Bab 19

'Plak!'

Wajah Veronica tertoleh kesamping dengan sudut bibit robek hingga mengeluarkan darah. Lalu dia menatap pria yang notabene suaminya bersama seorang wanita cantik dengan sorot dingin.

"Jadi, kau menamparku karena dia?" Desisnya dingin membuat pria itu terhenyak. Baru pertama kalinya dia mendengar Veronica berkata dingin seperti ini. Biasanya Veronica akan menangis ataupun merengek sampai membuatnya muak.

"Karena kamu tidak sebaik dia dan kau membuatku malu! Kau selalu saja berkata tentang hal yang tidak berguna setiap hari dan membuatku muak!" Seru pria itu penuh amarah.

"Kalau begitu, ceraikan saja aku. Mudah, kan?" Veronica berkata santai dengan wajah angkuh. Sejak kejadian beberapa waktu lalu, dirinya menyadari jika menjalani hal-hal yang berbau spiritual, maka dia harus tidak menjalin ikatan dan terhubung dengan hal-hal berbau keduniawian.

Selama ini, dia berpikir bahwa suaminya akan berpaling padanya dan menatap penuh haru jika dia bisa berkultivasi. Tetapi setelah mendapatkan penolakan dari Regina, dia menyadari satu hal.

Spiritual tidak untuk dipamerkan.

Dan pernikahan ini tidak akan berjalan dengan baik. Akan banyak yang tersakiti hingga akhir hayat jika Veronica mempertahankan pernikahan ini.

Pria itu berkata dengan remeh, "Baik. Kita cerai sekarang. Setelah ini jangan pernah kembali ke hadapanku. Dan kita lihat bagaimana kehidupan mu setelah berpisah dariku."

Veronica tersenyum senang dan segera menuju kamar untuk membereskan beberapa barang-barangnya. Menikahi pria itu sejak tiga tahun lalu membuat hatinya terluka. Sudah cukup banyak luka yang dia dapatkan dan sekarang dia memantapkan hati untuk pergi dari sana.

"Ah, aku harus menemui Regina Xiau. Aku sudah memiliki tujuan untuk mempelajari spiritual." Gumamnya dan segera keluar kamar.

Dia melihat suami yang sebentar lagi menjadi mantan tengah bermesraan bersama selingkuhannya dan memilih tidak peduli. Toh, selama sebulan menjalani tugas sebagai istri, dia tidak pernah dihargai.

Veronica bergegas meninggalkan rumah suaminya dengan membawa satu koper besar.

Dia segera pergi menuju apartemen sebelumnya, tempat rahasia miliknya yang tidak diketahui siapapun. Dan tanpa sepengetahuan suaminya, dia telah berhasil membangun sebuah bisnis dan menjadi dokter dengan kemampuan yang cukup hebat.

Veronica mengambil ponsel untuk menghubungi Regina. Setelah terhubung dan Regina menjawab panggilannya, tanpa basa basi wanita itu langsung berkata serius, "Regina Xiau. Aku sudah menemukan tujuanku. Kita bertemu di cafe Ahn sekarang."

🐾🐾

Regina mengangguk paham setelah mendengar cerita Veronica. Gadis itu menyeruput minumannya dan menatap Veronica yang terlihat berbeda dari beberapa waktu lalu.

Tidak ada lagi sorot mata yang ingin dipuji, ingin diperhatikan atau apapun, tetapi ingin membantu banyak orang dan melindungi orang-orang lemah.

Regina melihat ketenangan sekaligus tekad dan keteguhan Veronica. Dia tersenyum tipis dan meletakkan minumannya, "Datang ke unitku tiga hari lagi."

"Baik. Jadi apa aku diterima?" Veronica bertanya dengan sedikit cemas.

"Menurut mu?" Regina bertanya balik membuat Veronica tersenyum lebar.

"Baik. Aku akan datang tiga hari lagi. Kalau begitu aku pergi dulu." Pamitnya lalu memanggil seorang pramusaji untuk membayar pesanan mereka.

"Terimakasih untuk hari ini, Regina. Oh, ya. Pesananmu sudah aku bayarkan. Aku traktir." Cengirnya lalu segera pergi dari sana sambil menyeret kopernya.

Regina melanjutkan meminum minumannya bertepatan dengan datangnya Xia Ra bersama Zhu Dai dan Liam Wen yang berwajah mendung. Pertama kalinya Regina melihat mereka bertiga memakai pakaian santai.

"Wah, Regina!" Panggil Xia Ra saat menyadari keberadaan Regina dan menyeret dua pria itu menuju ke arah Regina duduk.

"Oh, hai~" Sapanya lalu melirik Liam Wen yang memasang wajah sebal dengan tatapan menggoda, "Kakak cantik~ Kok wajahnya di tekuk begitu?" Regina menyapa Liam Wen dengan wajah tengil sambil menaik turunkan alisnya.

Xia Ra dan Zhu Dai terkikik saat mengingat penyebab Liam Wen berekspresi jelek. Siapa lagi kalau Regina penyebabnya.

"Benwang tidak menyangka kau akan menghampiri diri benwang yang sedang membayangkan dirimu dibawah sinar rembulan. Benwang terharu." Regina berbicara ala penyair kerajaan sambil menghapus air mata imajinernya yang sontak membuat Zhu Dai dan Xia Ra bergetar hebat menahan tawa.

"Hentikan, Regina! Kau bedebah gila!" Sentak Liam Wen marah.

"Benwang juga mencintaimu."

"Aarrgghh!"

"Hahahaha!"

Jika saja Regina tidak membantu banyak dalam kepolisian, sudah pasti Liam Wen mengubur gadis itu hidup-hidup atau melemparkannya ke lautan yang dipenuhi kumpulan megaledon.

Liam Wen benar-benar siap hari ini. Dia terus mengumpat dalam hati.

🐾🐾

"Regina!"

Regina menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya dan mendapati Zhu Zuho datang menghampiri nya dengan tergopoh-gopoh.

"Kakek~" Regina menghampiri pria tua yang kini terlihat ceria dan lebih segar dari terakhir yang dia ingat.

"Apa kabar, Regina? Kau tampak semakin sehat saja!" Zhu Zuho menepuk pucuk kepala Regina hangat lalu sedikit mengguncang tubuhnya.

"Kabar baik, Kek. Kakek sendiri bagaimana?" Regina bertanya sambil tersenyum lebar.

"Berkatmu, aku merasa lebih sehat! Akhirnya aku bisa berjalan dengan normal lagi!" Zhu Zuho berkata dengan girang dan ceria sambil menepuk-nepuk kedua lututnya, "Ayo mampir ke rumahku. Kebetulan cucuku sedang berkunjung dan ingin bertemu denganmu." Zhu Zuho membimbing Regina menuju arah rumahnya.

Regina menurut mengiyakan. Toh hari ini dia juga sedang libur dan sedang tidak ada tugas.

Mereka berbincang ringan selama menuju rumah kakek Zhu Zuho dan tak terasa mereka telah tiba di rumah berlantai dua dengan nuansa minimalis tetapi masih memperlihatkan gaya tradisionalnya.

"Ini adalah rumah saya sekarang. Berkatmu, saya merasa jauh lebih baik dan perlahan bisnis saya bangkit lagi." Zhu Zuho berkata dengan penuh syukur.

"Saya hanya membantu sedikit, Kek." Regina berkata sambil tersenyum tulus, "Senang mendengarnya."

"Hahaha! Terimakasih! Mari masuk!" Zhu Zuho mempersilahkan Regina memasuki rumah barunya. Gadis itu menatap sekeliling, terlihat banyak perubahan di dalam rumah itu dari terakhir yang dia ingat.

"Oh, kakek sudah pulang." Sapa seorang pria tampan yang tak lain Zhu Tao Jin. Pria itu menatap Regina dengan hormat.

"Kakek telah bercerita banyak tentang Anda, Nona. Terimakasih telah menyembuhkan kakek saya." Zhu Tao Jin membungkuk hormat pada Regina Xiau.

"Aku hanya membantu yang membutuhkan." Regina menjawab santai dan ikut bergabung di sana.

"Regina, terimakasih telah menyembuhkan kakek saya." Ucap Tao Jin penuh terimakasih. Pria itu menatap Regina yang sedang membuka seatbelt dengan tulus.

Setelah makan malam tadi, kakek Zhu memaksa Tao Jin untuk mengantar Regina kembali ke apartemen nya dengan selamat, tanpa luka sedikitpun. Bahkan dia sampai mengancam bunuh diri jika Tao Jin menolak permintaannya, yang bahkan membuat Regina mati kutu. Apalagi hari telah beranjak malam.

"Ah, bukan aku yang menyembuhkannya. Aku hanya membersihkan aura gelap yang ada di rumah itu." Regina bersiap hendak turun dari mobil sport milik Tao Jin.

"Boleh aku mengantarmu sampai ke unit apartemen mu?"

"Tidak."

Regina langsung turun dari mobil bertepatan dengan seorang pria datang merampas tas milik Regina dan langsung lari dari sana. Regina kaget dan menatap pria yang kabur itu dengan kesal.

Tao Jin segera melepas seatbelt dan keluar dari mobil, mengejar penjambret itu yang sebentar lagi keluar dari area apartemen mewah itu.

Merasa terkepung, penjambret itu mengeluarkan pisau lipat dan menghunuskan ke arah Tao Jin, membuat pria itu menghentikan larinya.

"Sialan, kau!!" Jerit Regina sambil melepas sepatunya dan melemparkan ke arah penjambret itu. Yang tentu saja di aliri sedikit energi spiritual.

'Duakh'

'Brukh'

Tao Jin menatap penjambret itu dengan mengerjapkan matanya seperti orang bodoh, tatkala sebuah sepatu tiba-tiba melayang di depan matanya dan melihat penjambret itu tiba-tiba tergeletak pingsan karena timpukan sepatu. Pria itu melirik ke arah Regina yang kini berjalan ke arahnya dengan memasang wajah jelek lalu mengambil tasnya. Tak lupa dia mengambil sepatunya dan memakainya dengan kesal.

Tak berselang lama, beberapa security bersama pihak kepolisian datang dan menghampiri mereka. Zhu Tao Jin memasang wajah santai, bersiap memberi saksi jika bukan dia menjadi penyebab pria yang tergeletak di depannya pingsan. Tetapi mereka melewati Zhu Tao Jin dengan santai lalu memborgol penjambret yang masih tergeletak pingsan itu.

"Terimakasih, Cinderella sepatu kets." Shan Deo tiba-tiba muncul dan mengucapkan terimakasih, "Akhirnya kami bisa meringkus pengedar obat-obatan terlarang sekaligus pembunuh bayaran ini."

"Dan aku akan meminta bayaran lebih." Balas Regina santai sambil menadahkan tangannya.

Dan Tao Jin hanya bisa mengerjapkan matanya melihat pemandangan itu. Dia merasa seperti makhluk tak kasat mata yang berada di antara manusia, tak dianggap.

Terpopuler

Comments

Dou'U Ji

Dou'U Ji

wkwk, kasian kau Tao Jin🤣🤣

2024-01-07

1

jejes879397

jejes879397

lama amat up nya Thor

2023-11-29

0

Khoerun Nisa

Khoerun Nisa

up nya dua dong udh semnggu sekali cm sedikit pula kan klu mngistirahatkn otak GK prlu lama tor

2023-11-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!