Kini tugas Zahra dan mama mertuanya di dapur telah usai, Zahra yang merasa kegerahan setelah berkecimpung di dapur pamit kepada mama mertuanya untuk mandi, apalagi nanti ia pasti merasa tidak nyaman dengan badannya yang lengket dan bau masakan. Saat Zahra masuk kekamar, ia melihat Zayn tengah tertidur pulas di atas tempat tidur dengan wajah damai, ia amati wajah Zayn sebelum masuk kekamar mandi. Namun, saat ia lihat ada pergerakan dari sang suami, ia segera melangkah dengan langkah besar menuju kamar mandi. Hampir saja ia kepergok sedang memperhatikan wajah tampan suaminya itu.
Kurang lebih dua puluh menit Zahra habiskan waktunya di kamar mandi, karena ia sekalian keramas sore menjelang magrib itu. Ia juga langsung mengenakan pakaian nya di kamar mandi, karena ia belum terbiasa hanya memakai sehelai handuk saja di hadapan Zayn. Saat ia membuka pintu kamar mandi, betapa ia terkejut suaminya tengah berdiri di depan pintu kamar mandi.
Ceklek
"Astaghfirullah,"
Zahra spontan beristighfar, karena suaminya itu tiba-tiba saja berada di depan pintu kamar mandi. Zayn juga tak kalah terkejut, ia ingin membuang air kecil, namun matanya masih setengah terbuka, jadi dia tidak sadar jika Zahra sedang berada di dalam kamar mandi.
"Maaf, saya tidak tahu kamu sedang berada di dalam."
Zayn meminta maaf kepada Zahra, ia juga bingung harus mengatakan apa. Namun seketika, Zayn terpana dengan Zahra yang kini tidak mengenakan hijab. Pasalnya baru hari ini ia melihat Zahra tanpa hijab. Rambutnya yang hitam legam dan panjang serta lurus membuat Zahra terlihat semakin mempesona, walupun rambut Zahra masih basah. Namun suara Zahra membuyarkan lamunan Zayn.
"Kenapa mas?"
Ternyata Zahra tidak sadar jika ia tidak memakai hijab saat ini. Kebiasaannya setelah mandi memakai hijab di kamar. Padahal suaminya itu berhak melihat semua yang ada pada dirinya.
"Kamu cantik,"
Blush...
Sebuah kata yang tanpa sadar di ucapkan oleh Zayn membuat rona wajah Zahra merah seperti buah apel. Zayn seperti terhipnotis dengan kecantikan istrinya itu. Bahkan pandangan nya tak beralih sedikitpun dari wajah cantik Zahra.
Ceklek
Pintu yang di buka secara tiba-tiba membuat Zahra berhamburan kedada bidang Zayn, Zahra mendekap tubuh kekar Zayn, demi menutupi kepalanya yang belum memakai hijab dan ia juga belum memakai cadarnya. Seketika Zayn yang paham membalas pelukan Zahra, ia juga merasa nyaman dengan dekapan badan mungil istrinya.
"Eh Zay.."
Emyr yang tiba-tiba membuka pintu tanpa mengetuk sebelumnya, seketika ucapan nya terhenti saat ia sadar Zayn tidak sendirian dikamar, melainkan dengan istrinya. Pemandangan yang ia lihat kini membuat ia sontak malu karena merasa tengah memergoki adik dan iparnya yang tengah bermesraan, padahal tidak begitu kejadiannya. Zahra memeluk Zayn spontan hanya untuk menutupi dirinya.
"Bisa kalau masuk kamar aku ketuk pintu dulu bang. Sekarang bukan hanya aku yang ada dikamar ini. Jangan sampai membuat istriku tidak nyaman kalau Abang seperti ini lagi. Abang tahu sendiri Zahra menggunakan hijab dan cadar dan sangat menjaga dirinya dari lelaki yang bukan mahramnya, kalau Abang tadi melihat Zahra tanpa menggunakan hijab dan cadarnya bagaimana."
Suara deep voice Zayn seketika membuat Emyr merasa bersalah. Bukan disengaja, ia murni lupa jika Zayn tidak lagi sendiri dikamar nan luas itu. Sedangkan Zahra yang mendengar ucapan Zayn yang mengatakan sebuah kata yang cukup berkesan pada dirinya itu, sungguh ia tak dapat menahan debaran di dadanya. Semoga saja Zayn tidak mendengar debaran di dadanya itu, begitu yang ada di dalam hati Zahra.
"Maaf Zay, Zahra, karena kebiasaan main masuk kekamar kamu. Abang lupa kalau sekarang dikamar ini tidak hanya kamu seorang diri, melainkan ada Zahra juga. Ya sudah kalau begitu Abang keluar dulu."
Emyr menutup pintunya perlahan, ia sungguh lupa dan malu kepada iparnya itu. Untung saja Zayn memunggungi abangnya itu tanpa membalikkan badan, sehingga Emyr tidak melihat rambut dan wajah istrinya. Setelah pintu itu benar-benar tertutup, Zahra segera melepas pelukannya, begitupun dengan Zayn.
Maaf mas, aku refleks memeluk mas karena tiba-tiba ada yang membuka pintu, sedangkan aku tidak memakai hijab dan cadar. Zahra tertunduk malu untuk menyembunyikan rona merah pada pipi mulusnya, dan takut-takut jika Zayn marah karena Zahra tiba-tiba saja memeluknya.
"Tidak apa-apa, saya paham situasi kamu. Ya sudah kalau begitu saya kekamar mandi dulu."
Ternyata tanggapan Zayn jelas berbeda dengan apa yang di pikirkan Zahra. Seketika Zahra bernapas lega karena melihat suaminya tidak marah sama sekali. Sedangkan Zayn saat memasuki kamar mandi itu, ia seketika memegang dadanya. Debaran di dadanya semakin berdebar kencang, ia tidak tahu kenapa bisa seberdebar itu saat Zahra tiba-tiba memeluknya, dan anehnya lagi ia begitu nyaman dengan pelukan sang istri.
"Aduh Zay, kamu kenapa sih, tenang ya jantung ku. Jangan begini, apa aku ada tanda-tanda terkena serangan jantung. Oh itu tidak mungkin, keluarga ku tidak ada riwayat penyakit jantung, dan selama ini aku sehat-sehat saja."
Zayn berperang dengan pemikirannya sendiri, lagi dan lagi ia tidak memehami dirinya sendiri. Mungkin saja itu tanda-tanda ia mulai jatuh cinta dengan Zahra. Namun ia masih belum sadar akan perasaannya.
Sedangkan Zahra, setelah Zayn masuk kekamar mandi, ia pun juga tak kalah bermonolog dengan dirinya sendiri.
"Dasar masa Zayn, tadi sama mas Emyr ucapan nya membuat aku seketika berdebar, kata-katanya mampu membuat hati aku tak karuan, eh setelah bang Emyr pergi, mas Zayn malah kembali ke mode awal, dasar kulkas. Astaghfirullah Zahra, tidak boleh begitu."
Zahra memukul mulutnya sendiri yang tengah merutuki Zayn suaminya itu. Emang Zayn cocok dikatakan kulkas, hihi, habisnya sama istri sendiri mode cool, lembut sedikit kek.
Ceklek
Zayn keluar dari kamar mandi, ia melihat istrinya sedang mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer yang memang sudah ada dikamar itu, barang kali punya suaminya. Begitu pikir Zahra.
Sebenarnya Zahra belum siap memperlihatkan dirinya tanpa menggunakan hijab dihadapan Zayn, namun karena Zayn sudah terlanjur melihat dirinya tanpa hijab, jadilah ia tak ada pilihan lain selain membiarkan nya begitu saja. Zayn sesekali melirik ke arah Zahra yang tengah fokus mengeringkan rambut itu, ia selalu gagal mengalihkan pandangannya, apa Zahra secantik itu?
Setelah rambutnya kering, Zahra kembali memakai hijab instan, namun tidak dengan cadarnya, karena ia memang tidak berniat keluar kamar, mungkin nanti setelah melaksanakan shalat magrib dan isya barulah ia berkumpul dengan keluarga suaminya itu.
...----------------...
...To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
YLR
Cantik banget ya Zahra nya Zayn😄
2023-10-22
3
Gagah Gue
Kalau cinta jujur atuh Zay, sama istri sendiri kok, jadi geregetan deh😄
2023-10-21
5
wiwik indrawati
next ..
2023-10-15
4