Bab 15

Beberapa polisi menodongkan senjatanya ke arah seorang pria bernama Muo Arkan yang tengah menyandera Veronica yang menangis kencang. Niat hati ingin melepas kekesalan malah berakhir menjadi sandera pria itu.

Liam Wen dan Lui Ahin mencoba mengulur waktu untuk mencoba membebaskan Veronica dan menangkap pria itu sambil memikirkan cara dan berbagai skenario di kepala mereka.

"Jangan mendekat atau wanita ini akan aku habisi!" Muo Arkan menodongkan pisau ke leher Veronica yang menangis kencang.

"Tenangkan dirimu. Katakan apa yang kau inginkan dan lepaskan gadis itu." Shan Deo mencoba membujuk Muo Arkan.

Regina yang sedang kesal menendang sebuah kerikil dengan kekuatan penuh, bertepatan dengan Muo Arkan yang hendak menusuk leher Veronica.

'Pletak'

"Aarrhhhh!"

Sebuah kerikil mengenai tangan Muo Arkan yang sedang memegang pisau dengan telak, membuat pisau itu terjatuh. Secara refleks pria itu memegang tangannya yang mengucurkan darah.

Liam Wei segera menarik Veronica dan menyerahkan pada seorang polisi wanita untuk menenangkan nya, sementara yang lainnya tengah meringkus Muo Arkan yang meringis kesakitan.

Shan Deo menoleh mencari orang yang menggagalkan aksi penyanderaan itu dan melihat Regina Xiau yang berdiri mematung tak jauh dari sana.

Regina hanya bisa nyengir lebar saat melihat Shan Deo, Lui Ahin dan beberapa anggota polisi yang menatapnya dalam keterkejutan. Sudah menjadi hal umum jika gadis itu berhasil membekuk beberapa buronan dengan mudah selama sebulan terakhir.

Sontak Lui Ahin menghampiri gadis itu dan mengucapkan banyak-banyak terimakasih.

"Regina! Terimakasih sudah membantu kami berkali-kali!" Lui Ahin menepuk pucuk kepala gadis itu dengan bangga.

Regina yang baru pertama kali mendapat hal itu membelalakan mata sejenak lalu tersenyum, "Maaf, tadi aku tak sengaja. Kalau begitu aku pergi dulu."

Regina segera teleportasi meninggalkan Lui Ahin yang tampak terheran-heran dengan kepergian Regina. Seakan teringat dengan tangkapan mereka, pria itu menyuruh anak buahnya membawa Muo Arkan ke rumah sakit kepolisian sebelum menjebloskan ke penjara.

🐾🐾

Regina duduk di atas rooftop sebuah gedung, menikmati semilir angin sore yang menyejukkan di tambah dengan pemandangan sunset yang indah. Pertama kalinya gadis itu melihat sunset dari ketinggian, biasanya dirinya menyibukkan diri dengan bertarung atau latihan. Sangat jarang bersantai seperti di dunia tempatnya nyasar sekarang.

Gadis itu memejamkan matanya, menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang memainkan rambut panjangnya yang kini di gerai tanpa mengguanakan hiasan apapun.

Regina membuka matanya, menatap langit sore yang tampak indah dengan pikiran yang menerawang ke masa lalu.

Regina ingat saat dirinya menjadi Lin Yue, dimana dirinya selalu di abaikan oleh ayahnya sejak kecil karena kenakalannya. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan kasih sayang sang ayah mengingat ibunya merupakan anak dari seorang bangsawan miskin yang dijodohkan.

Kehidupan Lin Yue yang begitu miris membuatnya harus memutar otak untuk bertahan hidup. Meskipun ayahnya merupakan bangsawan kaya, tetapi dirinya diperlakukan berbeda.

Beberapa selir ayahnya sering kali menindas sang ibu dan dirinya, bahkan tak pernah memakan makanan layak karena uang yang diberikan tidak cukup untuk membeli beberapa bahan makanan.

Untungnya sang ibu bukanlah wanita yang mengemis perhatian sang suami. Kerap kali wanita yang telah mengandung dan melahirkan dirinya mengajarkan banyak hal, mulai dari berburu, meracik obat, membuat racun dan penawar, kultivasi bahkan bela diri meskipun sang ayah tidak pernah meliriknya.

Dirinya pernah iri dengan sang kakak maupun sang adik yang mendapatkan kasih sayang melimpah dari ayahnya, namun Lin Yue di sisihkan. Saat saudaranya menyambut kedatangan sang ayah dengan penuh suka cita dan mendapatkan tatapan hangat penuh kasih dari sang ayah, sementara dirinya hanya bisa melihat dari jauh dan acapkali mendapatkan tatapan dingin.

Berbagai cara yang dia lakukan agar ayahnya mau peduli dengannya, tetapi rupanya sia-sia saja. Sang ayah tidak pernah peduli dengan urusannya dan memilih abai.

Saking seringnya membuat masalah, beberapa penjaga penjara dan prajurit tampak akrab dengannya. Bahkan mereka memperlakukan Lin Yue layaknya keluarga.

Lin Yue merasa beruntung banyak orang yang baik padanya. Dan dirinya beruntung menjadi anak yang di abaikan, sehingga dirinya tidak menjadi incaran bangsawan tinggi, mengingat para kakak perempuannya menikah dengan sebuah perjodohan.

Dia bahkan pernah hampir menyemburkan tawa saat melihat calon suami kakak perempuan

kelimanya yang merupakan seorang pria paruh baya dan sang kakak yang merupakan salah satu putri kesayangan sang ayah menjadi selir ke dua puluh.

Dan untungnya Regina selalu berhasil menyelinap keluar dari acara-acara penting sehingga dirinya tidak pernah terekspos oleh para bangsawan, dan karena itu juga dirinya sering menyelinap ke ruang rahasia para bangsawan dan mencuri beberapa barang mahal di sana.

Meskipun begitu, tetap saja dirinya merindukan kasih sayang ayah kandungnya sendiri.

"Lupakan itu. Lagipula sekarang aku sudah berada di dunia baru. Dimana tidak ada drama bangsawan kaya yang terjadi hampir setiap hari." Regina menepuk pipinya, berusaha menenangkan diri dan segera terbang menuju unit apartemen miliknya sesaat setelah senja menyelesaikan tugasnya.

🐾🐾

Malam hari di kediaman Lui Ahin...

Lui Ahin akhirnya bisa bernafas lega saat dirinya mulai menguap. Sudah sebulan ini dirinya tidak tidur dan sering kali menatap iri sang istri yang dengan mudahnya bercumbu dengan alam mimpinya.

Sementara dirinya harus menahan siksaan karena menunggu pagi menjelang tanpa memejamkan mata, bahkan tak jarang dirinya menyelesaikan banyak tugas dan menyiapkan banyak alasan pada sang istri.

"Sayang~ Akhirnya malam ini aku bisa bersamamu lagi~ Muach... Muach~" Lui Ahin memeluk bantal guling dan menciumnya dengan mesra, begitupun dengan sebuah bantal yang tak luput dari ciumannya, membuat sang istri yang baru memasuki kamar menatap pria itu dengan heran.

Wanita cantik itu berpikir jika suaminya sedikit gila akibat jarang tidur dan selalu lembur selama sebulan. Sepertinya dia ingin menyuruh pria itu mengambil cuti selama beberapa hari.

"Aku harus menahan rasa iri dan kesal saat istriku dengan mudahnya tertidur lelap, sementara aku harus melek setiap malam selama sebulan terakhir. Regina Xiau, Bocah tengik sialan! Lain kali aku akan memberikan tugas lebih berat untukmu! Lihat saja nanti!" Dia bergumam dengan sambil meremas guling dan memukul guling tak bersalah itu dengan keras, membuat sang istri yang berdiri kaku merasa was-was.

Siapa Regina Xiau itu? Dia penasaran dengan nama yang membuat suaminya tidak tidur selama sebulan penuh.

"Sayang?" Panggil sang istri, Lui Dhea penasaran sambil melangkah menuju ranjang dan membaringkan diri di sebelah sang suami. Wanita itu menatap Ahin dengan alis berkerut.

"Oh~ Maafkan aku yang memukulmu terlalu kencang." Bukannya menyahut panggilan Dhea, pria itu malah mencium mesra bantal gulingnya yang membuat Dhea tak habis pikir. Apakah suaminya memiliki gangguan kejiwaan?

Dan lihatlah! Lui Ahin tidur dengan memeluk erat si bantal guling sambil tersenyum manis! Mengabaikan dirinya yang kini telah berbaring di hadapan pria itu.

"Apakah yang akan terjadi bila anak-anak mengetahui ayahnya gila malam ini?" Dhea bergumam speechless.

Wanita itu lebih memilih memunggungi sang suami yang tampak asik bercumbu dengan bantal guling dari pada dirinya. Dia mencoba mengerti posisi sang suami sebagai kepala kepolisian, apalagi dia sering mendengar Ahin mengumpati orang bernama Regina. Entah apa yang dilakukan oleh orang itu hingga membuat suaminya seperti orang gila malam ini.

Meski rasa penasaran tinggi tentang sosok bernama Regina yang kadang harus membuat dirinya cemburu, tetapi dia percaya jika sang suami tidak bermain api di belakangnya.

Saat Lui Ahin tertidur, Dhea memutuskan mengecek ponsel suaminya karena penasaran. Setelah berhasil membuka ponsel pria itu, Deha mengecek riwayat panggilan dan pesan.

Dhea melihat beberapa pesan dari anak buahnya dan sebuah pesan dikirimkan oleh seseorang bernama Regina Xiau, nama yang sering di sumpah serapahi oleh suaminya sejak tiga minggu lalu.

Apakah dia orangnya? Batin Dhea bertanya-tanya.

Dia memutuskan mengecek percakapan sang suami dengan nama itu dan matanya membelalak kaget.

Dia menatap sang suami dengan kasihan dan hampir menyemburkan tawa saat membaca pesan-pesan Regina dengan Ahin.

Percakapan mereka terlihat seperti kakak adik yang sedang bertengkar. Apalagi Regina yang menjawab pesan dari Ahin dengan singkat, padat dan jelas sementara Ahin mengiriminya pesan panjang yang lebih mirip dengan interogasi diiringi beberapa nasihat dan larangan.

"Aku jadi penasaran dengan Regina Xiau." Batinnya setelah mengembalikan ponsel sang suami dan merebahkan tubuhnya di sebelah Ahin. Dhea menatap wajah tampan sang suami yang tertidur nyenyak sambil memeluk bantal guling dengan erat. Sedikit kasihan hinggap di hatinya setelah diam-diam membaca chattingan suaminya dengan beberapa anak buahnya. Dan diantara anak buahnya, dia menebak Regina adalah biang onar.

Terpopuler

Comments

jejes879397

jejes879397

kuharap up nya lebih cepat

2023-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!