Bab 18

'Tok' 'Tok'

Regina yang tengah bersantai mengernyitkan dahinya tatkala seseorang mengetuk pintu apartemennya. Segera gadis itu berjalan menuju pintu dan membukanya. Terlihat Shan Deo berdiri di depan pintu dengan pakaian santai.

"Ada apa?" Regina bertanya setelah mempersilahkan Shan Deo masuk.

"Apa kau ada kesibukan hari ini?" Shan Deo bertanya setelah mendudukkan diri di sofa empuk milik Regina dan menyalakan televisi yang ada di sana.

"Tidak. Jadwalku kosong."

"Kalau begitu, maukah kau menemani ku pergi ke suatu tempat?" Shan Deo bertanya dengan memasang raut memohon yang membuat Regina tak tahan. Entah mengapa terlihat seperti harimau salju milik pangeran ke sembilan di tempatnya dulu.

Omong-omong tentang harimau salju, Regina yang dulu bernama Lin Yue bersama Pangeran ke sembilan seringkali bertengkar dan berkelahi kapanpun dimanapun saat mereka bertemu. Bahkan dengan terang-terangan gadis itu pergi menggondol harimau salju itu dari hadapan pemiliknya begitu saja. Alhasil harimau salju yang merupakan hewan roh tingkat tinggi berubah menjadi manusia dan bertarung dengan Lin Yue, tentu saja di ladeni dengan senang hati oleh gadis itu.

Bahkan pertarungan itu dimenangkan sepihak oleh Lin Yue dengan liciknya. Di tengah-tengah pertarungan sengit itu, Lin Yue berhasil mencium pipi siluman itu dan pergi meninggalkan jelmaan harimau yang membatu sambil bersenandung bahagia.

Pangeran kesembilan yang melihat hal itu marah tak terima, apalagi setelah mendengar laporan langsung dari harimaunya yang menangis kejer minta keadilan dan melaporkan Lin Yue ke pihak keamanan membuat gadis itu mendekam di penjara selama seminggu.

"Kemana? Berburu penjahat?" Regina bertanya dengan malas. Gadis itu sudah amat bosan dengan kegiatannya untuk menangkap penjahat dan dia ingin menikmati waktu bebasnya sejenak.

"Aku mendengar pihak militer akan mengadakan pameran senjata. Aku ingin mengajakmu pergi kesana."

Militer dan senjata. Regina yang baru dua bulan tinggal di dunia ini sangat penasaran dengan Militer dan persenjataan nya. Jika di tempatnya, para Militer Kerajaan maupun Kekaisaran menggunakan senjata berupa pedang, panah maupun tombak dengan berkendara kuda. Lalu di dunia ini seperti apa?

"Baik. Aku ikut."

🐾🐾

"Wah~"

Regina menatap sekeliling dengan tatapan berbinar. Terlihat beberapa pasukan tentara yang wara wiri sambil membawa senjata mereka atau kendaraan khusus perang yang pertama kali dilihat olehnya.

Seorang tentara pria menjadi pemandu mereka sambil memberikan beberapa penjelasan kepada keduanya tentang beberapa kendaraan Militer ataupun senjata tempur mereka.

Lalu pemandu itu membawa mereka ke stand senjata, dimana terdapat beberapa senjata laras panjang berjejer rapi di sana. Dan Regina menatap sebuah benda bulat yang terdapat di sana.

"Ini apa?" Regina bertanya sambil mengambil benda bulat tersebut dan menimangnya.

"Hati-hati dengan itu. Jangan sembarangan memainkannya, Nona. Salah-salah bisa meledak." Seorang tentara perempuan memperingati dengan tegas saat melihat tangan Regina hendak menyentuh tutup benda bulat itu.

Dan Regina buru-buru meletakkannya di tempat semula.

"Yang tadi Nona ambil itu adalah granat. Sejenis bom yang bisa meledak jika tutupnya di buka lalu di lemparkan. Daya hancurnya tidak luas tetapi bisa meruntuhkan bangunan dan membuat tubuh hancur." Wanita berseragam tentara menjelaskan.

"Ini adalah bazooka, sekali tembak bisa membuat tubuh menjadi bubur dan bisa menghancurkan apapun yang dilewatinya."

Regina merinding ngeri mendengarkan penjelasan dari wanita itu. Senjata ini amat berbahaya dan sangat mengerikan meskipun tampak cantik di matanya.

Lalu sebuah perdebatan terjadi tak jauh dari sana, dimana seorang aparat kepolisian dan aparat militer tengah adu mulut di sana membuat Shen Dao dan Regina menatap mereka dengan penasaran.

"Apakah pria berpakaian tentara itu dari pasukan militer?" Regina bertanya sambil memiringkan kepalanya.

"Benar. Dia berasal dari pasukan khusus." Wanita itu menjawab.

"Hei, Shan Deo. Lihat polisi palsu itu." setelah berkata demikian, Regina segera pergi menghampiri kerumunan itu, meninggalkan Shan Deo yang memijat kepalanya yang mendadak terasa pecah.

Entah apa lagi yang akan dilakukan oleh asisten biang masalahnya itu!

Setelah menyusul Regina, keduanya menonton perdebatan antara salah satu tentara dengan seorang perwira kepolisian, hingga seorang perwira itu naik darah dan melayangkan tinjuan ke arah tentara itu.

Baku hantampun terjadi, membuat Regina tertarik dan menonton pertarungan itu dengan antusias tanpa berniat melerainya. Dia mengambil sebuah cemilan dan menawarkan pada Shan Deo yang berdiri di sebelahnya.

Keduanya menonton drama baku hantam itu hingga seorang perwira tertinggi Militer dan Lui Ahin datang menghentikan kekacauan itu.

🐾🐾

"Bagaimana bisa kepala Kepolisian Lui bisa sampai disini?" Tanya Shan Deo pada Regina yang kini tengah makan siang dengan khidmat.

"Aku meneleponnya tadi dengan mengatakan seorang dari pihak kepolisian membuat kekacauan pada pangkalan tentara yang sedang melakukan pameran." Regina menjawab santai setelah menyeruput kuah lalu bersendawa dengan anggunly.

Shan Deo memperhatikan semua gerak gerik Regina yang begitu anggun, seolah seperti seorang putri bangsawan tempo dulu. Padahal sekarang sudah bukan lagi jaman kerajaan dan etiket itu dipergunakan oleh orang kelas atas.

Dan dia tidak menyangka jika gadis itu begitu jeli meskipun menimbulkan kekacauan.

"Kau tau dari mana jika pria itu merupakan anggota kepolisian?" Shan Deo kembali bertanya.

"Dia bukan dari anggota kepolisian. Dia menyamar sebagai anggota kepolisian dan sengaja membuat ulah dengan salah satu perwira militer agar bisa menimbulkan perselisihan antara militer dan polisi." Regina menjawab santai lalu tersenyum cerah, "Dan aku sudah memberikan ramuan kejujuran saat cekcok tadi. Sekarang biarkan dia berceloteh ria bersama beberapa anggota militer."

"Dengan Nona Regina Xiau?" Seorang perwira militer tiba-tiba datang menghampiri Regina, membuat Shan Deo dan Regina menoleh ke arah seorang pria tampan yang menggunakan seragam tentara.

"Ya, saya sendiri."

"Saya Wang Hu, dari pangkalan udara. Anda diminta hadir oleh komandan kami sekarang juga." Ucap Wang Hu.

Shan Deo buru-buru berdiri dan menyapa Wang Hu dengan ramah, "Saya Shan Deo, detektif swasta kota Dyrhan dan dia asisten saya, Regina Xiau. Kalau boleh tau ada apa komandan militer memanggil asisten saya?"

"Saya kurang tau pasti, tetapi bisakah kalian hadir?"

Regina segera berdiri dan menyetujui ajakan Wang Hu, "Tentu saja bisa. Kebetulan kami lagi senggang."

Dan kini mereka tiba di ruangan milik komandan militer. Terlihat seorang pria paruh baya berkisar empat puluh tahunan menatap keduanya dengan ramah.

"Terimakasih telah membantu kami. Untung saja Anda berhasil menghentikan gencatan senjata antara pihak militer dengan kepolisian." Ucap pria paruh baya itu dengan name tag 'Lao Hoshi' dengan ramah.

"Sama-sama, Komandan. Dan orang itu bukan dari anggota kepolisian." Regina menjawab dengan jujur sambil menatap komandan militer dengan berbagai atribut menghiasi pakaiannya.

Mereka mulai berbincang-bincang singkat selama dua jam. Regina yang jeli menangkap sesuatu pada tubuh Lao Hoshi.

"Sepertinya Anda terlihat kurang sehat." Celetuk Regina tiba-tiba saat melihat komandan itu terbatuk-batuk.

"Akhir-akhir ini kondisiku sedikit memburuk. Bukan masalah besar, sih." Jawabnya santai membuat Regina mengangguk paham lalu gadis itu mengeluarkan dua buah botol berisi ramuan buatannya.

"Saya memiliki ramuan detox dan pemulihan khusus untuk Anda, Komandan. Saya harap Anda segera pulih."

Komandan Lao Hoshi menerimanya dengan dahi berkerut.

"Ini adalah herbal yang terbuat dari tanaman herbal terbaik berusia ribuan tahun. Jangan khawatir, tidak ada efek samping." Regina menjelaskan dengan serius dan meyakinkan. "Anda harus meminum ramuan detox dan ramuan pemulihan setelahnya." Dia memberikan instruksi pada Lao Hoshi.

Lao Hoshi menurut dan meminum ramuan detox itu. Lima menit kemudian, pria itu memuntahkan darah hitam, membuat Wang Hu yang memasuki ruangan Lao Hoshi panik.

Bahkan Shan Deo yang berada di sana khawatir dan menatap Regina dengan panik. Khawatir gadis itu memberikan sesuatu pada komandan militer itu.

"Komandan Lao!" Serunya sambil menghampiri Lao Hoshi yang sibuk mengeluarkan gumpalan hitam dari tubuhnya.

"Dia sedang mengeluarkan racun. Tenanglah." Regina Xiau menjawab dengan santai.

Wang Hu menatap Regina dengan tajam, "Apa yang kau lakukan pada komandan Lao, Regina Xiau?!" Serunya sambil menyandarkan tubuh Lao Hoshi yang kini terlihat lemah. Pria paruh baya itu telah selesai mengeluarkan darah hitam dan kini dia terlihat cukup pucat.

"Hanya mengeluarkan racun. Di tubuhnya terdapat sebuah racun berbahaya."

"Racun?"

Regina menyodorkan ramuan pemulihan pada Lao Hoshi dan pria paruh baya itu meminumnya. Beberapa saat kemudian pria itu terlihat tampal lebih baik dari sebelumnya.

"Terimakasih, Regina Xiau. Kau telah menolongku." Lao Hoshi mengucapkan rasa terimakasih berkali-kali.

Terpopuler

Comments

Towiyah Ahmad

Towiyah Ahmad

Thor up yang banyak dong

2023-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!