" Aku sudah bicara dengan mas Agung semalam..
tentu saja dia tidak mungkin menolak keinginan mbah kung.." ujar bagus pada adiknya yang duduk di atas tempat tidur itu.
Ajeng diam tertunduk,
" mbah kung pergi kerumah bulek susan dan pak lek nurdin hari ini, setelah itu kerumah orang tua untuk mencari hari baik kalian.." Bagus duduk disamping adiknya.
" Aku memilih yang terbaik untukmu.." ujar Bagus pelan,
tapi ajeng malah menangis mendengar itu,
" sampai kapan kau mau menangis?" tanya bagus saat melihat adiknya,
" kau sudah dua puluh lima tahun.. beberapa bulan lagi kau dua puluh enam..
sudah pas untukmu menikah..
kau mau cari laki laki yang seperti apa?"
mendengar itu ajeng menatap Bagus,
" tidakkah kalian kasihan padanya??" tanya ajeng tiba tiba,
" sudah jelas dia tidak bisa menolak, apalagi ini permintaan mbah kung, sampai kapan kalian ingin membelenggunya?
mengatur hidupnya?
dia juga pasti ingin menikah dengan perempuan pilihannya sendiri??" lanjut ajeng,
Bagus diam sesaat, melihat lingkaran hitam di bawah mata adiknya itu semakin terlihat, dan tubuh yang semakin kurus, sungguh membuat bagus sedih, tapi bukannya ia hanya perduli pada adiknya saja, ia juga perduli pada agung, karena itu ia menyuruh Mbah kung bertanya lebih dahulu apakah ada perempuan yang agung suka di luar sana.
" Mas agung tidak punya hubungan dengan perempuan manapun dan tidak ada satupun perempuan yang sedang ia sukai, kami sudah menanyakan itu sebelum memintanya menikah denganmu.." ujar Bagus,
mendengar itu tentu saja Ajeng membisu, ia tidak bisa berkata apapun lagi.
Waktu sudah menunjukkan jam makan siang, namun agung masih saja betah di dalam ruangan,
" Gung, kau tidak makan?" tanya sofyan.
" ah, nanti sajalah bang.." jawab Agung pelan, ia bangkit.
" lho mau kemana?"
" merokok di belakang," jawab agung berjalan keluar dari ruangannya.
Ia berjalan ke belakang kantor, duduk di kursi kayu panjang di bawah pohon mangga.
Sofyan ternyata mengikutinya, dan duduk disamping agung,
" kau ada masalah gung?" tanya sofyan melihat Agung tidak seperti biasanya.
" Bukan masalah sih bang.." jawab Agung,
" lalu?"
" aku mau menikah bang.."
" lho?" sofyan kaget,
" katanya kau tidak punya pacar gung? Mau ku kenalkan pada keponakanku saja kau tidak mau, kok tiba tiba menikah??
kau mau menikah dengan siapa??" tanya sofyan heran,
" Dengan cucu mbah yang mengurusku, yang pernah kuceritakan itu.." jawab Agung sembari membakar rokoknya,
" Kau di jodohkan?!"
Agung mengangguk,
Sofyan terdiam sejenak, ditatapnya wajah agung baik baik,
" kau mau?" tanya sofyan,
Agung mengangguk,
" kau suka pada cucunya mbah itu? Maksudku.. Kau tidak terpaksa kan? atu kau merasa terpaksa?"
Agung menghisap rokoknya, berpikir cukup lama sebelum akhirnya ia bicara,
" Entahlah bang.. bukan tidak suka, sejak kecil aku sudah simpatik dengannya.."
" simpatik? Atau suka?"
" tidak tau.." jawab agung bingung,
" kok tidak tau??"
" ya kutahu aku kasihan padanya.."
" simpatik.. Kasihan.. Bukankan itu bisa di katakan suka?"
Agung diam,
" kalau begitu tidak ada masalah?" tanya sofyan,
" Dia baru saja putus dengan pacarnya bang.."
sofyan menatap agung lebih teliti,
" kau merasa akan menikahi perempuan yang tidak mencintaimu?"
agung mengangguk,
" aku bingung bagaimana harus memperlakukannya, apalagi.. Aku mengenalnya sejak kecil.."
Sofyan menghela nafas,
" apakah perempuan itu sudah setuju?"
agung mengangguk,
" katanya setuju.. dan keputusan ini sudah bulat.." ujar agung menghisap rokoknya lagi sambil menatap kebun di belakang kantornya.
Sesampainya dirumah agung langsung masuk kamar, beberapa hari ini ia sengaja menghindari semua orang, termasuk Ajeng, ia tidak tau apa yang harus ia katakan pada ajeng.
Setelah membersihkan dirinya ia keluar kamar,
ia sudah rapi dengan kunci motor di tangannya, rupanya agung ingin keluar lagi.
" Mau kemana tho mas? Baru saja pulang kok keluar lagi, beberapa hari ini sibuk sekali tampaknya?" suara mbok gatik dari balik punggung Agung,
" Iya e mbok.. Ada urusan di luar.."
" tapi sampean di cari mbah kung, tadi katanya kalau pulang disuruh menemui mbah kung, ada yang mau di bicarakan.." beritahu mbok gatik,
Agung diam sesaat,
" Wes sana, mbah kung sama mba ajeng sedang di ruang tengah.." beritahu mbok gatik lagi.
Agung mengangguk, ia memasukkan kunci motornya ke dalam saku dan berjalan pelan ke arah ruang tengah.
Setelah sampai di ruang tengah ia melihat mbah kung dan ajeng sudah duduk disana.
Agung duduk, tak jauh dari ajeng, ia tertunduk tidak berani menatap mbah kung.
" Mbah kung sudah mencocokkan weton kalian, syukurlah hasilnya bagus.. Harinya juga sudah dapat, kalian akan menikah dua bulan dari sekarang," ujar mbah kung membuat suasana yang sudah senyap itu bertambah senyap.
Tak ada yang bicara atau menjawab.
" Mulai sekarang kalian harus belajar saling menerima, saling mengerti..
kau kan sudah lebih tua gung, didiklah ajeng dengan benar selayaknya seorang suami nanti, kau tidak boleh manut manut saja, karena kelak kau adalah kepala rumah tangga,
dan kau jeng, kau harus patuh terhadap agung, di adalah suamimu kelak, apapun yang kau lakukan akan menjadi tanggung jawab agung jadi kau harus berhati hati,
berhenti bertingkah konyol dengan masih menerima bayu,
belajar lah mencintai agung,
dan kau gung, cintailah ajeng dan jaga dia sepantasnya,
aku memberimu hak penuh atas diri ajeng," tegas mbah kung membuat mata ajeng penuh.
" Mbah kung sudah tua, jadi tolong mengertilah kenapa mbah kung mengambil keputusan ini, mbah kung yakin kelak kalian akan bahagia, asal kalian mau memahami satu sama lain.." .
Agung mengangguk pelan, sedangkan Ajeng, hanya air matanya saja yang terlihat menetes beberapa kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Benazier Jasmine
ajeng uda move on, agung lbh baik dr bayu, klo emng bayu mencintai pasti dia akan memperjuangkan mu.
2023-12-14
2
dyul
Mas Agung ada Rasa?....
2023-12-11
1
Dini Listiani
tambah seru lagi kak
2023-10-15
3