Kewajiban Istri

Saat mata itu masih saling bertatapan, terdengar suara ketukan dari luar. Ternyata Ummu Khadijah yang mengetuk pintu untuk menyuruh anak dan menantunya berkumpul di ruang makan untuk makan malam bersama. Seketika mereka sama-sama reflek menghindar.

Tok.. Tok.. Tok..

Zahra segera membuka pintu itu untuk melihat ibunya. Masih dengan menggunakan mukenah dan belum melepasnya sama sekali setelah shalat magrib.

"Kenapa Ummi?"

"Apa umi mengganggu kamu nak?"

"Tidak sama sekali Ummi"

"Apa kamu dan suami kamu tadi sudah makan? Kalau belum nanti setelah shalat isya kita makan bersama. Tapi kalau sudah, kamu dan suami mu istirahat saja dikamar, Ummi tahu kalian sangat lelah karena tadi tamunya sangat banyak."

"Hanya makan sedikit Ummi, nanti Zahra dan mas Zayn akan menyusul. Terimakasih Ummi"

Setelah memberitahu hal itu, Ummu Khadijah meninggalkan kamar anak dan menantunya itu. Ia juga tidak ingin mengganggu waktu istirahat anak dan menantunya. Setelah Ummu Khadijah tak terlihat, Zahra pun menutup kembali pintu kamarnya. Ia melihat seperti nya suaminya sedang berada dikamar mandi, karena terdengar suara percikan air dari kamar mandi.

Ceklek, Zayn terlihat lemas saat keluar dari kamar mandi. Zahra segera menghampirinya suaminya itu. Ia juga memapah Zayn menuju tempat tidur, Zayn pun hanya menurut kali ini. Ia lihat wajah Zayn saat ini begitu pucat, sampai ia tidak tega dengan keadaan sang suami.

"Mas kenapa? Mas sakit? Kenapa pucat sekali?"

"Tidak tahu, tiba-tiba perut saya sangat sakit, padahal saya rasanya tidak ada makan makanan aneh. Hanya donat yang saya makan saat mengobrol dengan papa dan Abah."

Ia meringis menahan sakit nya, entah apa yang salah pada perutnya kali ini. kenapa harus disaat malam pertamanya pula ia seperti ini. Membuat lelaki tampan itu frustasi saja.

"Mas ada alergi sesuatu? Mana tahu itu yang membuat mas seperti ini."

"Saya alergi Kentang dan bawang putih."

Ternyata suami Zahra itu alergi Kentang dan bawang putih. Zahra pun mengingatnya, agar lain kali jika ia ingin memasakkan makanan untuk suaminya, ia bisa ingat dan tidak lupa.

"Astaghfirullah mas, donat itu terbuat dari kentang, sebentar ya mas aku buatkan teh jahe dan bubur untuk mereda sakit perut mas."

Zahra segera bergegas menuju dapur setelah memakai cadarnya saat Zayn menganggukkan kepalanya dengan lemas. Ia tak ingin sang suami semakin parah sakit perutnya. Lain kali ia juga harus berhati-hati saat memberikan makanan untuk suaminya itu.

Kini Zahra sedang berkutat dengan panci rebusan dan jahe yang kini sedang ia bersihkan. Serta membuat bubur untuk Zayn. Tiba-tiba Ummu Khadijah menghampiri, ia bingung apa yang dilakukan anaknya itu, dan kenapa sepertinya wajah sang putri terlihat cemas.

"Nak, apa yang kamu buat? Kenapa wajah kamu begitu cemas?"

"Ini Ummi, Zahra sedang membuat teh jahe dan juga bubur untuk mas Zayn Ummi, mas Zayn katanya perutnya sakit, mas Zayn alergi kentang dan bawang putih Ummi, tadi kata mas Zayn dia makan donat yang disajikan bibi, kan donat itu terbuat dari kentang."

"Astaghfirullah, Semoga suami mu tidak apa-apa sayang. Nanti tidak usah bergabung di meja makan tidak apa-apa. Urus saja suami mu nak. Ummi akan sampaikan pada Abah dan juga kakak kamu."

Ummu Khadijah juga ikutan cemas. Baru saja anak dan menantunya sah, sudah ada saja cobaan untuk mereka. Ummu Khadijah juga baru teringat, pantas saja selama seminggu ini Zayn tinggal dengan mereka ia tidak pernah melihat Zayn memakan sambal dengan menu gulai atau tumis, hanya makan lauk nya saja dan juga sayur bening. Mungkin ia tidak enak hati untuk memberitahukan kepada mereka bahwa ia tidak bisa memakan makanan yang ada bawang putih nya atau kentang. Apalagi rata-rata masakan pasti ada bawang putihnya.

"Ya sudah Ummi, Zahra membawa ini ke mas Zayn dulu ya Ummi. Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam,"

Zahra berlalu dari dapur meninggalkan Ummu Khadijah setelah membuat teh jahe dan bubur tersebut. Ia membawanya ke kamarnya dan suaminya itu. Dengan langkah lebar ia pun tiba di depan pintu kamar. Dibukanya pintu kamar itu perlahan, dan ia lihat Zayn masih dengan posisi yang sama. Segera Zahra mendekati Zayn dan memberikan teh jahe dan bubur tersebut untuk sang suami.

"Mas ini diminum dulu, sekalian dimakan buburnya, semoga sakit perutnya mereda."

Zayn hanya menurut saja, Zahra membantu menyuapi bubur itu kemulut suaminya. Ini pertama kali Zahra menyuapi seseorang selama ini. Walupun sedikit canggung, namun ia harus melakukannya demi merawat suaminya. Zahra dengan telaten menyuapi Zayn suapan demi suapan, ia dengan sabar mengurus sang suami. Hingga bubur itu habis tak bersisa. Zayn pun berbaring di ranjang setelahnya. Perutnya juga sudah mendingan saat ini.

"Mas istirahat ya, Zahra mau menaruh bekas mangkok kotor ini dulu."

"Terimakasih, berkat kamu saya sudah mendingan."

"Sama-sama mas, sudah kewajiban Zahra sebagai istri mengurus mas Zayn"

Setelah mengatakan itu, Zahra segera bangkit dari posisi duduknya dan membawa bekas makan suami tampannya. Entah kenapa ia semakin canggung dan gugup saat Zayn menatapnya dengan lekat. Namun ia tidak menampakkan rasa gugupnya di depan Zayn. Zayn pun menatap punggung Zahra hingga hilang dibalik pintu. Ia cukup speechless karena istrinya ternyata bisa mengurusi nya dengan baik. Entah harus beruntung atau bagaimana.

Setelah Zahra meletakkan bekas makanan Zayn. Ia kembali lagi ke kamarnya, ia lihat Zayn sedang memejamkan matanya. Ia juga bingung sekarang harus melakukan apa, untuk berbaring di samping suaminya saja ia merasa gugup, padahal mereka sudah sah menjadi pasangan kekasih halal.

Tak lama azan Isya berkumandang, Zahra melepas cadarnya dan melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Ia pun melaksanakan shalat fardhu empat raka'at sendirian. Setelah salam, ia lanjut zikir dan berdo'a, Zahra memohon untuk didatangkan cinta di antara ia dan suaminya. Walaupun sekarang diantara mereka belum adanya cinta, ia memohon agar pernikahan mereka baik-baik saja dan dilindungi dari hal-hal yang tidak di inginkan.

Setelah doa, Zahra membuka mukenanya dan melipatnya kembali. Zahra perlahan membangun kan suaminya untuk melaksanakan shalat isya. Walupun ia sudah tahu dari mama mertuanya jika Zayn sudah lama tidak melaksanakan kewajiban nya. Perlahan ia akan mencoba mulai mengingatkan sang suami. Semoga suaminya diberikan hidayah segera oleh Yang Maha Kuasa.

"Mas, maaf jika Zahra mengganggu waktu istirahat mas. Mas sudah mendingan belum. Shalat dulu mas, nanti dilanjut lagi istirahat nya."

Tanpa menjawab Zayn duduk perlahan, ia menguatkan dirinya dan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Entah kenapa saat sang istri meminta untuk melaksanakan shalat isya, ia sama sekali tak keberatan. Zahra bersyukur karena tidak begitu sulit menyuruh suaminya itu untuk melaksanakan shalat. Semoga saja kedepannya begitu.

Saat Zayn mengambil wudhu, Zahra duduk di sofa kamar mereka. Ia ambil salah satu buku di rak buku, dan mulai membacanya. Entah kenapa tiba-tiba saja kantuk datang menghampiri nya, dan Zahra pun terlelap begitu saja dengan ia masih memegang buku di tangannya.

Saat Zayn telah menyelesaikan shalat nya, ia lihat istrinya itu sudah terlelap, masih dengan menggunakan cadar dan hijab lengkap. Ingin membangunkan namun ia juga tidak tega. Istrinya juga sudah sangat baik merawatnya, mungkin saja Zahra saat ini begitu lelah karena acara akad dan resepsi yang dilakukan dalam satu harian ini. Ia perlahan menggendong istrinya untuk ia pindahkan ke atas tempat tidur, sama sekali tidurnya tidak terusik saking lelahnya, ia baringkan perlahan sang istri di tempat pembaringan, dan ia ambil buku yang ada di tangan sang istri, ia lihat judul buku yang di baca Zahra yaitu cara menjadi istri sholeha. Seulas senyum terbit di bibirnya.

"Apa kamu tidak kepanasan tidur seperti ini?"

Zayn bergumam sendiri, ia memutuskan membuka cadar istrinya perlahan, karena ia juga telah melihat wajah sang istri. Namun ia tidak berani membuka hijab sang istri, takut-takut Zahra marah saat ia terbangun. Saat cadar itu kembali ia buka, tak bisa ia pungkiri bahwa istrinya begitu cantik, sampai pandangan itu tak beralih menatap yang sudah halal baginya. Tanpa ia sadari ia sudah mengamati seluruh inci wajah sang istri, dan terkahir menatap bibir mungil istrinya.

"Apa yang kamu pikirkan Zayn. Jangan mesum"

Ia tersadar dengan apa yang baru saja ia pikirkan. Takut-takut ia kelepasan. Walaupun Zahra sudah menjadi istri sah nya, namun ia juga tidak bisa memaksa Zahra untuk melakukan kewajiban nya sekarang, apalagi diantara mereka belum adanya cinta. Ia pun ikut berbaring di samping sang istri perlahan setelah menyelimuti Zahra.

"Good night"

Terakhir ia mengecup singkat kening istrinya itu tanpa ia sadar, dan tak lama ia juga ikut bergabung ke alam mimpi bersama sang istri.

...----------------...

...To Be Continued ...

Terpopuler

Comments

Ainun Humaira

Ainun Humaira

Aku menunggu kebucinan pasutri baru ini.

2023-10-11

4

Gagah Gue

Gagah Gue

geregetan dengan dengan pengantin baru ini. please thor buat zayn bucin habis dengan zahra.😘😘😘

2023-10-11

7

Uswatul Khasana

Uswatul Khasana

lanjut

2023-10-11

5

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Kesalahpahaman
2 Menjaga Pandangan
3 Ketampanan Seorang Zayn
4 Firasat
5 Pembatalan Pernikahan
6 Izinkan Aku Menikahinya
7 Bertemu Kawan Lama
8 Mahar
9 Gelisah
10 Hari Bahagia
11 Sudahkah Jatuh Cinta
12 Kewajiban Istri
13 Suami Dingin
14 Pindahan
15 Kulkas Dua Belas Pintu
16 Berdebar
17 Mode Galak
18 Zahraku
19 Cemburu
20 Pertemuan
21 Di Ajak Kenalan
22 Bertukar Nomor Handphone
23 Garis Keturunan
24 Suara Jeritan Nayna
25 Bidadari
26 Aktivitas Zahra dan Zayn
27 Perpustakaan
28 Maaf Untuk Adiva
29 Sayang
30 Ke Curug
31 Kembali Ke Kediaman Papa Azzam
32 Melakukan Kewajiban
33 Arumi Nasha Razetha
34 Pingsan
35 Di Izinkan Pulang
36 Sudah Ada Calon?
37 Oppa
38 Gadis Yang Baik
39 Mual dan Muntah
40 Rujak Mangga Muda
41 Memanjat Pohon Mangga
42 Pengumuman (Novel Penantian Kekasih Halal)
43 Dikejar Anjing
44 Garis Dua
45 Ingin Soto Medan
46 Mobil Mogok
47 Check Up
48 Saran Dokter
49 Salah Bicara
50 Kabar Bahagia
51 Tidak Mungkin
52 Sidang Kelulusan
53 Cafe Ala Resto & Pusat Oleh-oleh
54 Wisuda
55 Ke Mall
56 Kecewa
57 Acara Empat Bulanan
58 Kembalinya Arumi
59 Kembar Tiga
60 Ungkapan Perasaan Zayn
61 Pertimbangan Zayn
62 Meminta Izin
63 Kejutan Untuk Zahra
64 Rumah Minimalis Kaca
65 Ulah Neyna
66 Tasyakuran Rumah Baru
67 Setan
68 Jadilah Wanita Yang Berkelas
69 Manusia Ular Atau Manusia Rubah?
70 Hanya Karena Pisang Goreng
71 Sangat Di Hargai
72 Berpamitan Ke Pondok
73 Mentang-mentang Ada Pawangnya
74 Bertemu Ustadz Azlan
75 Memangnya Masih Boleh Shalat?
76 Dosen?
77 Mood Ibu Hamil
78 Pendarahan
79 Henti Jantung
80 Koma
81 Bangun Zahra
82 Ternyata Arumi & Adiva?
83 Kejang-Kejang
84 Zahra Sadar
85 Bingung Mau Kasih Judul Apa
86 Pengumuman (Kau Hanya Untukku)
87 Akhirnya Zahra Pulang
88 Pemberian Nama & Aqiqah
89 Kegiatan Abin & Ibun Di Pagi Hari
90 Rencana Arumi
91 Bukan Salah Adiva
92 Akhirnya Thian Sadar
93 Menunjukkan Perasaan
94 Rencana Perjodohan Gus Ashraf
95 Wedding Day (A & Z)
96 The End
97 Extra Part 1
98 Extra Part 2
99 Extra Part 3
100 Extra Part 4
101 Extra Part 5
102 Extra Part 6
103 Extra Part 7
104 Extra Part 8
105 Extra Part 9
106 Extra Part 10
107 Extra Part 11
108 Extra Part 12
109 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Sebuah Kesalahpahaman
2
Menjaga Pandangan
3
Ketampanan Seorang Zayn
4
Firasat
5
Pembatalan Pernikahan
6
Izinkan Aku Menikahinya
7
Bertemu Kawan Lama
8
Mahar
9
Gelisah
10
Hari Bahagia
11
Sudahkah Jatuh Cinta
12
Kewajiban Istri
13
Suami Dingin
14
Pindahan
15
Kulkas Dua Belas Pintu
16
Berdebar
17
Mode Galak
18
Zahraku
19
Cemburu
20
Pertemuan
21
Di Ajak Kenalan
22
Bertukar Nomor Handphone
23
Garis Keturunan
24
Suara Jeritan Nayna
25
Bidadari
26
Aktivitas Zahra dan Zayn
27
Perpustakaan
28
Maaf Untuk Adiva
29
Sayang
30
Ke Curug
31
Kembali Ke Kediaman Papa Azzam
32
Melakukan Kewajiban
33
Arumi Nasha Razetha
34
Pingsan
35
Di Izinkan Pulang
36
Sudah Ada Calon?
37
Oppa
38
Gadis Yang Baik
39
Mual dan Muntah
40
Rujak Mangga Muda
41
Memanjat Pohon Mangga
42
Pengumuman (Novel Penantian Kekasih Halal)
43
Dikejar Anjing
44
Garis Dua
45
Ingin Soto Medan
46
Mobil Mogok
47
Check Up
48
Saran Dokter
49
Salah Bicara
50
Kabar Bahagia
51
Tidak Mungkin
52
Sidang Kelulusan
53
Cafe Ala Resto & Pusat Oleh-oleh
54
Wisuda
55
Ke Mall
56
Kecewa
57
Acara Empat Bulanan
58
Kembalinya Arumi
59
Kembar Tiga
60
Ungkapan Perasaan Zayn
61
Pertimbangan Zayn
62
Meminta Izin
63
Kejutan Untuk Zahra
64
Rumah Minimalis Kaca
65
Ulah Neyna
66
Tasyakuran Rumah Baru
67
Setan
68
Jadilah Wanita Yang Berkelas
69
Manusia Ular Atau Manusia Rubah?
70
Hanya Karena Pisang Goreng
71
Sangat Di Hargai
72
Berpamitan Ke Pondok
73
Mentang-mentang Ada Pawangnya
74
Bertemu Ustadz Azlan
75
Memangnya Masih Boleh Shalat?
76
Dosen?
77
Mood Ibu Hamil
78
Pendarahan
79
Henti Jantung
80
Koma
81
Bangun Zahra
82
Ternyata Arumi & Adiva?
83
Kejang-Kejang
84
Zahra Sadar
85
Bingung Mau Kasih Judul Apa
86
Pengumuman (Kau Hanya Untukku)
87
Akhirnya Zahra Pulang
88
Pemberian Nama & Aqiqah
89
Kegiatan Abin & Ibun Di Pagi Hari
90
Rencana Arumi
91
Bukan Salah Adiva
92
Akhirnya Thian Sadar
93
Menunjukkan Perasaan
94
Rencana Perjodohan Gus Ashraf
95
Wedding Day (A & Z)
96
The End
97
Extra Part 1
98
Extra Part 2
99
Extra Part 3
100
Extra Part 4
101
Extra Part 5
102
Extra Part 6
103
Extra Part 7
104
Extra Part 8
105
Extra Part 9
106
Extra Part 10
107
Extra Part 11
108
Extra Part 12
109
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!