Bab 6

Elsa langsung menggunakan pakaiannya di depan Rey. Gadis itu mengenakan rok pendek dipadu dengan kaos. Elsa lalu pergi meninggalkan Rey sendiri di kamar itu. Kamar yang menjadi saksi betapa mereka berdua saling memuaskan hasrat masing masing.

Sekali lagi Rey melihat sprei itu. Yang telah ternoda karena perbuatannya tadi. Rey memejamkan matanya dan menghela nafas. Rey akui pergulatannya barusan bersama Elsa sangat nikmat. Bahkan Rey rasanya masih ingin memeluk Elsa dan meneguk manisnya madu gadis itu kembali.

Tapi kini Elsa telah pergi. Elsa sudah mempersiapkan koper beserta isinya. Elsa sudah berkemas untuk berangkat pergi ke luar negeri. Pemikirannya sudah sangat bulat. Dia akan pergi jauh meninggalkan Rey dan Alea. Elsa sudah naik ke dalam mobil diantar oleh supir. Mobil itu sudah melaju meninggalkan mansionnya. Rey hanya bisa melihat dari atas balkon kamarnya.

Rey masih mengenakan handuk di pinggangnya. Rey menatap pilu kepergian Elsa. Dia menyadari betul bahwa air mata Elsa adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Elsa merasa tersiksa dan tersakiti oleh perkataannya. Sungguh Rey menyesalkan hal itu. Padahal kemarin Rey hanya ingin menenangkan Alea saja. Supaya Alea tenang.

Rey lalu melangkah menuju ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Rey memejamkan matanya dan merasakan kembali bayangan tubuh istri kecilnya. Elsa begitu memikat. Rey baru pertama kali merasakan sensasi bercinta seperti itu. Tetapi kini nasih sudah menjadi bubur. Elsa sudah berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.

Rey akan mengikuti keinginan Elsa untuk tidak menganggu Elsa selama Elsa kuliah. Setelah Rey selesai mandi, Rey langsung turun dan duduk di meja makan. Dia menatap ke sekeliling rumah. Rumah almarhum sang ayah angkatnya. Rey melihat begitu sepi rumah tersebut. Bibi lalu menyajikan sarapan untuk Rey.

Rey bertanya keseharian Elsa pada bibi. Jelas saja bibi mengatakan semua tentang Elsa pada Rey. Elsa yang begitu baik hati bahkan dia tidak pernah bergaul dengan laki laki karena larangan sang ayah. Elsa anak penurut dan tidak sombong. Senyumnya begitu manis membuat semua orang yang melihat merasa begitu sejuk. Namun senyum itu hilang bersamaan dengan kepergian sang ayah.

Entah kenapa senyum itu sampai hilang. Bahkan di malam pengantin Elsa menangis sepanjang malam. Ucapan bibi membuat hati Rey begitu teriris. Dia merutuki dirinya karena telah menyakiti hati istri kecilnya. Rey hanya bisa menghela nafas sambil menatap foto Elsa yang terpajang di dinding rumahnya.

"Maafkan aku, Elsa. Dan terima kasih telah memberikan aku sesuatu yang berharga bagimu, maaf aku bukan suami yang baik." ucap Rey terus sambil memandangi foto Elsa yang begitu cantik. Rey sehari itu hanya diam di rumah Elsa. Sedang Elsa sendiri sudah di pesawat. Sepanjang jalan Elsa hanya terdiam.

Dia merasakan sebuah kelegaan karena dia akan memulai hidup baru.

Dia akan bertemu orang dan teman baru. Dia berharap bahwa Rey tidak akan menemuinya selama dia kuliah. Semoga saja Rey mau menuruti keinginan Elsa. Karena Elsa sudah membayar semua dengan sebuah harga dirinya. Kini dia akan segera sampai di Amerika. Sebuah universitas swasta bernama harvard yang akan mewujudkan mimpinya menjadi seorang dokter hebat yang terkenal seperti sang ayah.

Setelah Elsa sampai di bandara, Elsa langsung segera menuju ke apartemen yang sudah disiapkan oleh Rey. Satu buah atm berisi penuh untuk mencukupi semua kebutuhan Elsa selama Elsa kuliah. Sedihnya dia, karena hanya untuk melanjutkan kuliah dia harus menjual dirinya pada si brengsek Rey. Elsa selalu menyebut Rey dengan sebutan brengsek. Dia sudah teramat dalam membenci suaminya itu.

Dia pikir dia akan hidup tenang setelah menikah. Ternyata dia hanya mendapatkan sebuah penghinaan yang begitu menyakitkan. Elsa berharap di tempat ini dia akan mendapatkan sebuah kebahagiaan dan ketenangan dalam hidupnya. Dia ingin sekali melupakan Rey dan Alea. Dia ingin sekali bisa sukses dan membeli mulut Alea yang begitu pedas.

Sesampainya di tempat yang dia tuju, Elsa langsung masuk ke sebuah apartemen yang tergolong cantik dan rapih, walaupun apartemennya itu tidak terlalu luas, cukuplah untuk dirinya hidup sendirian. Elsa langsung merebahkan dirinya di kasur. Dia sangat lelah setelah perjalanan panjang di dalam pesawat.

Butuh perjalanan kurang lebih 15 jam untuk sampai ke kamar ini.

Elsa merebahkan tubuhnya yang sangat lelah dan dia memejamkan mata. Dedek masih terasa sakit dan perih karena perlakuan sang suaminya yang brengsek itu.

"Rey, aku benci kamu! Tunggu aku pulang dan kita akan bercerai!'' lirih Elsa dalam hatinya dan gadis itu menitikkan air matanya kembali.

Elsa memeluk guling dan membenamkan wajahnya pada guling tersebut. Dia harus kuat untuk hidup sendiri dan mandiri. Berbekal uang yang Rey berikan padanya. Jumlah yang sangat banyak, itu cukup untuk hidup selama kuliah di harvard university.

"Ya Tuhan, aku sudah bukan perawan lagi, bagaimana kalo aku hamil?" Elsa terlihat kebingungan dalam hal yang terlintas di pikirannya. Dia sangat takut hamil ketika dia belum mapan untuk merawat seorang bayi. Elsa harus bersabar untuk menanti seminggu lagi agar dia bisa melakukan tes kehamilan pada urinenya. Dia berharap dia tidak hamil. Dia begitu membenci Rey. Bagaimana bisa dia mengandung bayi dari pria yang sangat dia benci. Akhirnya Elsa terlelap dalam kelelahan.

**********

Rey pulang ke rumah setelah seharian dia hanya diam di rumah Elsa. Si kecil Alice sudah menyambutnya dengan tawa yang ceria. Rey langsung memeluk gadis kecilnya itu. Alea sedang mempersiapkan makan malam untuk Rey dan putrinya Alice. Rey langsung duduk di meja makan dan Alice masih bermain berlari lari.

Alea menatap Rey penuh kecurigaan. Apalagi Alea melihat sebuah cakaran kecil di leher Rey. Benar sekali sewaktu Rey menembus dinding inti milik Elsa. Elsa sempat mencakar Rey karena kesakitan. Alea duduk disamping Rey dan langsung melihat ke arah pinggir leher kanan Rey.

"Bagus sekali, masih sempat meniduri ****** itu!'' kata Alea dengan mata yang berkaca kaca. Sedang Rey hanya terdiam sambil fokus mengaduk makanan yang di piringnya.

"Bagaimana? Apa rasanya lebih baik dari milikku?!" Alea kembali teriak dan terisak. Rey menatap Alea dengan tatapan kesal.

"Sudahlah jangan menangis, aku hanya menunaikan kewajibanku sebagai suami, Alea. Jangan sebut dia ****** lagi, dia bahkan masih perawan saat aku menyentuhnya." kata Rey pelan lalu Rey bangkit dan meninggalkan meja makan.

Alea semakin menangis melihat tingkah sang suami yang telah membuatnya semakin cemburu. "Aku akan tetap menyebutnya ******, karena dia telah merebut suamiku!'' teriak Alea lantang. Alice sang putri hanya melihat mamanya menangis dan anak itu hanya bisa diam ketakutan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!