Bab 10

Setelah melancarkan rayuan, gombalan dan jurus mematikan, Shan Deo memutuskan mengabulkan permintaan nekat Regina Xiau. Bahkan gadis itu meminta untuk membuangnya di jalanan bila sempat, dengan dalih agar mereka lebih percaya.

Shan Deo hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan gadis aneh yang berasal dari dunia antah berantah itu. Dan kini mereka sedang dalam perjalanan menuju lokasi yang sering terjadi tempat penculikan itu.

Mereka tiba di sebuah bangunan yang mirip dengan sebuah warung berlantai dua dengan nama Hao Wei bar. Shan Deo menghentikan mobilnya di seberang jalan yang berdekatan dengan lokasi target mereka yang saat ini sedang tutup.

Karena masih siang, tempat itu tampak sepi. Hanya terdapat beberapa pejalan kaki yang wara wiri di sekitarnya.

"Ini adalah tempat yang rawan penculikan. Mereka biasanya beraksi pasa malam hari dan menculik gadis yang baru pertama kali masuk ke tempat ini." Shan Deo menjelaskan dengan serius.

Regina Xiau memperhatikan bangunan itu tanpa kedip. Arsitektur bangunan itu mirip sekali dengan rumah bordir di jamannya dulu, terlihat mencolok dengan bangunan lainnya dengan warna merah menyala.

Regina merasakan seseorang memiliki energi spiritual berada tak jauh dari sana, mengingat di dunia tempatnya sekarang ini energi spiritual terasa tipis di beberapa tempat.

"Baik, kalau begitu kita berburu nanti malam. Untuk sekarang bantu aku menyusup ke bar itu." Titah Regina Xiau serius membuat Shan Deo mengernyitkan dahi bingung dengan gadis itu yang berubah secara tiba-tiba.

"Baik. Pertama-tama kita harus mempersiapkan rencana malam ini."

🐾🐾🐾

Malam datang menyapa bumi, kota Dyrhan mulai mengeluarkan gemerlap cahaya lampu yang terlihat megah dan mewah.

Regina memasuki Hao Wei bar dengan menggunakan celana pendek sepaha hitam dipadukan dengan tank top putih, atas saran dari Veronica serta perdebatan dengan Shan Deo.

Regina celingukan sebentar memperhatikan dalam bar itu. Ternyata hampir mirip dengan bar di tempatnya dulu, bedanya bar di jaman ini tampak lebih berisik dan damai dengan orang-orang yang berjoget ria.

"Suaranya berisik sekali, seperti kawanan monyet yang berteriak sambil memukul perabotan." Celetuk Regina Xiau sambil berjalan menghampiri seorang bartender yang sibuk mengelap gelas. Untungnya suara gadis itu terendam suara musik cukup kencang sehingga tidak ada yang mendengarnya.

Regina melihat beberapa botol minuman yang tersusun rapi dengan dahi berkerut. Di jamannya dulu, wine adalah minuman yang sangat mahal dan hanya bisa di minum saat perjamuan dengan Kerajaan barat. Tetapi di sini, Regina bisa melihat wine yang di pajang di sana.

"Berikan aku minuman terbaik di sini."

Sambil menunggu bartender yang sibuk meracik minuman, Regina memperhatikan sekelilingnya dengan seksama.

Wanita berpakaian seksi yang kekurangan bahan berbaur dengan laki-laki di lantai sambil berjoget ria. Bahkan ada yang sedang berciuman tanpa memperhatikan situasi yang sukses membuat Regina mengernyit.

"Wow... Lebih buruk dari yang aku bayangkan." Komentarnya saat melihat beberapa adegan yang membuatnya meringis, "Tidak ada harga dirinya sama sekali."

"Ini minumannya, Nona." Seorang bartender membawa minumannya di sebelah Regina.

"Oh, terimakasih Kakak Tampan." Regina mengedipkan sebelah matanya yang di balas dengan senyum ramah.

Regina mulai meminum minumannya dengan gaya khas seorang bangsawan yang memang sudah melekat sejak dulu, sambil mencari target yang sudah dia kantongi identitasnya.

Seorang pria tiba-tiba duduk di sebelahnya dan memesan minuman yang sama. Regina menoleh dan melihat seorang pria tampan yang tampak memandang datar ke depan.

Namun dahinya mengernyit saat merasakan pria itu memiliki energi kultivasi meski lebih lemah darinya.

"Apakah kultivator ada di dunia ini?" Batin Regina dalam hati sambil menatap pria yang duduk di sebelahnya dengan seksama.

Merasa di perhatikan, pria itu menatap Regina dengan sebelah alis terangkat.

"Ada masalah, Nona?" Sapanya membuat Regina keluar dari alam pikirnya.

"Ah, tidak." Regina tersenyum lalu kembali menatap sekitarnya mencari target buruan.

Pria itu menatap Regina intens. Dia sangat cantik namun samar-samar dia merasakan energi spiritual tipis di tubuh Regina yang tampak asyik mengamati sekitar sambil menyesal alkoholnya.

'Dia gadis yang menarik.' Batinnya saat melihat Regina meminum minumannya dengan anggun dan berkelas seperti seorang bangsawan.

Malam semakin larut dan Regina sudah bosan. Tiba-tiba suara berisik dari alat komunikasi yang terpasang di telinganya membuat Regina tersentak kaget.

"Hei... Kau di sana?" Suara Shan Deo terdengar dari alat komunikasi berbentuk anting itu.

Suara berisik musik membuat percakapan mereka tidak terdengar dengan jelas. Untunglah Regina berpura-pura mabuk saat menyadari beberapa pengunjung yang duduk di sebelahnya menatap gadis itu dengan intens.

"Ya, benar." Regina menjawab santai sambil menguap bosan.

"Cepat berdiri di luar. Target segera menuju kemari."

Regina membayar minumannya pada bartender dan segera keluar dengan sedikit sempoyongan.

Regina berdiri tak jauh dari sana atas arahan Shan Deo, bersama beberapa pengunjung wanita yang sedang mengeluarkan isi perutnya. Regina hanya menatap santai dan tidak berniat membantunya, mengingat dirinya juga sedang tidak baik-baik saja.

Regina merasa telinganya berdengung dan kepalanya pusing akibat suara musik yang memekakkan telinga di dalam sana, diiringi bau alkohol dan rokok yang membuatnya mual.

Pada jamannya, tidak ada pria yang merokok. Jikapun ada, palingan dia menghisap rempah-rempah kualitas terbaik dan menghasilkan asap yang tidak berdampak buruk untuk orang-orang sekitar. Sebagai dari mereka adalah keluarga bangsawan tinggi, kerajaan maupun Kekaisaran.

"Benar-benar sarang monyet. Aku mau muntah~" Regina mengeluh sambil bersandar pada tiang listrik sebelum sesuatu membekap mulutnya hingga membuatnya pingsan.

🐾🐾🐾

Regina terbangun dan mendapati dirinya berada di punggung seorang pria kekar yang mengendongnya seperti karung beras. Regina memutuskan pura-pura pingsan saat mereka mencoba mendudukkan nya.

"Tangkapan hari ini benar-benar luar biasa. Kita mendapatkan barang yang sangat bagus! Bos pasti sangat senang!" Seru salah satu pria sambil mengamati Regina Xiau yang masih tak sadarkan diri.

"Sayang sekali kita tidak bisa menikmatinya." Keluh yang lain.

"Tapi kita bisa menikmati uangnya. Jika terjual pasti sangat mahal. Apalagi kalau di sewakan, kita juga bisa menghasilkan banyak uang."

"Benar-benar!"

"Sebaiknya kita pergi dari sini dan hubungi bos untuk melihat tangkapan kita hari ini."

Setelah kedua orang itu pergi, Regina membuka matanya lalu meregangkan tubuh yang terasa kaku.

"Duh, mereka mau menjualku. Ternyata kejahatan di sini benar-benar, ya." Regina mengeluarkan pedang ke sayangnya dan segera beranjak dari sana.

"Shan Deo, kau masih di sana?" Regina menghubungi Shan Deo melalui alat komunikasi di telinganya.

"Aku masih di sini. Kau baik-baik saja?" Shan Deo menjawab dengan panik.

"Aku baik dan sedang berada di sarang musuh. Jadi, apa yang harus aku lakukan? Hancurkan markas atau menangkap mereka?" Regina melaporkan kondisi sambil mencerca dengan pertanyaan. Dia juga mengamati sekeliling nya sambil memeriksa tempat itu.

"Tangkap mereka semua hidup-hidup, bebaskan sandera dan kumpulan semua bukti. Kami segera menyusul."

"Siap." Regina memutuskan komunikasi mereka dan segera keluar dari ruangan itu.

Gadis itu berjalan santai sambil membuka beberapa pintu ruangan yang ada di sana, mengecek isinya berharap melihat bukti-bukti dan data penculikan itu. Namun hanya ruangan luas dan kosong yang dia temukan.

Berjalan sambil menggeledah, membuat beberapa penjaga mendekat kearahnya karena suara berisik yang diciptakan membuat mereka curiga dan waspada.

"Apa yang kau lakukan, Nona?" Tanya salah satu penjaga saat melihat Regina berjalan ke arah mereka dengan santai sambil membawa pedang.

"Aku ingin bertemu dengan bos kalian. Dia ada?" Regina berkata dengan baik-baik.

"Bagaimana jika bersama kami saja, Nona?"

"Ya, aku tidak keberatan." Ucap Regina sambil mengayunkan pedang dan...

'Bumm!'

'Brakh'

Sebuah ledakan kecil tercipta membuat mereka terlempar dan terkapar tak berdaya, membuat mereka meringis kesakitan. Regina berjalan melewati mereka dengan santai, bahkan sengaja menginjak dada dari salah satu pria itu.

Suara ledakan kecil membuat penjaga mencari suara itu dan matanya membelalak kaget saat melihat teman-temannya terkapar tak berdaya. Saat dia melihat sang pelaku yang berjalan santai sambil membuka beberapa pintu, seketika mereka menyerang Regina dengan brutal.

Regina dengan santai membalas serangan mereka dengan menggunakan bagian pedang yang tumpul. Dan dalam waktu singkat Regina berhasil menumbangkan para penjaga itu.

Hingga akhirnya seorang wanita bermake up tebal muncul bersama beberapa anak buahnya dan menatao Regina dengan kesal.

"Sialan! Beraninya kau mengacau di tempatku?!" Teriaknya marah.

"Lalu Nenek Tua, kau berani membawaku kemari?" Balas Regina sambil memamerkan ekspresi tengilnya yang membuat wanita itu tersulut emosi.

"Serang dia!"

Terpopuler

Comments

Fransiska Husun

Fransiska Husun

up up lagiiiii semangat thor

2023-10-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!