Lintas Waktu : Kultivasi Di Dunia Modern
Sekelebat bayangan terlihat melompat diantara pepohonan dengan kecepatan tinggi, diikuti dengan beberapa bayangan yang menyusul di belakangnya di iringi derap langkah kaki kuda yang menggema di kejauhan.
Terlihat seorang gadis cantik dengan hanfu baby blue turun dari dahan pohon dan mendarat di atas sebuah tebing yang cukup curam. Lalu gadis itu menoleh ke belakangnya. Terlihat beberapa orang ikut turun dari pohon di susul beberapa orang yang menunggangi kuda, lengkap dengan senjata mereka.
"Lin Yue. Menyerahlah. Kau sudah kami kepung!" Seru seorang gadis cantik dengan angkuh sambil menyodorkan pedang ke arahnya.
Gadis cantik bernama Lin Yue tersenyum miring. Nasibnya hari ini sungguh benar-benar sial. Niat hati menjalankan misi malah bertemu dengan beberapa musuh dari sektenya.
Lin Yue merupakan seorang putri dari seorang bangsawan yang memiliki dua belas selir. Dia adalah putri ke lima dari selir ke sembilan yang di kirim ke sekte Naga Hitam akibat keonarannya.
"Astaga~ Aku seterkenal begitu, ya. Sampai-sampai kalian ingin merebut perhatian dariku. Aku jadi terharu~" Ucapnya centil dengan wajah tengil, membuat beberapa orang mengeram emosi, sisanya hanya mendengus mengejek. Jika saja gadis itu bukan dari musuh sekte mereka, mungkin saja beberapa pemuda tampan diantara mereka langsung terpesona dan melayangkan sejuta rayuan untuk gadis itu.
Siapa yang tidak kenal dengan Lin Yue? Gadis cantik nomor tiga di Kerajaan yang terkenal dengan keonaran dan kejeniusannya. Di usianya yang ke delapan tahun, Lin Yue sudah mahir bermain pedang dan menembus ranah dasar tingkat akhir dalam kurun waktu tiga bulan saja.
Karena kejeniusannya, sang ayah memasukannya ke sekte Naga Hitam yang terkenal dengan murid-murid yang hebat dan tangguh. Konon katanya, kakek dari Kaisar juga pernah menimba ilmu di sekte itu.
Lin Yue kini berada di ranah kaisar akhir yang sedang menjalankan misi solo dari seorang guru alkimia– ralat, merengek meminta misi karena sedang suntuk, mengingat dirinya tidak ada kerjaan selain merayu beberapa senior di perguruan. Jengah dengan kelakuan gadis itu akhirnya sang guru mengutus Lin Yue seorang diri, mencari beberapa herbal di hutan kematian lapis delapan. Siapa sangka gadis itu menemukan banyak sekali herbal langka dan sebuah pedang legendaris indah. Dengan santai Lin Yue berhasil mencabut pedang itu dan menjadi pemiliknya.
Sebuah pedang es dengan sulur mawar biru dan beberapa ornamen yang tampak rumit lainnya menghiasi gagang pedang itu, yang konon katanya merupakan peninggalan Dewi Es, sekaligus pendang incaran kultivator lainnya.
"Justru kami tertarik dengan pedang itu. Serahkan pada kami, maka kami akan mengampunimu." Bujuk seorang pria tampan rupawan. Dilihat dari pakaiannya, sepertinya dia adalah putra dari bangsawan tinggi.
Lin Yue berpikir sejenak sambil menatap pria itu dengan mata berbinar, lalu tersenyum manis.
"Ah~ Kakak tampan. Kau benar-benar baik hati. Aku akan memberikan pedang ini cuma-cuma beserta ciuman gratis di pipimu, asalkan kau memberikanku gingseng seribu tahun, lotus emas, dan sepuluh peti koin emas beserta perhiasan, bagaimana?" Lin Yue mencoba memberi penawaran sambil memeluk dan mengelus pedang itu. Sesekali gadis itu menoleh kebelakang dan memikirkan cara kabur dari sekumpulan musuhnya tanpa pertarungan berarti. Tanpa di ketahuinya, tangan gadis itu tergores pedang dan menyerap darahnya.
"Kau berniat merampok ku? Beraninya kau!" Geram pria itu kesal yang membuat Lin Yue tersentak kaget dan secara reflek melompat ke belakang hingga membuatnya terpeleset di bibir tebing.
"Eh? Eeehhhhh!!!" Gadis itu berusaha menjaga keseimbangannya, membuat beberapa orang siaga dan mengeluarkan senjata mereka. Naas, Lin Yue terjatuh ke dasar tebing yang curam.
Beberapa orang menghampiri sisi tebing, memperhatikan Lin Yue yang terjatuh dan mulai mengecil tanpa berniat menolongnya. Mereka justru memasang wajah kepuasan melihat salah satu kultivator yang terkenal itu tewas di dasar jurang.
Sementara Lin Yue merasa tubuhnya melayang dan melihat bibir tebing itu semakin jauh. Dia memejamkan mata menunggu rasa sakit dan kematian datang menjemputnya, tidak menyadari sebuah lubang hitam muncul di belakang tubuhnya dan menghisapnya sebelum tubuh gadis itu mencapai dasar tebing.
🐾🐾🐾
"Ngghhhh..."
Seorang gadis cantik menggeliat tak nyaman saat merasakan leher dan pinggangnya sakit. Terlihat gadis itu meregangkan tubuhnya dan menguap lebar. Sedetik kemudian dirinya tersadar dan membuka matanya spontan.
Seketika dia panik saat mendapati dirinya tidur terduduk dalam sebuah kereta yang berjalan dengan cepat.
Kereta? Tetapi interiornya sangat berbeda dengan kereta pada umumnya. Kereta ini berwarna putih dan tidak terlalu luas, namun lebih memanjang ke samping dan dilengkapi dengan bunyi berisik yang entah apa itu.
Gadis itu melirik sekitar. Terlihat beberapa orang memakai pakaian yang menurutnya aneh tampak sibuk dengan sebuah benda persegi panjang pipih di tangan nya.
Gadis itu adalah Lin Yue tampak kebingungan dengan situasinya sekarang. Bukankah dirinya tadi terpeleset lalu jatuh ke tebing? Harusnya dia mati, kan?
Tapi ini bukan akhirat.
Berbagai spekulasi berseliweran di kepalanya. Lin Yue menatap sekitarnya dengan ekspresi kebingungan.
"Ini dimana?" Tanyanya pada diri sendiri dengan ekspresi kebingungan yang kentara.
"Ini di MRT, Nak." Wanita tua yang duduk di sebelahnya menjawab. "Jurusan ke kota Dyharn." Lanjutnya kemudian.
Lin Yue menatap wanita yang duduk di sebelahnya dengan kebingungan. Wanita berusia sekitar pertengahan abad dengan penampilan yang menurutnya aneh namun modis menatapnya dengan ramah.
"MRT? Dyharn?" Beonya kebingungan. Dia tidak pernah mendengar kata itu sebelumnya.
MRT itu kemudian berhenti, dan beberapa orang yang sedang duduk tampak berdiri termasuk wanita tua itu. Wanita tua itu berpamitan pada Lin Yue yang menatap mereka dengan bingung, tak tau memutuskan apa dan memilih mengamati gerak gerik mereka.
Seorang pria tampan datang dan berdiri di depannya sambil mengeluarkan sebuah payung yang muat satu orang dewasa berwarna hitam. Lin Yue memperhatikan gerak gerik pria itu dengan kebingungan
Saat pria itu hendak membuka payung, Lin Yue langsung waspada. Jangan-jangan pria itu hendak mengeluarkan pedang yang tersimpan dari payung itu dan menyerang orang-orang. Tanpa pikir panjang Lin Yue mengayunkan gagang pedang lalu memukul pria itu hingga jatuh tersungkur.
Kejadian itu terlalu cepat dan membuat orang-orang memekik kaget.
"Siapa yang berani memukulku!" Seru pria itu dengan marah. Pria itu segera bangkit dari posisi jatuhnya dan menatap sekelilingnya dengan tajam.
"Aku. Kenapa?" Tantang Lin Yue sambil berkacak pinggang dan mengangkat dagunya dengan percaya diri.
Pria itu menatap Lin Yue dengan dahi berkerut. Lihatlah penampilannya. Hanfu baby blue dengan rambut di kuncir kuda lengkap dengan hiasan kepala yang tampak cantik meskipun tampak kuno. Wajah rupawan yang indah membuatnya terpana, namun pandangannya teralihkan pada sebuah pedang cantik yang menyembul di balik hanfu nya. Dahinya berkerut semakin dalam dan menatap Lin Yue dengan galak.
"Hei, Nona. Ada masalah apa kau memukuliku? Apa kau tak lihat di luar sana sedang turun hujan?" Cercanya membuat Lin Yue kebingungan.
"Hujan?" Beonya dan menatap ke arah jendela. Memang benar saat ini sedang turun hujan meskipun gerimis.
"Ck. Kau benar-benar tidak tau?" Pria itu mencibir.
Keduanya cekcok di dalam MRT. Tak lama kemudian beberapa orang polisi datang yang sukses membuat Lin Yue kebingungan.
🐾🐾
"Kami pihak kepolisian sedang melakukan penggeledahan. Mohon kerjasamanya!" Seru seorang polisi sambil memegang surat perintah resmi. Seketika semua penumpang diam di tempat. Bahkan Lin Yue dan pria tadi menghentikan pertengkaran mereka.
Lin Yue menatap sekelompok polisi itu dengan kebingungan. Pakaian mereka terlihat seperti seragam ksatria bangsawan dari Kerajaan barat, namun tampak lebih sederhana dan tidak ada aksesoris selain sulaman berbunyi 'polisi', pangkat dan nama mereka.
"Polisi?" Beo Lin Yue kebingungan sambil mengamati mereka yang sibuk menggeledah beberapa tempat, seperti bawah tempat duduk, tas bahkan meraba tubuh penumpang.
"Eh? Apa yang kalian lakukan?" Tanya Lin Yue memundurkan langkahnya saat seorang polisi mendekat kearahnya.
"Mohon kerjasamanya, Nona." Ucap seorang polisi wanita sambil menyodorkan surat perintah resmi kehadapan Lin Yue. Belum sempat gadis itu menjawab, polisi wanita itu menggeledah tubuh gadis itu dan menemukan sebuah pedang cantik tersampir di pinggangnya.
"Maaf, Nona. Anda membawa senja tajam. Perlihatkan senjata itu pada kami." Ucap polisi itu tegas.
"Ah, ini memang senjataku." Ucapnya sambil mengeluarkan pedang dan menimangnya. Dia memperlihatkan pedang itu pada polisi dengan santai dan memainkannya.
"Karena Anda membawa senjata tajam tanpa ijin, kami menyita senjata milik Anda. Mohon kerjasamanya, Nona." Ucap polisi itu dengan tegas.
Lin Yue menatap polisi itu dengan bingung. Di sita? Hei, bahkan senjata adalah kebanggaan sekaligus status para pendekar.
"Kenapa harus di sita? Bukankah senjata adalah identitas dari seorang pendekar?" Tanyanya kebingungan.
"Maaf, Nona. Disini tidak ada pendekar atau apapun itu." Tukas polisi itu, "Cepat serahkan senjata Anda sebelum kami menahan Anda di kantor polisi."
Dengan ragu-ragu Lin Yue menyerahkan pedangnya pada polisi itu dengan cara melemparkannya kearah polisi pria yang berada di sana.
Salah satu polisi pria menerima pedang itu dengan cara menangkapnya, namun sayangnya sebuah hal tak masuk akal terjadi. Polisi pria terjatuh dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali.
"Sial, pedang ini berat sekali."
Beberapa rekannya menatap tak percaya, "Mana ada pedang berat. Jangan bercanda."
Lalu beberapa rekannya mencoba mengangkat pedang itu, namun nihil. Pedang itu terasa sangat berat.
"Kenapa pedang ini tidak bisa di angkat? Bagaimana kau bisa memegang pedang seberat ini dengan santai?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Erni Nofiyanti
aku mampir
paling seneng kalau orang kuno ke moderen,biasanya kan terbalik
2024-11-20
0
Ayu Dani
akoh mampir Thor
2024-10-13
0
Riva84
baru mampir thoorrr
2024-10-07
0