Malam itu Agung menunggu, ia sengaja tidak tidur, siapa tau Ajeng keluar makan seperti malam pertama ia datang.
Entah apa yang agung harapkan sesungguhnya, ia hanya ingin melihat wajah sendu Ajeng, apakah perempuan itu baik baik saja.
Waktu menunjukkan jam dua belas malam, tidak ada juga tanda tanda ajeng keluar kamar, hingga dirinya sendiri yang akhirnya merasa lapar, padahal tadi setengah tujuh dia sudah makan malam.
Ia tiba tiba ingat, mbok Gatik tadi pagi membeli susu segar.
Agung bangkit dari posisi rebahannya, ia keluar kamar dan menuju ke dapur.
Di bukanya kulkas, di temukan apa yang ia cari, sebotol besar susu segar.
Tak apalah dia meminumnya segelas, pikir agung, ia mengambil panci, berniat memanaskan susu itu,
tapi betapa terkejutnya ia saat tiba tiba seorang perempuan berdiri di belakangnya, hampir saja panci yang di pegang agung jatuh ke lantai.
" Ya Ampun..!" kata Agung sambil mundur,
" maaf mbak saya kaget.." ujar Agung setelah sosok perempuan itu terlihat jelas adalah ajeng,
Ia menggenakan celana pendek dan kaos kedodoran, rambutnya di urai panjang setengah acak acakan.
Ajeng diam, ia menatap Agung,
" Lapar mbak?" tanya agung pelan,
Ajeng masih diam, tapi kemudian ia duduk di kursi tak jauh dari agung.
" Silahkan makan mbak.. abaikan saya, saya cuma mau memanaskan susu sebentar setelah itu masuk.." jelas agung,
" atau, mbak mau susu juga?" tanya Agung,
tanpa di sangka sangka agung, ajeng mengangguk,
melihat itu Agung tanpa sadar tersenyum,
" Biar saya buatkan segelas kalau begitu.." kata agung lalu segera mengisi panci itu dengan susu dingin, dan mulai di panaskan.
Setelah susu itu hangat agung memindahkannya ke dalam dua gelas, satu gelas untuknya, satu gelas untuk ajeng.
" Boleh saya temani minum mbak?" tanya agung,
ajeng mengangguk pelan,
melihat anggukan ajeng agung duduk tak jauh dari ajeng.
" Mungkin ada yang bisa saya bantu mbak Ajeng?" tanya agung,
" Bantu apa?" ajeng balik bertanya dengan suaranya yang sedikit serak.
" Seperti mbah ajeng tau, dulu saya suka mengantar dan menjemput mbak ajeng,
kalau mbak ajeng mau saya bisa mengantar mbak ajeng jika memang mbak ajeng butuh bantuan saya, tapi sayangnya kalau weekend saja atau sepulang dinas.." ujar ajeng,
" merepotkan mas Agung lagi.. Aku tidak mau," jawab Ajeng setelah menyeruput susu hangatnya, wajahnya terlihat pucat.
" Kalau keluar kota seperti kemarin, membeli bahan, boleh saya antar asal weekend, kata mas bagus sampean belum berani menyetir jauh.."
Ajeng diam, ia menatap Agung cukup lama,
" tapi kalau mbak ajeng berkenan saja.." imbuh agung merasa tidak enak,
" akan ku pertimbangkan.." jawab Ajeng pendek,
mendengar itu Agung mengulas senyum, ia mengangguk pelan.
di lihatnya ajeng menghabiskan susu di gelasnya.
" Kejadian malam itu, aku minta maaf.." kata ajeng tiba tiba, suaranya pelan.
" Kenapa minta maaf mbak?"
" karena menodongmu dengan pisau.."
agung lagi lagi tersenyum,
" itu hal wajar, namanya juga waspada mbak, sampean tidak perlu meminta maaf.. saya yang salah karena tiba tiba muncul dan mengagetkan sampean.." ujar Agung,
" tapi kau juga harus meminta maaf padaku," kata ajeng membuat agung mengerutkan dahi,
" saya?"
" iya, karena telah melihatku berpakaian minim saat itu,"
mendengar itu agung langsung tertunduk sejenak, benar, malam itu pasti menjadi hal yang memalukan untuk Ajeng, pikir agung.
" Iya mbak, saya minta maaf karena telah melihat sampean.." ujarnya mengalah, di tatapnya wajah ajeng yang tanpa senyum itu.
Lama suasana hening, ajeng tak bicara agung pun tak bicara,
" Kau tidak bekerja mas? kulihat kau dirumah terus?" tanya ajeng tiba tiba,
" ijin saya tiga hari mbak, besok sudah habis ijinnya, jadi besok sudah mulai kerja.. Kenapa mbak?"
" tidak tidur mas?"
" saya kebetulan belum ngantuk tadi, tapi.. mungkin saya akan mulai ngantuk setelah minum susu.." ujar Agung,
" Ya sudah, aku masuk dulu.." ajeng bangkit, ia menaruh gelasnya si cucian piring, lalu berjalan pergi keluar dari dapur.
Agung menatap punggung perempuan itu menjauh, entah perasaan apa yang ia rasakan sekarang, simpati? Kasihan? Ia tidak tau, yang jelas ia merasa senang saat ajeng banyak bicara padanya, bahkan menatapnya seperti tadi, meski tatapan itu bagi ajeng mungkin tanpa arti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
mulai suka nih
2023-12-20
3
dyul
Mbak Ajeng.... jgn sedih....
2023-12-11
1
Mika Saja
mba ayu....kurang
2023-10-09
3