Agung tidak bisa tidur malam ini, ia hanya bolak balik saja di atas tempat tidur.
setelah setengah jam ia membolak balikkan tubuhnya, ia mendengar suara di dapur,
di lihatnya jam, jam sebelas malam,
sudah pasti bukan mbok gatik pikir agung, laki laki itu bangkit dari atas tempat tidur dan berjalan keluar kamar.
Benar saja, bukan mbok gatik, tapi ajeng.
Perempuan itu sedang membuka kulkas dan mengambil es.
" Mbak ajeng.." panggil Agung hati hati,
Ajeng yang mendengar suara agung langsung menatap Agung,
" Lho belum tidur mas?" tanya ajeng,
" belum mbak, boleh saya bicara?" tanya agung,
Ajeng diam, di kembalikan esnya ke dalam kulkas.
" Tumben, padahal kemarin menghindar terus.." jawab ajeng,
" kapan saya menghindar mbak?"
" kata mbok gatik mas selalu keluar saat mbah kung mencari,"
" ah itu sih karena ada kepentingan saja si luar.." jawab agung,
" ya sudah, mau bicara apa?" tanya ajeng menyandarkan punggungnya di dinding dapur.
" bagaimana kalau kita bicara di gazebo.. disini takut akan menganggu orang orang yang sedang tidur?" ajak Agung,
Ajeng terlihat menghela nafas pelan, tapi ia kemudian melangkah keluar, menuju gazebo, dan agung mengikutinya.
Ajeng duduk dan agung duduk pula tak jauh dari ajeng.
" Bicaralah mas.." ujar ajeng,
Agung mengangguk,
" sebelumnya saya mau minta maaf ke mbak ajeng.."
" soal apa?"
" soal mbak ajeng yang tiba tiba si jodohkan dengan saya.."
" bukankan harusnya aku yang harus minta maaf??"
" tidak, mbak tidak perlu meminta maaf pada saya.."
" perlulah, mas agung punya impian sendiri, tapi impian itu harus kandas karena menikah denganku?"
Agung diam sesaat mendengar itu,
" mas pasti jenuh melihatku, sejak kecil sampai sekarang," ujar ajeng,
Agung menggeleng pelan,
" tidak mbak.. Itu semua hanya pikiran sampean.. Sesungguhnya kenapa mbak menerima pernikahan ini? Bukankan mbak tidak berkenan?" tanya agung penasaran,
" maksud saya.. Banyak laki laki di luar sana yang pasti lebih cocok dengan mbak ajeng.." imbuh agung.
" Sudahlah.." ujar ajeng,
" kita berdua sama sama menuruti keinginan mbah kung.. Tidak ada hal lain yang harus di pikirkan.. Aku tidak mau berandai andai, akan kujalani kenyataan ini meski sulit.." jawab ajeng tanpa menatap Agung, matanya menyalang menatap lampu di jalanan.
" Tapi.. Bukankan tidak pantas kita membicarakan bulan madu sedangkan kita menikah dengan cara seperti ini?" agung berkata dengan hati hati.
" membahagiakan mbah kung dan mas bagus.. Itu kan tujuannya?"
mendengar itu agung jadi mengerti, ternyata kalimat kalimat ringan yang di ucapkan ajeng di meja makan tadi adalah dengan tujuan menyenangkan kakak dan mbah kungnya.
" Mas kira untuk apa?" tanya ajeng menatap Agung tiba tiba,
Agung diam, ia tidak menjawab.
" Jadi.. Mbak ikhlas dengan pernikahan yang akan kita laksanakan?" tanya agung kemudian,
" aku tidak punya pilihan bukan?" tanya ajeng,
" punya mbak, sampean bisa menolak.."
" dan membuat kedua orang yang kusayangi itu kecewa?
lagi pula hanya menikah.." kata ajeng,
" mbak tau arti pernikahan mbak?"
" kau menjadi suami dan aku menjadi istri, kau menjadi pembimbing dan aku yang kau bimbing begitu kan?"
Agung menghela nafas, ia bingung bagaimana harus menjelaskan pada ajeng,
" jangan bilang mas mengharapkan cinta?" tanya ajeng tiba tiba membuat agung terhenyak,
" mas juga tidak mencintaiku kan?" tanya ajeng lagi, dan agung masih terdiam.
" Kata temanku.. Menikah tidak harus di landasi cinta,"
" lalu?" tanya agung,
" komitmen yang kuat.. Dan sekarang aku bertanya padamu mas.. Apa kau punya komitmen yang kuat?"
Agung tertunduk,
" apa mas tidak akan meninggalkanku kelak?" tanya Ajeng menatap agung dengan kantong matanya yang terlihat jelas itu.
wajahnya masih belum segar, tapi setidaknya ia mulai tegar dan tidak menangis lagi sekarang.
" Saya tidak berani berjanji.." jawab agung,
" maksudnya suatu ketika mas bisa saja meninggalkanku lagi?"
agung menatap ajeng heran,
" meninggalkan mbak ajeng??"
" iya, meninggalkanku dan baru kembali dua belas tahun kemudian?"
mendengar itu agung langsung tersadar,
" maafkan saya mbak ajeng, tapi saya punya alasan kenapa saya tidak kembali..?" ujar agung,
" seperti yang mbah ajeng tau, saya amat menyayangi keluarga ini, meski jauh saya selalu menjalin komunikasi, hanya mbak ajeng saja yang saat itu tidak mau berkomunikasi dengan saya? Saya kira mbak ajeng sudah mulai membenci saya?" ujar agung,
" tentu saja.." jawab ajeng pelan.
" sudahlah, jangan bahas apa yang sudah terlewat, apakah pertanyaan mas sudah selesai? Apakah mas sudah tidak penasaran?"
Agung mengangguk,
" masuklah mbak, ini sudah malam.." jawab agung menyuruh ajeng masuk,
" baiklah, aku masuk dulu.. Oh iya mas, belajarlah untuk memanggilku ajeng, akan terdengar lucu jika kau memanggil istrimu dengan mbak.." ajeng bangkit dan berjalan masuk meninggalkan agung.
Agung menatap perempuan yang berjalan masuk itu, setelah perempuan itu pergi, agung menyalakan rokoknya sebatang dan menghisapnya pelan.
Sementara ajeng, ia berjalan masuk menuju kamarnya, di pegangnya dadanya dengan tangan kanannya, entah perasaan apa yang ia tahan, ia sungguh sungguh berusaha tegar di depan agung, ia tidak mau menunjukkan air matanya, dan kegelisahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
katakan i love you gung
2023-12-21
2
dyul
Pembicaraan kalian absurd
2023-12-11
1
Enung Samsiah
ini hrsnya judulnya CINTA DALAM DIAM
2023-12-05
2