Bab 8

Sesampainya di rumah sakit, ternyata semuanya sudah terlambat. Alea sudah tidak menemukan denyut nadi sang buah hati.

"TIIDAAKK!'' teriak Alea dengan sangat kencang.

"Ada apa?'' Rey menoleh kebelakang. Dia memarkirkan mobilnya dengan cepat dan segera keluar untuk membantu menggendong buah hatinya.

"Alice, Alice Mas... Ya Tuhan, anakku, Putri kecilku?" Alea menangis dengan nyaring. Air matanya mengalir dengan sangat deras.

Rey lalu memeriksa denyut nadi sang buah hati dan ternyata memang sudah tidak ada denyutan nadi sama sekali.

"Alice, maafin papa, Nak!'' Rey menangis dengan amat pedih. Semuanya sudah terlambat. Alice sudah meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit tadi. Alea menjerit dan memeluk sang putri yang berlumur dengan darah. Pelukannya sangat deras. Alea terus berteriak menyerukan nama putri kesayangannya.

"Tidak, Alice... Ya Tuhan, Anakku... Buah hatiku, kenapa harus begini?" Alea menjerit dengan lengkingan pilu.

Sebuah kesakitan kini menerpa kedua hati yang telah ditinggalkan. Alice gadis kecil itu tidak bisa bertahan dengan bagian belakang kepalanya yang pecah dan bersimbah darah. Tangisan pilu seorang ibu membuat suasana semakin pedih. Para perawat mulai berdatangan. Mereka hanya bisa melihat putri dari atasan mereka meninggal dan masih ada di dalam mobil.

"Jangan tinggalkan mama, Sayang... Bagaimana mama bisa hidup tanpa kamu, Nak?!" teriak Alea dengan segala kesakitan dalam hatinya. Alea terus memeluk dan menciumi wajah sang putri yang kini sudah terbujur kaku dengan suhu yang mulai dingin.

Rey pun terus menitikkan air matanya. Dia merasa sangat sedih. Walaupun Alice bukan darah dagingnya, tapi Alice adalah buah hati yang dia rawat semenjak lahir ke dunia dengan penuh kasih sayang.

Selama empat tahun bersama Alice adalah anugerah terindah dalam hidup Rey.

"Alea, biarkan perawat membersihkan darah Alice!'' perintah Rey. Darah segar masih mengalir dari belakang kepala Alice. Gadis kecil itu kehabisan darah.

"Tidak, Alice akan bangun. Aku yakin Mas, Alice tidak akan mungkin meninggalkan kita berdua Mas, Alice tidak akan mau pergi sendirian!'' tangis Alea dengan pilu.

"Sabarlah, Alea. Mungkin Tuhan lebih menyayangi Alice lebih dari kita, sehingga Tuhan dengan cepat memanggilnya kembali." kata Rey dengan mata yang terus basah.

Hatinya sebetulnya sangat sakit dan pedih. Namun apa daya, manusia tidak bisa melawan takdir dari Tuhan. Dan sebagai manusia hanya bisa bersabar menerima takdir dengan ikhlas. Hidup dan mati kita, bahkan tidak bisa memilih. Semuanya Tuhan yang menentukan.

"Mas, lihatlah dia, anak kita bahkan sangat cantik, dia sedang tertidur dengan lelap!'' Alea terus menangis dengan pilu.

"Sayang, Alea sadarlah, kita harus menerima takdir dari Tuhan. Alice sudah tidak ada lagi, Tuhan sudah mengambilnya kembali." ucap Rey dengan pilu.

"Tidak, tidak tidak, Mas. Jangan berkata seperti itu, Mas Rey. Putri kita masih hidup Mas, dia sedang tidur." tangis Alea semakin lirih.

Rey lalu memeluk Alea dengan lembut. Rey mengecup kening sang istri dengan matanya yang basah.

"Sayang, jangan seperti ini. Biarkan Alice bebas, kalo kamu seperti ini, Alice tidak akan tenang!'' ucap Rey.

"Tidak Mas, jangan begitu Mas. Tolong mengertilah, Alice masih hidup, dia hanya tertidur." Alea menutup semua mata dan telinganya. Rasa sayang Alea terhadap putrinya itu sangat besar. Sebuah rasa kehilangan memang sangat menyakitkan. Sungguh menyakitkan. Alea merasa hidupnya hancur. Alea merasa tak punya tujuan hidup lagi. Alice adalah harta paling berharga untuk dirinya. Dan sekarang Alice pergi meninggalkan Alea dan Rey.

Dunia Alea roboh seketika. Dan Alea tak bisa bernafas dalam lautan lumpur menyesakkan. Dia menatap buah hatinya yang kini tak bernafas lagi. Buah hatinya yang begitu dia kasihi kini sudah tak bernyawa lagi.

"Ayo, biarkan perawat membersihkan Alice!" kata Rey. Alea hanya bisa menangis dan memeluk anak kesayangannya itu.

"Ayo sayang! Biarkan Alice dibersihkan." Rey lalu menggendong sang buah hati. Rasanya begitu melayang dan tak bisa berdiri dengan tegap ketika dia menggendong putri kesayangannya. Perawat lalu mengambil alih dan menidurkan Alice di brankar. Alea terus menangis dengan pilu.

Rey memeluk Alea dengan erat. Mereka menangis dalam pedihnya sebuah kasih sayang. Kehilangan seorang buah hati adalah sebuah kesakitan yang tak terkira. Mereka berdua merasakan kesakitan itu. Dan mereka harus bisa ikhlas menghadapi semua cobaan dari Tuhan.

Tubuh Alice kini sudah di bungkus dengan kain kafan. Rey sudah membawa Alice kembali ke mansionnya. Semua kerabat dekat sudah datang mengunjungi untuk mengucapkan turut berbelasungkawa kecuali Elsa. Kerena Elsa tidak mengetahui tentang kabar tersebut. Alea hanya terdiam dengan deraian air matanya. Begitu pula dengan Rey yang hanya bisa menatap mayat sang buah hati.

Waktu pemakaman sudah tiba. Tubuh gadis kecil itu sudah terkubur di dalam tanah. Tangis kepedihan mengiringi setiap langkah. Dan meninggalkan tanah merah itu. Alea terdiam mematung. Dia tidak mau pergi selangkah pun dari makam sang buah hati. Alea merasa hatinya ikut terkubur bersama sang buah hati.

Rey lalu menggandeng tangan sang istri dan membawa Alea menjauh dari makam. Alea terus menitikkan air matanya. Tak bisa dia bendung sedikitpun. Alea menangis dalam pedih dan duka lara. Kepedihan tinggal kepedihan. Hatinya yang hancur tidak bisa lagi dia pulihkan. Alea terluka dalam permainan takdir. Rey tidak bisa berbuat apa apa. Karena dirinya pun mengalami perasaan yang sama pula.

Seminggu berlalu, sebulan berlalu sampai setahun berlalu. Alea masih merindukan sang buah hati. Namun tak sepedih dahulu. Kini Alea sedang berusaha untuk melangkah untuk hidup lebih bahagia. Alea mencoba untuk program kehamilan. Alea sudah berhenti bekerja karena takut kecapean.

Rey mendukung keinginan istrinya untuk bangkit. Setahun lamanya Alea berduka atas kepergian Alice dan kini ingin mendapatkan bayi lain untuk mengganti Alice. Agar bisa dia peluk dan dia cium. Kebetulan selama menikah, Alea belum memberikan Rey seorang bayi untuk keturunannya.

Rey sudah sangat ingin memiliki bayi sudah sejak lama. Rey ingin melihat darah dagingnya sendiri. Namun Alea menunda kehamilannya dengan alasan Alice masih sangat kecil. Tetapi karena sekarang Alice sudah tidak ada lagi, Alea telah fokus untuk program kehamilan. Luka hatinya tak sesakit dulu, butuh waktu satu tahun untuk membuat luka itu kering.

Rey menyayangi Alea dan memanjakan Alea. Berharap Alea cepat mengandung buah hatinya. Tetapi di saat waktu sepi dan luang, Rey masih memperhatikan Elsa dari kejauhan. Rey masih menerima informasi dari orang suruhannya. Sehingga walaupun jauh, Rey masih bisa memantau semua kegiatan istri mudanya itu.

Walau kini Rey sudah berusaha untuk membuat Alea mengandung, tetapi Alea masih belum bisa memberikan dia keturunan. Rey berharap Alea cepat mengandung dan sehingga Rey bisa melupakan Alice dan mulai mencintai bayi yang lahir kelak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!