Bab 8

Veronica menyeret Regina menuju sebuah mall dan membawanya masuk ke dalam sebuah butik. Regina yang baru pertama kali masuk ke dalam sana hanya bisa berdecak kagum dalam hati.

"Kau tidak pernah ke mall?" Tanya Veronica pada Regina yang masih celingukan mengamati sekitar dengan tatapan kebingungan.

"Mall?" Beo Regina dan menggeleng. 'Di jamanku di sebut pusat perbelanjaan meski tidak modern seperti ini.' Dia membatin dalam hati.

Veronica mengajaknya ke sebuah eskalator yang lumayan tinggi sambil menyeret Regina yang masih menatap sekeliling dengan antusias.

"Tangganya bergerak." Pekik Regina saat melihat sebuah eskalator yang bergerak naik turun di depannya.

"Itu namanya eskalator. Ayo naik. Jangan menginjak garis kuning jika tak ingin jatuh." Ucap Veronica sambil melangkahkan kakinya ke eskalator lalu berbalik menjulurkan tangan ke arah Regina.

Regina menyambut juluran tangan Veronica dan ikut melangkahkan kakinya ke dalam eskalator. Dia menggenggam tangan Veronica dan berusaha menjaga keseimbangan nya.

Mereka berdua berjalan-jalan dan berbelanja berbagai pakaian dan aksesoris, setelah itu menuju toko perabotan. Tidak lupa mereka makan di salah satu restoran yang ada di mall itu.

Regina meminta Veronica mengantarkannya menuju stand makanan dan memilih beberapa jenis bahan makanan dan bumbu dapur. Tidak lupa gadis itu mencari toko buku untuk mencari sebuah buku resep masakan.

Setelah puas berbelanja, mereka memutuskan pulang ke apartemen.

"Terimakasih atas bantuannya hari ini." Ucap Regina sambil menenteng beberapa paper bag.

"Jangan sungkan. Jika kau butuh bantuan, datang saja padaku." Ucap Veronica dan kembali ke apartemennya yang terletak dua unit dari kamarnya.

Regina Xiau memasuki unit apartemennya lalu meletakkan paper bag di sofa. Dia mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu lelah.

Dia tiba-tiba mengingat belanjaannya dan segera membongkarnya. Setelah selesai memisahkannya, Regina segera menuju dapur dan menyusun bahan makanannya di kulkas berdasarkan petunjuk yang terdapat di buku resep masakan.

Selesai dengan mengisi kulkas dan rak dapur, Regina memutuskan masuk ke dalam kamarnya sambil membawa beberapa paper bag yang tersisa.

Regina menatap kamar barunya. Terlihat luas dan monoton dengan warna putih. Gadis itu memutuskan mengeluarkan isi dari paper bag lalu menyusun barangnya satu persatu.

Setelahnya Regina mengeluarkan beberapa hiasan dinding yang sengaja dia beli karena terlihat cantik. Dengan kekuatan kultivasinya, Regina menyelesaikannya dalam waktu singkat.

Regina memutuskan untuk mandi. Dia mengambil sebuah handuk yang baru saja di belinya dan tiga botol yang entah apa isinya. Segera gadis itu melesat menuju kamar mandi sambil membawa ketiga botol itu.

"Hmm, bagaimana cara menggunakan alat ini, ya?" Batinnya kebingungan saat melihat sebuah shower. Regina mecari-cari petunjuk di sekitar shower itu, namun hanya terlihat sebuah tulisan 'air panas' dan 'air dingin' di dekatnya.

Tidak kekurangan akal, gadis itu memutuskan mengutak-atik shower itu dan seketika berjengit kaget saat dirinya terkena percikan air.

Regina mulai paham lalu teringat akan tiga botol yang sempat dia bawa tadi. Regina membaca produk itu satu persatu dan mengangguk paham

"Aku merasa hidup di dunia ini sangat ribet daripada menghindari lamaran dari seorang pangeran." Celetuknya sambil meletakkan dua botol di atas wastafel.

🐾🐾🐾

Regina tampak sibuk di dapur sambil membaca sebuah buku resep. Dengan menggunakan kekuatan kultivasinya, gadis itu tampak sibuk berkonsentrasi dengan kegiatannya.

Ya, dia memasak tanpa menyentuh peralatan masak. Di sebelahnya terdapat sebuah wajan anti lengket melayang di atas kompor yang menyala dengan spatula yang menari sendiri tanpa di sentuh. Aroma wangi masakan tercium memenuhi dapur.

Regina mencoba mempraktekan sebuah menu yang dia baca di buku resep. Kali ini dia mencoba memasak sebuah capcay.

"Aku tidak pernah memasak menu aneh seperti ini. Aku harap rasanya tidak begitu buruk." Regina mencubit dagunya sambil menatap wajan anti lengket yang melayang dengan spatula yang tampak sibuk mengaduk.

"Aku hanya tau makanan rebusan dan bakaran. Tetapi di dunia ini ada bermacam-macam jenis rupanya. Bahkan alat masaknya sangat banyak dan ribet." Dia bergumam sendiri.

Setelah matang, Regina menyajikan nya di atas piring, tak lupa gadis itu mematikan kompor terlebih dahulu. Regina memutuskan membawa hasil masakannya ke ruang makan bertepatan dengan berbunyinya bel apartemen miliknya.

'Ting tong' 'Ting tong'

Regina menebak Veronica datang berkunjung. Benar saja, begitu gadis itu membuka pintu apartemen, terlihat Veronica nyengir lebar di hadapannya dengan tatapan tanpa dosa.

"Ayo masuk." Regina mempersilahkan gadis itu masuk ke unitnya dan menutup pintu setelah Veronica masuk ke dalam.

"Aku sedang mencoba membuat makan malam. Ayo coba dulu." Regina membimbing Veronica menuju ruang makan. Di sana tertata sebuah nasi dan capcay saja, mengingat gadis itu hanya tinggal seorang diri.

"Kau tinggal di sini sendirian?" Tanya Veronica setelah duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

"Ya. Aku sebatang kara tanpa sanak saudara. Ayahku sudah lama meninggal." Regina tidak mungkin menceritakan asal usulnya. Meskipun nuraninya mempercayai gadis ini, tetapi lebih baik dia merahasiakannya dulu.

Meskipun ayahnya masih hidup dan berada di dimensi yang berbeda, tetapi Regina tidak pernah merasakan kasih sayangnya sejak kecil. Dia hanya fokus pada putri dari seluruh kesayangannya saja.

"Ayo makan." Regina sudah mengambil nasi dan capcay, mempersilahkan Veronica mengambil bagiannya juga. "Aku memasak terlalu banyak hari ini." Celetuknya menambahi.

Veronica membulat saat merasakan makanan buatan Regina yang benar-benar luar biasa. Seketika gadis itu makan seperti orang kesetanan.

"Ini luar biasa, belum pernah akun merasakan masakan seenak ini." Pujinya sambil memasukan makanan ke mulutnya dengan lahap.

"Makanlah yang banyak." Ucap Regina sambil menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Apa yang di katakan Veronica benar, rasanya terlalu enak.

🐾🐾🐾

Regina mempelajari berbagai hal tentang tempatnya tinggal dengan cepat dan mulai bisa beradaptasi. Kini gadis itu mulai terbiasa dengan teknologi dan transportasi yang berada di sekitarnya.

Regina memutuskan pergi ke perpustakaan kota untuk membaca beberapa buku, namun tatapannya tak sengaja menemukan Shan Deo yang berlari kejar-kejaran dengan seorang pemuda tampan. Apakah pria itu menyatakan perasaan cintanya? Khayalannya bekerja dengan baik dan membuatnya merona seketika.

Namun Regina harus merelakan khayalan tentang Shan Deo pupus seketika saat pria yang sedang dikejar oleh Shan Deo menghampiri nya lalu menjadikannya sandera.

"Jangan bergerak atau wanita ini aku bunuh!" Serunya sambil menodongkan pistol ke arah Shan Deo dan timnya yang kini telah mengepung mereka. Regina yang paham situasi memutuskan diam mencari celah.

Pria yang menyanderanya menodongkan pistol ke arah kepalanya yang sukses membuat Regina kesal. Segera gadis itu menyikut perut pria itu lalu berputar melepaskan lehernya yang di cekik dengan siku dan menghajarnya dalam sekali pukul.

'Brukh'

Pria itu terkapar tak berdaya sambil meringis kesakitan. Dua orang polisi menghampiri pria itu lalu meringkusnya.

"Terimakasih, Nona kecil. Anda tidak apa-apa?" Salah satu polisi menghampirinya lalu memeriksa keadaan Regina.

"Aku baik-baik saja." Regina menjawab dengan tenang. "Apakah dia penjahat?" Tunjuknya pada seorang pria yang dipapah ke mobil oleh dua orang polisi.

"Benar. Dia penjahat yang mencoba kabur saat diinterogasi. Sekali lagi terimakasih."

Regina mengangguk dan berlalu meninggalkan tempat itu.

"Regina, mulai besok kau bekerjalah padaku." Ucap Shan Deo saat Regina hendak melewatinya.

Gadis itu menghentikan langkahnya dan tampak berpikir sejenak. Dia memang membutuhkan uang untuk bertahan hidup di dunia ini. Mungkin tawaran dari Shan Deo bisa menjadi solusinya.

"Baik. Tapi kau harus membayar jasa ku nanti."

"Tenang saja. Jangan khawatirkan itu. Mulai besok datanglah ke kantor." Shan Deo menyerahkan sebuah kartu nama lengkap dengan alamat pada Regina.

Regina menerima kartu nama dan membacanya sekilas lalu menyimpannya dalam tas kecil yang di bawanya. "Oke. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa besok."

Terpopuler

Comments

Ddyat37 Del*

Ddyat37 Del*

terus up Thor semangggaaatttttttt

2023-10-14

0

jejes879397

jejes879397

up terus jangan berhenti

2023-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!