Bab 6

Regina Xiau memutuskan berlari menuju anjungan kapal dan memasuki salah satu dek kapal yang terparkir di sana. Manik gelapnya menyusuri deretan box dan peti yang entah apa isinya.

Samar-samar dia mendengar suara tangis di beberapa tempat. Gadis itu mendekati asal suara dan mencari-cari sekitar, namun nihil. Dia tidak menemukan apapun.

"Kalian mendapat misi menggerebek sebuah pelabuhan muatan ilegal di perairan perbatasan kota Dyrhan. Aku dengar di sana sering terjadi transaksi ilegal. Amankan bukti yang kalian temukan dan tangkap pelakunya hidup-hidup." Begitu perintah Lui Ahin yang dititahkan pada mereka.

Regina Xiau yang belum bisa beradaptasi dengan baik di dunia ini tidak tau menahu tentang bukti ilegal tersebut. Tanpa basa basi dia menyimpan semua peti, kontener dan box yang berada di sana dan di setiap kapal di dalam cincin ruangnya.

"Selesai. Dengan begini inspektur tidak akan kesulitan." Gumamnya bangga pada diri sendiri lalu segera keluar dari kapal muatan.

Regina Xiau memasuki sebuah bangunan kosong itu dan melihat-lihat isinya. Tidak ada apapun di sana selain sebuah ruangan kosong berisi berbagai kayu-kayu lapuk yang tersusun rapi. Regina Xiau memutuskan menjelajahi tempat itu, namun sebuah suara berisik terdengar di luar bangunan itu.

"Sial, dia kabur!"

"Cari dia sampai dapat!"

Regina mengangkat bahu tak acuh lalu kembali fokus menjelajahi ruangan itu. Setelah puas menjelajah gadis itu keluar dari bangunan kosong itu.

Ide licik terlintas di otaknya saat melihat beberapa orang sibuk mencari dirinya. Tadi inspektur bilang tangkap mereka semua hidup-hidup, kan? Seringai mengerikan terbit di wajah cantiknya dan segera mengeluarkan sesuatu dari cincin ruangnya.

Regina Xiau menatap sebuah guci antik yang berisi obat tidur lalu tersenyum senang. Segera gadis itu memanggil beberapa orang yang tengah mencari keberadaannya.

"Hai, Kakak! Mencariku?"

Sontak mereka menoleh ke arah Regina Xiau dan menatap gadis itu dengan marah.

"Tangkap dia!"

Mereka segera berlari ke arah Regina Xiau dengan mengacungkan senjata tajam mereka yang justru di balas dengan senyum manis dari Regina. Begitu mereka dekat, gadis itu segera membuka guci antik yang sejak tadi dia pegang dan meniupkan ke arah mereka.

Dalam hitungan detik, mereka langsung ambruk tak sadarkan diri begitu saja. Regina segera mengibaskan tangan dan mereka menghilang dalam sekejap mata.

"Apa yang kau lakukan? Siapa kau?"

Suara dingin khas pria menyapa pendengarannya. Regina Xiau menatap ke asal suara itu yang kini memucat.

Pria itu tersentak kaget saat melihat Regina Xiau berdiri tiba-tiba di hadapannya.

"Kakak Tampan, kita menikah saja, yuk?" Cengirnya tanpa dosa lalu memukul leher kekar pria itu hingga pingsan.

Lalu dia mendengar suara kapal laut dari kejauhan. Regina yang panik menyimpan tubuh pria itu dalam cincin ruang dan segera berlari dari sana dengan melakukan teleportasi. Namun gadis itu segera menghapus jejak dengan mencoba membakar tempat itu menggunakan elemen api miliknya.

Regina Xiau tidak mengetahui jika tempat itu terpasang beberapa senjata api, bubuk mesiu dan bahan mudah terbakar serta mudah meledak lainnya. Begitu gadis itu pergi dengan menggunakan teleportasi, suara ledakan terdengar bersahutan dari sana.

🐾🐾🐾

Suara ledakan keras terdengar menggema dari sebuah dermaga yang posisinya terletak cukup jauh dari mereka berada. Letaknya berada di dalam hutan bakau dan tidak ada cara untuk masuk ke dalam sana.

Saat mereka hendak menuju arah sana, tiba-tiba Regina Xiau muncul di hadapannya secara mendadak yang sukses membuat Shan Deo yang tengah mengemudikan mobil terkejut dan mengerem mendadak, membuat Regina hampir tertabrak mobil. Pria itu dengan kesal mematikan mobilnya dan keluar menghampiri Regina bersama beberapa personil lainnya.

"Kenapa kau muncul mendadak begitu, hah?! Bagaimana jika kau tertabrak lalu meninggal?!" Sentaknya membuat Regina berjengit kaget.

"Maafkan aku, tapi kita harus pergi sekarang." Cicitnya sambil menunduk, membuat Shan Deo mendengus kesal.

"Kau kemana saja, Regina? Kau menghilang begitu saja dan itu membuat kami cemas." Xia Ra menghampiri Regina dan memeluk gadis itu dengan erat.

"Aku penasaran dengan tempat ini dan memutuskan jalan-jalan. Aku tidak tau berada dimana lalu aku bertemu dengan kakak tampan dan membawanya pergi dari sana." Sahut Regina Xiau polos.

Ah, mereka lupa jika Regina Xiau belum beradaptasi dengan baik di tempat ini dan langsung menyuruhnya untuk ikut menangkap seorang penjahat yang sedang melakukan transaksi ilegal di sebuah tempat rahasia yang berhasil di endus pihak kepolisian. Meskipun mereka masih tidak percaya jika gadis itu dari dunia lain.

"Lalu apa yang terjadi?"

"Ceritanya panjang. Sebaiknya kita segera pergi dari sini dan melaporkan pada pak inspektur."

"Tetapi kita belum menangkap target dan mengamankan buktinya." Tukas Liam Wen.

"Aku sudah menyimpannya dalam cincin ruang."

"Cincin ruang? Tidak ada benda seperti itu, Nona." Sahut Dai Zue tak percaya.

Regina mengibaskan tangannya dan keluarlah beberapa orang yang sedang tak sadarkan diri, salah satunya adalah target mereka dan beberapa buronan. Hal itu membuat mereka menganga tak percaya.

"Tidak mungkin!"

"Bagaimana bisa?"

Mengabaikan hal itu, Regina Xiau kembali memasukkan orang yang tak sadarkan diri kembali ke dalam cincin ruang.

Dulu saat sebagai Lin Yue, Regina selalu berhasil mencuri beberapa benda pusaka, seperti cincin ruang tak terbatas yang sangat mahal di sebuah pasar gelap saat sedang di lelang. Bahkan gadis itu pernah memasuki kamar putra mahkota maupun penghuni istana untuk mencuri sekantong uang saat tidak memiliki uang sepeserpun. Atau memasuki tempat penyimpanan obat di istana yang menyebabkan kegemparan hingga berbulan-bulan.

"Jadi, apakah kita bisa pergi sekarang?" Regina mengerjapkan matanya polos yang membuat mereka segera memasuki mobil masing-masing dan pergi dari sana.

🐾🐾🐾🐾

"Inspektur Lui Ahin, kami datang membawa hasil tangkapan yang lumayan besar." Ucap Regina begitu tiba di ruangan kepala Kepolisian.

"Kalian cepat sekali." Ucapnya sambil menatap keempat orang itu dengan heran, mengingat mereka baik-baik saja tanpa luka maupun lecet. Tetapi ketiga orang itu memasang wajah jengkel membuatnya penasaran.

"Tetapi kenapa cepat sekali?"

Ketiganya melirik ke arah Regina Xiau yang malah asik menatap interior ruangan. Ada apa kira-kira?

"Tetapi dimana buktinya?"

"Ada. Buktinya ada di lapangan." Sahut Regina Xiau.

"Ayo pergi."

Mereka segera pergi menuju lapangan. Begitu tiba di sana Lui Ahin mengernyit kesal karena hanya terdapat lapangan kosong di sana.

Regina Xiau segera mengeluarkan hasil 'tangkapannya' yang membuat mereka mebelalakan mata tak percaya. Bagaimana tidak, seperti sebuah sulap, di sana terdapat beberapa orang yang tak sadarkan diri serta beberapa box, peti dan kontener yang sempat Regina ambil dari pelabuhan.

"Mereka pingsan. Seharusnya mereka sadar dua jam lagi." Sahut Regina tanpa dosa. Bisa-bisa dirinya terkena masalah nantinya jika bilang mereka ketiduran karena obat tidur racikannya dan terkena masalah saat melihat tatapan silet dari Shan Deo dan inspektur Lui.

"Bawa mereka ke ruang kesehatan. Lalu interogasi mereka saat sadar." Titahnya pada beberapa personel kepolisian.

"Siap, Komandan!"

Mereka segera membopong tubuh tak sadarkan diri itu dari sana. Kini tersisa beberapa orang yang merupakan beberapa personel yang hendak menyelidiki tempat transaksi itu.

"Sebenarnya, Inspektur..." Xia Ra menceritakan apa yang terjadi, begitupun dengan Regina tanpa kebohongan.

"Aku tidak tau bagaimana cara kalian kerja di sini, jadi aku pergi sendiri dan menangkap mereka." Ucap Regina sambil menunduk, dia menggoyangkan tubuhnya seperti anak kecil yang di tegur gurunya karena berbuat salah.

Lui Ahin sengaja mengikutsertakan Regina Xiau hari ini, mengingat gadis itu belum mengetahui seluk beluk dunia ini. Siapa sangka jika gadis itu berbuat onar dan melakukan kehebohan dengan meledakkan pelabuhan ilegal itu?

Dia berpikir jika gadis itu seorang pendiam yang menurut dan mengikuti kemanapun temannya pergi, ternyata dugaannya salah.

"Aku ampuni kalian." Ucapnya membuat mereka menghembuskan nafas lega. Lui Ahin kembali melanjutkan, "Sebagai gantinya kalian harus memeriksa beberapa peti, box dan kontener ini." Lanjutnya yang membuat mereka mengangguk pasrah. Rencana pulang lebih awal sirna seketika.

"Aku? Bagaimana denganku?" Tanya Regina Xiau semangat sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kau ikuti aku. Ada yang ingin aku sampaikan padamu." Titah Lui Ahin membuat Regina mengikuti pria itu dengan penasaran.

Terpopuler

Comments

mariafranswiles

mariafranswiles

biasanya jiwanya aja yang transmigrasi, ini sebadan-badan, baru nemu yang begini, bagus semoga lanjut sampe tamat 👍👍👍

2024-04-25

3

jejes879397

jejes879397

lanjut sayyyyyy

2023-10-12

0

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

lanjut thor

2023-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!