak mengecewakan.."
" kujamin tidak mengecewakan.." Agung tersenyum dan berjalan disamping Ajeng.
" Lho Gung?!" sapa Umar yang duduk disamping gerobak baksonya.
" Dengan siapa? pacarmu?!" tanya Umar bersemangat,
mendengar itu wajah Ajeng dan agung berubah kikuk seketika,
" masa kau lupa, ini Mbak Ajeng.. yang biasa kuantar dan jemput dulu.." ujar agung,
Umar menatap Ajeng, dari atas ke bawah,
" ini Mbak Ajeng yang masih SMP waktu itu kan? woalah mbak, sudah besar.. cantik..!" Umar mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Ajeng, dan Ajeng menyambutnya.
" Saya Umar mbak, saya pernah beberapa kali kerumah sampean dulu waktu saya dan Agung masih duduk di bangku SMA," jelas Umar.
Ajeng tersenyum dan mengangguk,
melihat Ajeng yang tumbuh secantik itu Umar tentu saja takjub, ia menyikut perut Agung.
" Pantas kau pulang kesini lagi.." ujar Umar lirih disamping agung.
" Wes buatkan kami bakso..!" kata agung mengalihkan pembicaraan,
" bakso..? siap, dua mangkok ya, Monggo mbak, Silakan duduk dulu, saya buatkan baksonya.." Umar mempersilahkan Ajeng dan Rani duduk di kursi plastik yang sudah Umar persiapkan,
" tapi maaf.. tidak ada mejanya.." kata Umar,
" sudahlah tidak apa apa.." jawab agung mengajak Ajeng duduk.
Ajeng tampak tenang, ia tidak mengeluh meski agung mengajaknya duduk di pinggir jalan.
Dan saat bakso yang di tunggu tunggu datang, wajah Ajeng terlihat biasa saja, namun setelah mencoba bakso itu beberapa sendok, ia langsung memandang agung.
" Kenapa?" tanya agung,
" enak mas.." ujar Ajeng membuat agung tersenyum,
" tidak mengecewakan kan?"
Ajeng mengangguk,
" kaget aku dengan rasanya, tidak kalah dengan bakso bakso yang sudah terkenal itu?" kata Ajeng,
" itulah.." kata agung lalu kembali memakan baksonya.
" Kau dari mana mau kemana tadi Gung?" tanya Umar setelah agung selesai makan.
" Yo dari rumah mau kesini mar.. sengaja mencari baksomu.. kau tutup jam berapa?"
" tunggu habis Gung, kalau habis pulang.." jawab Umar.
Agung mengangguk, ia mengeluarkan rokoknya, tapi melihat ada Ajeng di sampingnya di masukkan rokok itu kembali.
Melihat itu Umar tersenyum menggoda,
" benar benar kau Gung, tidak percuma kau sabar selama ini.." bisik Umar,
" huss.." balas agung menyikut lengan Umar.
Setelah makan bakso keduanya memutuskan untuk pulang, tapi di tengah perjalanan Ajeng meminta berhenti di sebuah mini market.
Ajeng masuk ke dalam bersama agung, keduanya membeli minuman dan makanan ringan.
Ajeng yang keluar terlebih dahulu dan agung tinggal di dalam untuk membayar.
Awalnya agung tidak berpikir tentang apapun saat melihat Ajeng lama berdiri mematung di depan sebuah mobil yang baru saja berhenti, tapi saat melihat siapa yang keluar dari mobil itu agung jadi tau kenapa Ajeng berdiri mematung saja disana dan tidak berjalan ke arah motor agung.
Itu bayu, dia berjalan masuk ke dalam mini market bersama dengan perempuan, mungkin perempuan itu adalah istrinya karena tangannya erat memegang lengan Bayu.
Bayu berjalan begitu saja, melewati Ajeng, seperti seseorang yang tidak saling mengenal.
melihat itu agung segera berjalan keluar, saat di pintu masuk ia berpapasan dengan Bayu, Bayu sempat meliriknya, namun agung tidak menghiraukannya.
" Ayo kita pulang..?" agung menarik lengan Ajeng yang matanya sudah penuh itu.
" jangan menangis disini, menangislah di punggung ku saat di atas motor nanti.." ujar agung terus menarik perempuan itu ke arah motor dan memaksa perempuan itu naik.
Dan benar saja, setelah beberapa meter motor itu berjalan punggung agung langsung terasa berat.
Ajeng menangis di bahunya, dengan kedua tangan memeluk perut agung.
Agung sempat kaget, tapi di tenangkan dirinya demi Ajeng.
Di biarkan kan Ajeng menangis, sementara ia terus menyetir sembari berputar putar.
di biarkannya perempuan itu tenang sebelum sampai kerumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Kazugata
suka sama karakter mas agung
2024-10-11
0
Mrs. Labil
ms agungnya di bungkus bwt aku ya 😍
2024-03-07
1
Juragan Jengqol
kereeeeen gung...
2024-02-02
1