Bab 7

"Aku dengar kau meledakkan pelabuhan itu?" Lui Ahin bertanya dengan nada datar tanpa menoleh lawan bicaranya. Pria paruh baya itu menatap beberapa anak buahnya yang tengah sibuk menyelidiki dan menggeledah hasil 'jarahan' milik Regina.

"Ya, benar." Sahut Regina santai.

Lui Ahin menghela nafas panjang. Dia berbalik dan menatap Regina dalam, membuat gadis itu kikuk. Pria paruh baya itu memutuskan kontak matanya duduk di tempatnya.

"Aku tidak tau bagaimana di tempatmu dulu. Ada baiknya kau tidak boleh menggunakan kemampuan mu itu sembarangan dan sesuka hati. Dunia ini berbahaya dan kemampuan itu dianggap hal yang tak masuk akal bahkan cenderung dianggap aneh. Kau bisa saja menjadi incaran orang jahat untuk keuntungan mereka atau bisa saja kau diincar untuk di teliti. Salahku juga karena memaksamu mengikuti misi itu." Lui Ahin menasehatinya seperti seorang ayah menasehati anaknya dengan wajah menyesal.

Regina Xiau terdiam mencerna perkataan Lui Ahin. Apa yang dikatakan pria paruh baya itu ada benarnya juga mengingat dirinya belum lama tinggal di dunia yang menurutnya aneh ini, dia belum bisa beradaptasi dengan baik dan masih kebingungan dengan beberapa hal.

"Sebaiknya kau beradaptasi dulu dengan baik di sini. Aku memberikanmu liburan panjang, anggap saja kau membiasakan diri di sini. Setelah ini aku akan memanggilmu lagi."

Liburan berarti dia harus tinggal di rumah dan bersantai ria. Dia ingat belum memiliki rumah di sini.

"Aku belum punya rumah di sini. Dimana aku akan tinggal?"

"Jika kau tidak keberatan, kau bisa mengajukan padaku untuk membeli rumah bersubsidi." Lui Ahin menjelaskan tentang rumah bersubsidi pada Regina. Gadis itu tampak berpikir sejenak.

"Apakah ada rumah lain selain rumah bersubsidi?" Tanyanya penasaran.

"Ada, pergilah ke biro properti. Itu adalah agen perumahan yang menjual rumah, seperti apartemen dan perumahan pribadi. Kau bisa pergi ke sana untuk membeli rumah."

"Baik. Bisakah kau rekomendasi kan salah satu rumah bagus?"

🐾🐾🐾

"Ini adalah beberapa tipe rumah yang kami tawarkan. Anda mau memilih yang mana, Adik Manis?" Tanya pria manis dengan gaya kemayu membuat Regina Xiau merinding. Pertama kalinya dia melihat seorang pria yang bergaya ala perempuan selama hidupnya.

Regina Xiau memutuskan melihat-lihat beberapa gambar bangunan dan meminta pria gemulai itu mengantarkan pada beberapa rumah yang menarik perhatiannya.

"Bisa antar aku ke tiga rumah ini?"

"Oh, tentu saja bisa."

Mereka segera pergi ke area perumahan. Selama perjalanan Regina menatap keluar dan mengamati sekitarnya.

'Ternyata dunia ini sangat berbeda. Meski ada beberapa kemiripan namun aku harus bisa menyesuaikan diri.' Batinnya bertekad.

Mereka tiba di sebuah perumahan elite dan menunjukkan sebuah rumah yang sempat menjadi data tarik Regina Xiau, namun sayangnya gadis itu membatalkan pilihannya. Regina merasakan aura jelek di lingkungan ini dan tidak ada spiritual di sini. Mungkinkah ini bekas sebuah kuburan massal yang tak diketahui banyak orang?

Mereka segera pergi menuju perumahan kedua yang terletak di kawasan biasa dan lagi-lagi Regina menolaknya karena feng shui bangunan itu sangat buruk bagi gadis itu yang membuat pria gemulai itu cemas. Bisa-bisa dia tidak mendapatkan bonus penjualan properti nanti.

Kali ini mereka tiba di sebuah apartemen. Regina menatap sekitar apartemen itu dengan sebuah senyuman. Aura disini sangat bagus dan terdapat energi spiritual yang tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal.

"Mari ikut Kakak, Adik manis..." Dengan langkah kemayunya pria itu membimbing Regina Xiau menuju unit apartemen yang akan dia tinggali.

Regina menatap sekitarnya dengan diam meskipun dalam hati berdecak kagum. Keduanya memasuki lift yang langsung menuju lantai atas bersama beberapa penghuni lainnya.

'Ting'

Perlahan lift naik menuju lantai atas dan berhenti di lantai tiga dan empat. Regina melirik pria kemayu itu, namun amun pria kemayu itu tidak keluar dari lift. Dia kembali menekan lantai lima.

Mereka tiba di lantai lima dan segera menuju unti apartemen incaran Regina. Gadis itu berkeliling dan tersenyum puas. Apartemen ini benar-benar terasa cocok untuknya meskipun terdapat beberapa perabotan di sana.

Pemandangan kota yang indah diantara bangunan pencakar langit, bahan apartemen ini cocok ditinggali seorang diri. Tidak terlalu luas, tidak terlalu sempit tetapi membuatnya nyaman.

"Aku ambil yang ini. Berapa harganya?" Tanya Regina Xiau menghampiri pria kemayu itu.

Pria itu menyebutkan harganya membuat Regina mengernyitkan dahi. Tidak mungkin dia membayar dengan koin emas mengingat dirinya berada di dunia modern.

"Aku akan membayarnya dengan ini. Apa bisa?" Tanya Regina sambil mengeluarkan sebuah batu roh, membuat pria kemayu itu mengernyitkan dahinya.

"Adik manis, apakah kamu gila?" Tanyanya kesal. Bagaimana mungkin gadis kecil itu membayar apartemennya dengan sebuah batu yang tampak indah itu?

"Ini batu roh. Satu batu ini bisa membeli sebuah rumah di pusat kota." Regina menjelaskan membuat pria kemayu itu kaget lalu memperhatikan batu roh itu dengan seksama.

"Tidak ada yang bisa membeli rumah di pusat kota dengan batu itu, Adik manis. Hei! Apakah kau berhalusinasi? Sekarang ini bayar apapun pakai uang. Bukan emas, perak maupun benda-benda seperti novel kultivasi hayalanmu." Cercanya pedas.

🐾🐾🐾🐾

Bagi Regina, batu roh itu merupakan hal langka yang sangat sulit didapatkan. Para pendekar mendapatkannya dengan bertarung dengan hewan spiritual tingkat lima ke atas yang menjadi penghuni hutan berbahaya.

Harga satu buah batu roh itu sangat mahal, yang mampu membuatnya menghasilkan lima kantong emas, tergantung dengan tingkatan binatang itu.

Dan seseorang baru saja menolak batu roh itu di depan matanya, membuat gadis itu menatapnya heran. Biasanya batu roh akan menjadi bahan rebutan, baik dari para bangsawan, kultivator, alkemis maupun non kultivator, bahkan hewan spiritual menjadikan batu roh itu sebagai bahan makanannya untuk mencapai level tertinggi dan berubah menjadi manusia.

Seorang wanita datang dan merebut batu roh itu dari tangan Regina. Wanita itu menatap batu roh itu dengan tatapan berbinar lalu menatap Regina dengan penuh harap, "Biar aku yang membayarnya! Ini adalah batu keberuntungan ku."

"Berapa yang ingin kau minta, Nona? Adik kecil ini membeli apartemen dan malah membayarnya dengan batu tak berguna itu." Celetuk pria itu tak suka. Kini dia tidak lagi bersikap gemulai seperti tadi.

"Memang berapa harga apartemen ini?" Lalu pria itu menyebutkan nominalnya.

Wanita itu mengangguk paham lalu menatap Regina dengan tatapan memohon, "Nona, maukah kau memberiku batu bertuah ini? Aku akan membayar apartemen ini untukmu."

Regina tampak berpikir sejenak. Wanita itu terlihat baik dan entah mengapa secara alami Regina mempercayai wanita itu. "Benarkah?" Tanyanya memastikan.

"Tentu saja, Nona. Aku akan membayarkan apartemen ini. Sebagai gantinya berikan batu berharga ini padaku."

"Baik." Regina setuju. Lagipula dia memiliki banyak sekali batu roh. Memberikan satu pada wanita itu tidak membuatnya merugi dan dia juga perlu tempat tinggal segera.

Setelah menyelesaikan pembayaran dan mengurus surat-surat, pria itu berbicara sepatah dua patah kata dengan gemulai lalu meninggalkan kedua wanita itu.

"Hei, kita belum kenalan, kan? Aku Veronica Xian. Seorang guru spiritual. Kau siapa?"

Regina menatap Veronica dalam diam. Tidak mudah baginya percaya dengan orang asing. Namun aura Veronica ini benar-benar bagus dan seperti nya dia orang baik.

"Aku Regina Xiau. Senang bertemu denganmu." Regina memperkenalkan diri dengan ramah.

"Kau baru pindah kemari?"

"Benar. Aku akan langsung menetap di sini."

"Boleh aku melihat apartemen barumu? Mungkin aku bisa membantumu."

Regina mempersilahkan Veronica memasuki rumah barunya. Wanita cantik itu menatap sekeliling dan melihat banyak ruang kosong di sana.

"Wah, kau harus membeli beberapa perabotan." Komentarnya pada Regina yang kini duduk di sofa.

"Kau benar. Aku tidak tau harus memilih apa."

"Kalau kau tidak keberatan aku bisa membantumu. Harga batu ini pasti sangat mahal dan aku membelinya dengan harga murah. Ayo aku antar kau belanja. Anggap saja aku membayar lunas batu berharga ini." Celotehnya panjang lebar sambil menatap batu roh itu dengan mata berkilauan.

"Itu batu roh. Sangat bagus untuk menjaga aura dan melindungi pemiliknya dari bahaya." Celetuk Regina sambil menatap batu roh itu membuat Veronica menatapnya tak percaya.

"Sungguh?"

"Sungguh."

"Kalau begitu aku harus membayar mahal batu ini."

"Tidak perlu. Mau membeli untuk membayar rumah ini saja aku sudah bersyukur." Tolak Regina halus.

"Tidak, tidak. Harga itu terlalu murah. Aku akan membayarnya dengan pantas. Ayo ikut aku." Veronica menyeret Regina Xiau yang kini tampak pasrah.

Terpopuler

Comments

jejes879397

jejes879397

Karena bagu aku beri mawar yah 😘😘

2023-10-12

0

jejes879397

jejes879397

lanjutt laaaaaaaaa kalo bisa yah up 3 epis langsung🤧🤧🤧novel nya sangat bagus ku harap di buku kan 🤧🤧🤧

2023-10-12

1

Fransiska Husun

Fransiska Husun

up up lagiiiii semangat thor

2023-10-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!