Bab 4

Lin Yue atau Regina Xiau bersyukur karena kepala polisi itu membuatkan identitas untuknya. Dengan penuh syukur gadis itu mengucapkan terimakasih berkali-kali yang sukses membuat Lui Ahin menjadi tidak enak sendiri.

Regina Xiau memperhatikan Lui Ahin yang bersandar di kursi kerjanya dengan seksama. Wajahnya masih muda meskipun usianya telah menginjak empat puluh tahunan. Namun bukan itu yang menjadi masalahnya, dia melihat pria itu tampak kelelahan.

Regina Xiau mengeluarkan sesuatu dari cincin ruangnya dan terlihat sebuah botol kecil dengan cairan hijau keluar dari sana dan menyerahkannya pada Lui Ahin.

"Karena Anda sudah memberikan saya identitas, sebagai gantinya saya memberikan ramuan ini pada Anda."

Lui Ahin menerima botol itu dan menatap Regina Xiau dengan ragu, khawatir jika cairan itu berbahaya dan mengandung racun.

"Cairan apa ini? Apa meminum ini akan baik-baik saja? Tidak beracun, kan?" Cercanya khawatir dan kebingungan.

"Itu ramuan penyegar tubuh, sangat cocok untuk memulihkan tenaga saat kelelahan. Biasanya para alkemis membuatnya dari tumbuhan herbal berusia ratusan hingga ribuan tahun. Semakin lama usia tanaman herbal, semakin wangi aromanya, semakin bagus khasiatnya dan semakin mahal harganya. Bisa mencapai dua puluh peti emas, bahkan bisa membeli sebuah kota. Karena itu banyak para kultivator mengincar herbal berusia ratusan hingga ribuan tahun bahkan sampai bertarung untuk mendapatkannya lalu di lelang. Para alkemis juga berlomba-lomba mendapatkan khasiat herbal itu. Karena obat dan ramuan yang dihasilkan semakin bagus dan mahal. Siapapun boleh meminumnya." Regina Xiau memberikan penjelasan panjang lebar.

Mendengar penjelasan dari Regina membuat Lui Ahin terbelalak tak percaya.

Semahal itu gadis ini memberikan padanya dengan cuma-cuma?

"Harganya begitu mahal. Kenapa kau memberiku dengan percuma?" Tanya Lui Ahin penasaran. Biasanya sangat jarang orang-orang memberikan sesuatu berharga mahal, meskipun dari orang tajir melintir sekalipun. Apalagi gadis di hadapannya ini terlihat tidak memiliki apa-apa dan tidak memiliki kerabat. Bagaimana dia bertahan hidup di dunia ini?

"Saya ingin mengucapkan terimakasih karena telah memberikanku identitas baru dan telah mempercayaiku. Apalagi saya melihat Anda terlihat begitu lelah. Dan ramuan ini bisa membuat tubuh terasa segar dan dapat menjaga kekuatan fisik serta energi."

Lui Ahin merasa tertarik namun masih ragu. Agar mendapatkan kepercayaan penuh dari Regina Xiau, Lui Ahin membuka tutup botol itu dan seketika aroma wangi yang tak pernah dia cium memenuhi ruangannya.

Dengan ragu dia meminum ramuan itu, seketika matanya membelalak begitu rasa manis dan harum menghampiri indera pengecapannya. Dia menelan ramuan itu dan seketika tubuhnya merasa sangat segar.

"Jadi bisa ceritakan tentang tempat ini?" Regina mulai bertanya.

"Baik. Aku akan menceritakan tentang kota ini." Regina pun mendengarkan Lui Ahin dengan seksama.

Kota Dyharn merupakan kota metropolitan yang mulai maju dan juga merupakan salah satu kota sarang penjahat di negara C yang membuat pihak kepolisian kesulitan menangkap mereka.

Meskipun kota ini sudah maju dan banyak transportasi serta teknologi melanda kota ini, tetapi masih ada energi spiritual yang terasa tipis dan tidak banyak orang yang menyadarinya.

Lui Ahin menceritakan tentang kota ini dengan serius, bahkan sampai mengeluarkan sebuah peta dan menjelaskannya pada Regina Xiau. Dia juga mengakses internet untuk memudahkan Regina menangkap penjelasannya.

Regina mengangguk paham dan mulai mengerti situasi yang dia hadapi setelah mendengar cerita dari Lui Ahin. Bahkan Lui Ahin menghadiahkan sebuah kotak berisi ponsel baru kepada Regina Xiau sebagai hadiah dan memaksa gadis itu menerima ponselnya.

"Aku ada hadiah untukmu. Terima ini dan gunakan untuk menghubungi ku."

Regina menerima kotak ponsel itu dan menimangnya. Gadis itu menatap Lui Ahin dengan kebingungan.

"Itu adalah ponsel. Kau bisa menelepon, mengirim pesan maupun mencari informasi apapun di sana." Lui Ahin menerangkan.

Pria itu bangkit dari kursinya dan mengajari Regina Xiau menggunakan ponsel itu sampai benar-benar mengerti.

"Terimakasih."

Lui Ahin segera kembali ke mejanya, membiarkan Regina Xiau mempelajari ponselnya. Malam telah larut dan mereka tidak mengantuk, mengingat Regina Xiau jarang tidur karena seorang kultivator dan Lui Ahin meminum ramuan pemberian gadis itu.

Regina Xiau tampak antusias mempelajari ponselnya sambil menunggu pagi.

🐾🐾🐾

'Tok'

'Tok'

Suara ketukan pintu terdengar dari ruang kepala kepolisian membuat Lui Ahin dan Regina Xiau menoleh serempak ke arah pintu.

"Masuk!" Seru Lui Ahin sedikit keras sambil membereskan dokumen di mejanya.

'Cklek'

Xia Ra memasuki ruangan dengan beberapa paperbag di tangannya di susul Liam Wen dan San Deo di belakangnya.

"Selamat pagi, Kepala Lui." Sapa mereka bertiga kompak.

"Pagi." Lalu Lui Ahin melirik paperbag yang dibawa oleh Xia Ra. "Berikan pakaian itu pada Regina Xiau."

Ketiganya kebingungan.

Lui Ahin menyadari hal itu berdehem dan menunjuk ke arah Regina yang kini menatap mereka penasaran.

"Mulai sekarang dia bernama Regina Xiau dan menjadi asisten detektif San Deo."

Ketiganya menatap kearah Regina yang hanya bisa mengerjapkan matanya lucu, membuat ketiga orang itu gemas seketika.

Regina Xiau berdiri dan menyapa mereka dengan ramah. "Hai. Mulai sekarang aku Regina Xiau dan menjadi asisten detektif San Deo."

"Hah?"

"Kita akan menjelaskannya nanti. Xia Ra, berikan pakaian yang kau beli pada Regina." Titah Lui Ahin.

"Tidak. Tidak perlu. Aku sudah memiliki banyak pakaian." Tolak Regina Xiau cepat sambil mengeluarkan setumpuk pakaiannya dari cincin penyimpanan yang sukses membuat mereka menganga tak percaya.

"Ini sungguhan?" Beo Liam Wen tak percaya sambil menyentuh salah satu hanfu yang tergeletak di atas meja.

"Iya, itu pakaianku yang aku simpan dalam cincin ruang."

"Tapi Regina, seperti yang aku ceritakan kemarin. Dunia mu dan dunia ku berbeda. Jika kau menggunakan pakaian seperti itu, kau terlihat begitu mencolok. Bisa-bisa misi kita gagal karena menjadi pusat perhatian." Lui Ahin mengingatkan.

"Benar. Kau akan ditertawakan karena memakai pakaian seperti itu." Imbuh Liam Wen setelah sadar dari keterkejutannya sambil menatap pakaian yang digunakan oleh Regina.

Regina ikut menatap pakaian yang digunakannya. Tidak ada yang aneh dengan hanfu yang dipakainya.

"Aku bisa memakai pakaianku yang lain."

"Tidak bisa!" Seru Xia Ra gemas dan menyeret Regina keluar dari ruangan kepala Kepolisian sambil mengomel.

"Kau harus mengganti pakaianmu itu."

🐾🐾🐾

"Apa ini tidak apa-apa?" Tanya Regina sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Gadis itu terlihat cantik dengan pakaian barunya, blouse nude dengan blazer hitam, celana panjang cokelat dan sepatu kets putih. Rambutnya yang panjang dia ikat kuda.

"Waw! Kau terlihat sangat cocok dengan pakaian ini!" Seru Xia Ra girang. Untungnya semua pakaian yang dia beli sangat pas dan cocok dengan Regina.

"Benarkah?"

Xia Ra mengangguk semangat, "Ayo kita kembali."

"Ya."

Selama perjalanan keduanya mengobrol santai. Mereka akhirnya tiba di ruangan kepala Kepolisian dan terlihat tiga pria tampak duduk santai di ruangan itu sambil berbincang-bincang santai.

Ketiganya menatap Regina dengan kagum. Dia terlihat cocok dengan pakaian yang diberikan oleh Xia Ra.

"Baiklah, karena sudah semuanya berkumpul. Aku akan menjelaskannya pada kalian. Regina Xiau menjadi tekan kalian sekaligus asisten detektif San Deo."

"Kenapa harus bersama dia? Apa tak ada yang lain?" Protes San Deo tak terima mengingat dirinya di pukul kemarin di dalam MRT dan di hadapan orang banyak. Sakitnya sih tak seberapa, tapi malunya itu, loh.

Dan disinilah mereka berempat. Setelah di usir oleh kepala Kepolisian tanpa mendengarkan komplain sang detektif tampan, keempatnya kini berada di sebuah pelabuhan untuk menangkap seorang bandar narkoba beserta antek-anteknya yang hendak berlayar ke pulau seberang.

Regina menatap kagum pelabuhan di hadapannya. Tidak jauh berbeda dengan pelabuhan di jamannya dulu, kecuali desain kapal-kapal yang bersandar tampak mewah dan canggih.

Mereka segera berpencar mencari target setelah mendapatkan selembar foto dari pihak kepolisian. Regina yang ahli menyamar menemukan seorang pria yang menjadi target mereka. Jiwa perayunya muncul begitu saja setelah melihat beberapa pria kekar dan tampan tampak sibuk dengan pekerjaan mereka dengan bermandikan keringat. Bahkan beberapa diantaranya sengaja melepas baju, memamerkan otot serta roti sobek yang baru pertama kali Regina lihat.

Berbeda dengan pria tampan di jamannya yang berambut panjang semua, pria-pria disini berambut pendek, agak panjang, dan beberapa memiliki rambut gondrong dengan berbagai model gaya rambut. Sangat cocok untuk cuci mata. Benar-benar surga dunia.

Belum lagi mereka memakai pakaian beragam, tidak memakai hanfu seperti di jamannya dulu. Sekarang dia bisa melihat banyak pria dengan menggunakan berbagai jenis dan model pakaian. Sungguh membuat matanya segar seketika.

Regina mendekati targetnya dengan gemulai dan menyapanya dengan centil.

"Halo, Kakak Tampan~"

Pria yang menjadi targetnya menoleh ke arah Regina yang tersenyum manis. Seketika pria itu terpesona dengan penampilan gadis itu.

"Siapa kau? Ini bukan tempat yang pantas kau datangi." Ucapnya waspada dan mengamati sekitar, khawatir jika ada polisi yang menyamar atau tengah mengepungnya di sekitar pelabuhan.

"Aku Regina Xiau. Aku pertama kali datang ke kota ini dan malah nyasar kesini."

Terpopuler

Comments

Fitri Winaza

Fitri Winaza

hahaha playgirl lewat

2024-05-10

0

Fransiska Husun

Fransiska Husun

kok sepi Thor

2023-10-08

1

Daniela Whu

Daniela Whu

berpa sih umur regina

2023-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!