minggu minggu berlalu dengan tenang, mbah kung yang marah sudah tidak lagi marah karena Agung tetap berada dirumah.
Semenjak agung dirumah pun, Bagus yang biasanya suka tidur di toko menjadi lebih sering pulang untuk berbincang dengan Agung, bagaimanapun sejak kecil agung sudah mengerti kondisinya, jadi ia merasa nyaman saat bicara tentang apapun itu pada Agung.
Kantin itu di penuhi dengan orang orang berpakaian loreng, termasuk Agung yang sedang makan siang bersama seniornya di kantin, setelah beberapa minggu pindah, tentu saja dia sudah memiliki beberapa orang yang lumayan dekat dengannya, teman untuk bersenda gurau dan berbincang ringan, salah satunya adalah Sofyan,
" kau tinggal dengan siapa disini gung?" tanya sofyan setelah makanan di piringnya habis,
" dengan kakek angkat ku bang," jawab Agung masih mengunyah makanannya,
" berarti tidak ambil mess ya?"
" tidak boleh bang,"
" kau cucu yang berbakti meski hanya kakek angkat,"
" dia yang menyekolahkanku dan yang menjadikanku tentara bang," jawab Agung,
" pantas.." jawab Sofyan lalu meminum es tehnya,
" kau tidak punya pacar gung?"
" siap tidak punya e bang.." jawab Agung tersenyum,
" mungkin ada perempuan yang kau suka?" tanya sofyan,
Agung terdiam sejenak, seperti memikirkan sesuatu,
" Wei!" panggil sofyan,
" iya bang.. Sepertinya tidak ada.." jawab Agung lagi lagi mengulas senyum,
" mau ku kenalkan dengan keponakanku? dia seorang perawat.. belum punya pacar juga.."
" aduh bang, saya baru pindah lho ini.. Sudah di carikan pacar.." agung tertawa ringan,
" mau tidak? Cantik kok.."
Agung tersenyum,
" lain kali saja bang, belum ingin pacaran.."
" belum ingin pacaran? Kau sudah kepala tiga, mau menikah usia berapa??" tanya Sofyan,
" saya belum punya apa apa e bang.. Kasian istri saya nanti.."
" Kau kan punya gaji untuk menghidupi istrimu kelak..?"
Agung hanya tersenyum saja,
" kau ini gung! Senyam senyum terus!" ujar sofyan,
Tak lama Hp agung berdering, ia mengambilnya dari saku,
" Halo mbok Gatik?" jawab Agung,
entah mbok gatik bicara apa, tapi raut wajah agung tiba tiba berubah, ia langsung bangkit dari tempat duduknya.
" Mau kemana gung?" tanya Sofyan melihat agung bangkit,
" Mau ke komandan dulu, ijin bang, ada kepentingan mendadak..!" ujar Agung cepat.
Agung sengaja meninggalkan motornya di kantor, ia pergi ke toko Ajeng untuk pertama kalinya menggunakan ojek online,
" Ini alamatnya pak," ujar si ojek online berhenti pas di depan sebuah butik yang di samping berjejer toko.
" Sepertinya iya," jawab agung ketika melihat deretan baju pengantin dan kebaya berjajar di etalase kaca yang lebar itu.
Laki laki berseragam loreng itu turun dari motor dan membayar, setelah itu dia berjalan ke arah butik,
" benar, ini mobil ajeng.." ucap Agung dalam hati saat melewati mobil ajeng yang terparkir disamping butik.
Agung baru menyentuh gagang pintu, tapi seorang perempuan muda berusia dua puluh tahunan membuka pintu itu terlebih dahulu,
" Pak Agung ya?" tanya perempuan itu,
" iya, ini toko mbak Ajeng?"
" iya pak, butik mbak Ajeng, monggo silahkan mbak Ajeng di dalam.." ujar si perempuan yang bekerja pada Ajeng,
Agung masuk ke dalam, melewati kebaya kebaya yang berjajar rapi.
" Silahkan mbak ajeng di belakang pak.." beritahu satu pegawai ajeng lagi yang menjaga kasir.
Agung terus berjalan ke belakang, ia memasuki satu ruangan, dimana ada mesin obras, mesin jahit dan tumpukan tumpukan bahan disana, tapi ajeng tidak ada ditempat itu.
Agung keluar dan berjalan lagi ke ruangan yang paling belakang, dimana ada anak tangga menuju lantai dua,
ternyata Ajeng terduduk di tangga itu, ia terlihat memejamkan matanya.
" Mbak.." panggil Agung pelan dan jongkok di depan ajeng,
mendengar panggilan agung, ajeng membuka matanya,
" mas Agung..?" suara ajeng kaget,
" kukira mas Bagus yang kesini?" kata Ajeng,
" Mas Bagus sedang belanja onderdil di luar kota, karena itu mbok gatik menelfon saya?"
" mas Agung kan kerja?" wajah Ajeng terlihat pucat,
" saya ijin mbak," jawab agung tenang,
" kenapa kakinya?" tanya agung melihat kaki ajeng yang berselonjor,
" sepertinya terkilir mas, aku tidak hati hati sewaktu turun dari tangga tadi.." beritahu ajeng sembari menyentuh kaki kirinya pelan,
Agung menyentuh kaki ajeng pelan, lalu menekannya sedikit,
" Aduh..?!" keluh ajeng,
" Yah sepertinya memang terkilir.." kata agung,
" Mau pulang sekarang?"
" iya, pulang saja.. nanti panggil tukang urut dirumah.." jawab Ajeng,
" tokonya?"
" biar di tutup anak anak nanti.." ajeng menyerahkan kunci mobilnya.
Agung menerima kunci itu, ia bangkit dan berjalan ke depan, setelah itu ia kembali dan langsung mengendong Ajeng, Ajeng sempat kaget, karena Agung menggendongnya begitu saja tanpa bertanya,
" pegangan.." ujar agung pelan, membuat Ajeng mau tidak mau melingkarkan kedua tangannya ke leher agung dengan perasaan malu.
Mbah kung dan mbok gatik keluar dari dalam rumah saat mendengar suara mobil ajeng memasuki garasi,
" Ajeng mana Gung?" tanya mbah Kung saat agung keluar dari mobil,
" iya mbah kung, " jawab Agung berputar ke pintu mobil yang lainnya, membukanya dan menggendong Ajeng.
Melihat Ajeng di gendong mbah kung terdiam, mbah kung memang khawatir pada ajeng, namun merasa heran juga dengan pemandangan yang di lihatnya, Agung yang masih berseragam dan terlihat gagah itu, sedang mengendong ajeng dengan tangannya yang kuat.
Untuk pertama kalinya mbah kung melihat cucu perempuannya si gendong laki laki, dulu saat bersama bayu, mbah kung tidak pernah melihat kedekatan yang semacam itu.
Mbah kung menatap mbok gatik tiba tiba, seperti ingin tau respon mbok gatik,
tapi yang di tatap malah tersenyum,
" Untung ada mas agung nggih.." kata mbok Gatik pada mbah kung.
Agung menggendong Ajeng masuk ke dalam rumah,
" Taruh di kamar saja mas," ujar mbok Gatik berjalan terlebih dulu dan membuka pintu kamar Ajeng,
Agung patuh saja, ia menggendong ajeng masuk ke dalam kamar dan membaringkan Ajeng di atas tempat tidur.
" Sakit sekali jeng? Kung sudah menyuruh samsudin mencari tukang urut.." kata mbah kung berdiri di samping tempat tidur.
" Ada minyak mbok?" tanya agung,
" ada minyak zaitun mas.." mbok gatik mengambil minyak zaitun dan memberikannya pada Agung,
" Saya pijit pelan pelan ya mbak.. Sembari menunggu tukang urut.." ujar Agung yang bahkan tidak melepas PDH nya itu,
Ia memijit kaki ajeng pelan,
" bisa gung?" tanya mbah kung,
" bisa sedikit sedikit kung, pernah di ajari senior sewaktu di NTT.." jawab Agung dengan wajah serius.
Sesungguhnya ajeng malu, ini pertama kalinya kakinya di sentuh oleh agung, tapi ia tidak mungkin menolak, ia takut agung tersinggung dan kecewa, meskipun ia tau agung tidak akan berani menunjukkan ketersinggungannya.
Sementara mbah kung yang sedari tadi memperhatikan keduanya, menangkap perasaan malu dan canggung pada diri ajeng,
sementara agung sibuk memijit kaki ajeng dengan sabar, terlihat sekali betapa perduli agung pada ajeng, hal itu membuat pemikiran yang tidak pernah terlintas di benak mbah kung menjadi terlintas karena melihat kedekatan keduanya sekarang.
Meski beda usai ajeng dan agung delapan tahunan, tapi keduanya tentu saja masih terlihat cocok jika di sandingkan menjadi pasangan, apalagi agung orangnya telaten, sopan dan sabar, pasti bisa momong ajeng dengan baik, pikir mbah kung,
" cocok.." ujar mbah kung tiba tiba pelan, ia kemudian tersenyum dan berjalan pelan keluar meninggalkan Agung dan ajeng berdua saja di kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎👏𝓝𝓞𝓛𝓐𝓝👀ՇɧeeՐՏ🍻
klopp 🤭
2024-04-19
1
Julia sweet
besok lagi bikin cerita ttg yg baju coklat yah Thor /Grin/
2024-01-11
3
Syahrudin Denilo
udah cocok kawinin aja
2023-12-20
1