Agung pulang cukup malam, jam sepuluh ia baru memarkirkan motornya di garasi.
Seperti biasa, ia jarang sekali masuk melalui pintu depan, ia lebih suka masuk melalui pintu belakang karena arah kamarnya lebih dekat.
Agung memutar handle pintu, rupanya belum di kunci,
Agung masuk, berjalan ke dapur dan meminum segelas air.
" Mas Agung.." tiba tiba saja Bagus berdiri di belakangnya, entah kapan laki laki itu berjalan, langkahnya tak terdengar oleh agung.
" Mas Bagus?" agung menoleh,
" belum tidur?" tanya agung,
" belum, menunggu sampean.." jawab Bagus,
" kenapa mas?" tanya Agung,
" ada yang mau di bicarakan, ayo.. di tunggu mbah kung di ruang tengah.." Kata bagus membuat agung tiba tiba tegang,
jangan jangan ia akan di marahi gara gara mengijinkan Ajeng bertemu dengan Bayu.
" Ayo mas.." ajak Bagus saat agung masih diam saja di tempatnya.
Agung mau tidak mau mengangguk, dan mengikuti langkah bagus ke ruang tengah.
Sesampainya di ruang tengah Agung melihat mbah kung sedang duduk, raut wajahnya terlihat serius dan tanpa senyum, hal itu membuat agung yakin bahwa dirinya akan dimarahi.
Agung duduk di sofa yang berhadapan dengan sofa yang di duduki mbah kung, keduanya hanya terpisah oleh meja kayu panjang, sementara Bagus duduk tak jauh dari agung.
" Dari mana lee?" tanya mbah kung membuka pembicaraan,
" Dari luar mbah kung, cari angin.." jawab Agung pelan,
mbah kung dan bagus saling memandang sejenak,
" Boleh mbah kung tanya?"
" boleh mbah kung.." jawab agung,
" kau punya pacar lee?"
Agung tentu saja heran tiba tiba di tanya perkara pacar,
" mboten ngada ( tidak punya ) mbah kung.." jawab Agung,
" kalau perempuan yang kau suka?"
agung diam sejenak, lalu menggeleng,
" benar tidak ada? Jujurlah tidak apa apa lee?" tanya mbah kung tenang,
" saestu ( benar ) tidak ada mbah kung.." jawab Agung,
" baguslah kalau begitu.." ujar mbah kung menghela nafas,
" memangnya ada apa mbah kung?" tanya agung,
" kau mau kan menikah?" tanya mbah kung membuat agung terhenyak,
" gung? Kau mau kan kalau kusuruh menikah?" mbah kung bertanya lagi,
" menikah kung?" agung balik bertanya,
" iya menikah, menikahlah.." jawab mbah kung,
" tapi.. dengan siapa mbah kung, calon istri saja saya tidak punya, dan saya juga belum ada niatan menikah, saya ingin menjaga mbah kung saja..?" ujar agung,
mendengar itu mbah kung menghela nafas berat,
" Gung.. Mbah kung minta maaf padamu le, kemarin mbah memintamu pindah.. Dan sekarang mbah memintamu untuk menikah..
tapi yang ini bukan permintaan, tapi ini permohonan lee.." kata mbah kung,
mendengar itu agung semakin bingung,
" permohonan? Kenapa harus menikah mbah? kalau saya menikah saya tidak bisa fokus menjaga keluarga ini? saya pastinya akan sibuk dengan keluarga saya sendiri, seperti kemarin, kalau terjadi sesuatu dengan mbak ajeng, siapa yang akan menolong mbak ajeng,
tentunya kalau saya punya istri, saya akan berjarak dengan keluarga ini.." ujar agung dengan wajah serius, ia ingin menjaga keluarga ini dengan baik karena hanya tenaga dan waktu yang mampu ia berikan untuk membalas budi budi mbah kung padanya.
Mbah kung memandang Bagus, lagi lagi membuat Agung heran dengan keduanya.
" Setelah menikah kau tetap bisa berada disini, tetap bisa menjaga kami.. Bahkan tugasmu akan lebih berat.. karena yang akan kau nikahi adalah Ajeng.." kata mbah kung,
Agung terdiam sejenak,
" ba bagaimana kung? maaf sepertinya saya salah dengar.." ujar Agung,
" kau tidak salah dengar, nikahilah Ajeng.. Jaga dan rawat dia.." kata kata mbah kung kali ini membuat Agung langsung membisu, wajahnya kaget bercampur bingung.
Melihat kebingungan agung, Bagus akhirnya bicara,
" Mas.. saya tau sampean bingung.. tapi keputusan ini sudah kami pikirkan dengan matang..
Tidak ada yang lebih baik dari mas agung..
mas Agung tau ajeng sejak kecil, bagaimana karakter ajeng..
mas agung juga tau bagaimana keluarga ini..
mas Agung juga selalu sabar dengan tingkah ajeng..
jika ajeng menikah dengan laki laki lain, kami tidak tau dia akan di perlakukan seperti apa dengan sikapnya itu..
jadi..
menikahlah dengan ajeng mas..?" jelas Bagus membuat agung memandangnya, raut wajah agung masih penuh keterkejutan dan ketidakpercayaan.
" se.. Sebentar.." kata Agung memegangi dahinya.
" pelan pelan saja mas.. Setelah menikah, belajarlah untuk saling mencintai.." imbuh Bagus,
" tapi mbak ajeng.." ucapan agung terhenti,
" Ajeng sudah kami beritahu, dia menerima segala keputusan kami.." ujar mbah kung membuat agung sudah tidak bisa berkata apapun lagi, laki laki itu diam, masih belum bisa berpikir benar, tapi jika ajeng saja sudah menerima, bagaimana mungkin ia tidak menerima, apalagi ini permintaan langsung dari mbah kung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
asiknya dijodohin
2023-12-20
3
dyul
Duh... mas baktimu, sedih 😞
2023-12-11
1
Enung Samsiah
ayoo terima ajalh mas cinta sejati mu dr kecil (cinta dalam diam mu)
2023-12-04
2