Bab 16

"Hoaa~m... Tidurku nyenyak sekali. Bahkan lebih nyenyak saat aku berada di kamar tamu milik istana." Regina Xiau meregangkan tubuhnya.

"Kasur ini benar-benar sangat empuk. Meski satu saja, tetapi rasanya seperti di awang-awang." Gadis itu membelai kasur dengan tatapan berbinar.

Setelah sebulan berada di dunia ini, Regina pertama kalinya tertidur dengan sangat lelap. Dia melirik jam yang terletak di atas nakas dan telah menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Oh~ Rupanya masih jam sembilan pagi, ya. Wajarlah aku bangun sedikit lebih siang karena tidurku terlampau nyenyak." Regina bergumam sambil mangut-mangut.

Regina tersentak kaget lalu menatap jam yang telah menunjukkan pukul sembilan tepat, seketika dia bergegas beranjak dari ranjangnya dengan tergesa-gesa.

"Aih! Aku terlambat!" Dia berseru sambil menyambar handuk yang tergantung di dekat pintu kamar mandi dan segera masuk ke kamar mandi, tidak lupa menutup pintunya dengan kencang.

'Brakh'

"Untunglah cara mandi di dunia ini tidak seperti pada jamanku dulu." Regina segera berdiri di bawah shower setelah menyalakan airnya.

Dijamannya dulu, para bangsawan dimandikan oleh pelayan pribadi mereka lalu memakai hanfu. Mereka juga dirias cukup lama dengan banyak hiasan melekat ditubuhnya.

Jika para rakyat biasa mandi tanpa pewangi tubuh atau sekedar cuci muka saja, berbeda di dunianya sekarang. Mengingat di jaman ini banyak orang bisa mandi dan berpenampilan rapi, bahkan tidak perlu repot-repot berhias seperti di jamannya dulu.

Saat dia hendak mengambil botol sabun, gadis itu menepuk jidatnya saat melihat dirinya masih memakai baju tidur.

"Astaga! Aku lupa membuka pakaian!"

🐾🐾

Regina menyusuri jalanan dan tak sengaja melihat sebuah rumah dengan aura gelap yang menyelimuti seluruh rumah itu. Regina berhenti sejenak menatap rumah itu dengan seksama. Samar-samar dia merasakan energi negatif yang cukup kuat yang berasal dari rumah itu.

Regina melihat seorang pria tua yang duduk di kursi roda menatap kosong ke depan. Gadis itu mengamati pria itu seksama dan terlihat sesuatu berwarna hitam menyelimuti tubuh pria tua itu.

Tiba-tiba saja kursi roda pria tua itu melaju ke arah luar rumah menuju jalan raya, membuat pria itu tersadar dan panik, mencoba menghentikan laju kursi rodanya yang tiba-tiba saja kehilangan arah. Regina bergegas berlari menghampiri pria tua itu dan berhasil menahan laju kursi roda pria tua itu hingga berhenti satu meter dari jalan raya.

"Anda tidak apa-apa, Tuan?" Tanya Regina ramah sambil mendorong kursi roda itu menjauh dari jalan raya.

"Terimakasih, Nak. Terimakasih." Pria itu mengucapkan terimakasih dengan tubuh bergetar.

Regina menghentikan laju kursi rodanya dan berjongkok di hadapan pria tua itu. Lalu dia mengeluarkan energi spiritual di tangannya dan menepuk bahu pria tua itu.

"Maaf, apakah Anda sudah lama memakai kursi roda?" Regina bertanya dengan sopan, membuat pria tua itu menghela nafas sedih.

"Iya. Dokter mengatakan aku lumpuh dan tidak ada kesempatan untuk pulih."

Regina memindai kaki pria itu dengan matanya dan menemukan sesuatu yang mencurigakan.

"Maaf, Kek. Tapi apa boleh saya memeriksa kaki Kakek? Mungkin saja ini berkaitan dengan non medis."

Pria itu menatap Regina sejenak dengan tatapan menilai. Tidak ada salahnya mencoba dengan hal-hal non medis, mengingat selama sepuluh tahun ini dia sudah berobat ke berbagai dokter terbaik dan hasilnya sama saja.

"Tentu! Tentu! Mari mampir ke rumah ku." Pria itu membalikkan kurus rodanya dan mendorongnya menuju arah rumahnya.

Regina berdiri dan menyusul pria itu.

"Kakek, biar saya saja yang mendorongnya." Regina berkata dengan lembut sambil mendorong pelan kursi roda itu.

Pria itu hendak menolak, namun Regina sudah membawanya memasuki halaman rumahnya. Pria tua itu hanya bisa mengucapkan terimakasih dengan canggung.

"Oh, terimakasih."

Sesampainya di rumah itu, Regina merasakan hawa negatif yang begitu pekat memenuhi rumah itu.

"Sudah berapa lama Kakek tinggal di sini?" Regina bertanya sambil sesekali melirik ke dalam rumah berlantai dua milik pria tua itu.

"Sudah sepuluh tahun terakhir. Putra dan menantuku yang membelikan rumah ini sesaat setelah aku mengalami kecelakaan."

Regina menganggukkan kepalanya dan berjalan memasuki rumah itu sambil mendorong kursi roda. Setelah tiba di ruang tamu, mata Regina memicing saat melihat sumber aura hitam itu.

"Kakek, saya melihat banyaknya aura hitam di rumah ini. Bolehkah saya membersihkannya?" Regina bertanya dengan tatapan memelas penuh harap, membuat pria tua itu tak tega menolaknya namun tetap memasang kewaspadaan.

"Sungguh?" Pria tua itu bertanya dengan ragu-ragu.

"Iya. Sebenarnya saya adalah ahli spiritual dan seorang polisi menyuruh saya menjadi asisten detektif." Regina menjawab dengan ekspresi serius.

"Silahkan."

Setelah mendapatkan persetujuan, Regina memulai aksinya. Dia berjalan ke sumber hawa hitam itu bermula dan mengeluarkan energi spiritual nya.

Cahaya menyilaukan tiba-tiba muncul begitu saja saat Regina menyentuh sebuah dinding. Terlihat dinding itu retak dan muncul beberapa tulang manusia di balik dinding itu, membuat sang pemilik rumah shok berteriak ngeri.

"Wah, aku tak menyangka jika rumah ini di bangun dengan menggunakan tubuh manusia. Pantas saja hawanya begitu negatif." Regina berkata dengan serius lalu kembali menatap sang pemilik rumah.

"A-aku tidak tau. Aku hanya menempati rumah ini setelah sepuluh tahun." Pria tua itu tampak shok dengan apa yang dilihat nya.

"Hmm~ Apa aku boleh membersihkan rumah ini? Siapa tau ada beberapa hal yang di sembunyikan di dalam sana dan bisa menjadi penyebab sakit Anda." Regina memberikan tawaran dan negosiasi

Pria tua itu memutuskan menyetujuinya.

🐾🐾

Sebuah alat berat membongkar bagian belakang rumah berlantai dua di awasi oleh beberapa petugas kepolisian atas laporan dari Regina. Bahkan pemilik rumah itu, Zhu Zuho hanya bisa menonton dengan wajah yang tegang.

Bagaimana tidak, rupanya rumah ini di bangun diatas makam tanpa nama dan diduga makam itutelah berusia tiga puluh tahun.

"Saya sungguh tidak tau jika rumah yang saya tempati selama sepuluh tahun ini merupakan sebuah makam." Zhu Zuho memberikan kesaksiannya dengan wajah pucat.

Sebuah eskavator mengangkat sebuah tanah berisi beberapa tulang manusia membuat Zhu Zuho memucat ingin menangis. Rupanya halaman belakang merupakan tempat pembuangan jasad korban pembunuhan.

Regina mendekat lubang bekas galian itu dan memeriksanya. Gadis itu melompat turun dan melihat sekumpulan makhluk halus dengan energi gelap yang cukup kuat memenuhi area itu.

Regina mengeluarkan kekuatan spiritual nya untuk membersihkan area makam, sehingga energi gelap yang berada di sana terurai, memperlihatkan beberapa roh dengan paras rupawan sedang menangis.

"Kenapa kalian menangis?" Regina bertanya dengan lembut membuat mereka menoleh dan menatap Regina penasaran.

"Kami tidak bisa pergi mengingat kami sudah terperangkap cukup lama di sini." Salah satu roh perempuan dengan berlinang air mata menatap Regina dengan sedih.

"Kalian bisa pergi dengan tenang sekarang dan bereinkarnasi. Aku harap kalian bisa terlahir kembali dengan keadaan yang lebih baik." Regina meyakinkan mereka.

"Kami bisa pergi dengan tenang jika jasad kami di temukan dan dimakamkan dengan layak." Sesosok roh laki-laki menatapnya dengan kesedihan.

"Tolong, Nona. Temukan jasad kami dan makamkan kami dengan baik."

"Aku sudah menemukan tubuh kalian dan akan memakamkannya dengan layak. Mengingat jasad kalian sekarang tinggal tulang saja dan sedikit sulit untuk mengidentifikasi nya." Regina menjelaskan.

Kini mereka melihat-lihat pihak kepolisian mengidentifikasi kerangka temuan Regina. Sesekali Regina membantu pihak kepolisian dan detektif untuk mencocokkan tulang itu berdasarkan informasi milik roh dari pemilik kerangka itu, mengingat beberapa tubuh terpisah dari tempatnya.

Usut punya usut, ternyata mereka adalah korban hilang tiga puluh tahun lalu dan kebanyakan mereka adalah pengusaha muda yang memiliki banyak saingan. Sebagian besar mereka berusia dua puluh sampai tiga puluh tahun.

"Kemungkinan pelakunya satu orang." Regina berkata tiba-tiba setelah mendengar cerita dari salah satu roh itu, membuat beberapa orang menoleh ke arahnya dengan dahi berkerut.

"Bagaimana kau bisa menyimpulkannya seperti itu?" Lui Ahin bertanya dengan heran. Pasalnya tim penyidik kesulitan mengidentifikasi jasad itu mengingat tinggal kerangkanya saja.

"Perhatian baik-baik potongan tubuh ini." Regina menunjuk ke arah tulang-tulang itu, "Bukankah polanya sama?"

Mereka memperhatikan dengan seksama dan mulai menyadarinya.

"Potongan tubuhnya tampak sama, mukanya juga sama. Kemungkinan mereka orang yang sama. Dan itu tugas kalian untuk menyelidikinya." Regina berlalu dari sana dan menghampiri Zhu Zuho yang menatapnya dengan kekaguman.

"Kakek, rumah ini sudah bersih dan aman untuk di tinggali. Sekarang Kakek sudah bisa tinggal di sini karena auranya sudah bagus. Dan menurut fheng sui, ini benar-benar rumah yang sangat bagus."

"Terimakasih... Terimakasih... Bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu, Nak?"

"Tidak perlu, Kek." Regina membalas dengan senyum manis yang tulus.

Zhu Zuho segera merogoh sakunya dan menyerahkan kartu namanya. Regina menerimanya dengan dahi berkerut.

"Hubungi aku jika memerlukan sesuatu."

Regina membaca kartu nama itu dan menatapnya kebingungan, "Executive CEO?"

"Artinya dia adalah seorang pengusaha dengan jabatan tertinggi." Shan Deo berkata di sampingnya, membuat Regina menoleh dan ber'oh' ria membuat dua pria itu mengerutkan alisnya.

"Apakah dia benar-benar tidak tau atau bodoh?" Gumam Shan Deo saat melihat ekspresi Regina yang seperti orang bodoh. Tidak seperti orang-orang pada umumnya yang langsung jaga sikap saat melihat orang berpangkat tinggi atau orang kaya, tetapi gadis ini tampak seperti kebingungan.

Sementara itu Zhu Zuho terkekeh saat mendapati reaksi Regina yang di luar ekspentasinya. Tidak seperti banyak orang yang langsung menjilatnya, tetapi dia terlihat biasa-biasa saja.

"Oh, ya, Kek. Kakek perlu minum obat ini untuk menyembuhkan kaki yang sakit. Obat ini bisa menyembuhkan penyakit apapun dan membuat orang yang meminumnya menjadi sehat dan berumur panjang." Reguna menyerahkan sebuah botol berisi ramuan buatannya yang di sambut dengan ragu-ragu oleh Zhu Zuho.

"Benarkah?"

"Tentu saja. Itu adalah ramuan buatanku yang terbuat dari tanaman herbal yang bahkan berusia puluhan ribu tahun."

Zhu Zuho memutuskan meminum ramuan Regina dan seketika dia merasakan tubuhnya segar bugar. Dia menatap Regina penuh rasa terimakasih.

Terpopuler

Comments

Khoerun Nisa

Khoerun Nisa

tor klu LM up nya tolong jgn cm 1 bab ushkn 2 atu 3 bgtu

2023-11-12

1

Fransiska Husun

Fransiska Husun

jangan2 it ramuan yg sama yg bikin liu anhi gak bisa tidur selama 1bln🤔

2023-11-10

0

Fransiska Husun

Fransiska Husun

up up lagiiiii semangat thor

2023-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!