Sudahkah Jatuh Cinta

Zahra terus mengamati interaksi antara suaminya dengan seorang anak kecil berusia empat tahun tersebut hingga ibu dari sang anak datang menjemput nya.

"Sayang, kenapa di ganggu Daddy nya."

Siapa dia? Kenapa dia mengatakan suamiku adalah Daddy dari anak ini, apa benar ini anaknya Zayn? tapi kenapa dia mau menikahi Zahra jika ia telah memiliki seorang putri? Begitu pikir Zahra sekarang.

"Daddy? Apa maksudnya mas? Kamu sudah punya anak? Dan aku istri kedua kamu?"

Zahra tak dapat menahan rasa penasaran nya. Dari pada ia terus berasumsi dengan pikirannya sendiri, lebih baik ia langsung tanyakan kepada lelaki yang baru saja menjadi suaminya itu mengenai anak kecil yang memanggil nya dengan sebutan Daddy.

"Iya ini putri ku, namanya Nayna"

"Kamu sudah punya anak? dan kamu meminta ku kepada Abah dan Ummi untuk menikahi ku? lalu mana ibu dari anak ini?"

Hati Zahra serasa teriris saat suaminya mengakui jika anak kecil yang sedang di pangkuan nya itu adalah putri kecilnya. Apa dia bermaksud mempermainkan pernikahan nya.

"Zayn, jawaban kamu bisa membuat Zahra salah paham. Kamu baru saja mengucapkan ijab qobul dua jam yang lalu, dan sekarang kamu mengatakan hal yang akan menyakiti istrimu."

Wanita yang menghampiri Zayn dan Zahra datang untuk menjelaskan. Ia paham pasti sekarang Zahra tengah salah paham. Terlihat dari sorotan matanya terlihat kecewa dengan jawaban Zayn. Namun lelaki yang telah menjadi suaminya itu malah tidak peka sama sekali.

"Maksudnya bagaimana kak? Nayna kan sudah ku anggap seperti putriku. Memangnya aku salah menjawab seperti itu."

Dengan tampang tak bersalah ia menjawab ucapan wanita itu. Zahra sampai bingung dengan perkataan wanita yang menyambangi mereka di pelaminan dan juga perkataan suaminya. Mana yang harus ia percaya.

"Maaf Zahra, sebelumnya perkenalkan aku Karin, kakak ipar Zayn. Ini putriku, namanya Nayna. Nayna memang memanggil Zayn Daddy sejak ia mulai pandai berbicara, dia sangat dekat dengan paman nya yang satu ini. Kamu pasti salah paham dengan jawaban suami mu. Memang dia tidak peka, jadi kamu harus maklum dan banyak bersabar ya sayang."

Huufftt...

Zahra menarik nafas lega. Ternyata anak kecil itu hanya keponakan dari Zayn. Hampir saja Zahra menangis di saat itu juga jika kebenarannya anak perempuan itu benar-benar putri dari suaminya. Bayangkan saja jawaban sang suami yang ambigu membuat ia hampir saja salah paham.

Namun yang membuat hati Zahra hampir saja tercabik malah tak ada rasa bersalah sama sekali. Dengan wajah datarnya ia sama sekali tak meminta maaf dengan istrinya, benar-benar laki-laki berhati dingin. Namun Zahra yang memang belum mengenal bagaimana karakter dari suaminya masih memaklumi nya untuk saat ini. Akan memerlukan waktu yang lama untuk mereka saling mengenal dan menyesuaikan diri. dan Zahra seperti nya harus banyak bersabar kedepannya.

"Aunty, aunty pasti cantik."

Nayna beralih menatap mata indah Zahra. Seorang anak kecil saja tahu wanita yang menjadi Aunty nya itu adalah wanita yang sangat cantik, walaupun wajahnya tertutup oleh cadar. Zayn dan Karin sampai menatap Zahra karena Nayna mengatakan jika Zahra cantik.

"Terimakasih sayang, Nayna juga cantik sekali. Hhmm.. Memangnya Nayna bisa melihat wajah Aunty? Bukan kah Aunty pakai cadar?"

"Bisa dong, mata Aunty saja sangat cantik, Nayna suka melihat mata Aunty. Oh iya aunty, kenapa wajah Aunty di tutup?"

Pertanyaan polos dari anak kecil itu mampu membuat Zahra tersenyum. Sangat polos dan menggemaskan. Ingin rasanya Zahra mencubit pipi Nayna.

"Ini namanya cadar sayang. Fungsinya untuk membentengi diri perempuan muslimah dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya. Lebih tepatnya, agar laki-laki di luar sana tidak bisa memandangi aunty sesuka mereka."

"Mahram itu apa aunty?" apa Daddy Zyan boleh melihat wajah Aunty."

"Benar sekali sayang. Salah satu yang dikatakan mahram Aunty termasuk Daddy Zayn. Jadi Daddy Zayn boleh memandang wajah Aunty, tetapi tidak dengan lelaki lain.

Zahra menjelaskan dengan bahasa yang mudah di pahami oleh Nayna. Entah Nayna akan paham atau tidak. Yang pasti Nayna termasuk anak yang cukup cerdas dan aktif. jadi tidak terlalu sulit untuk memahami makna yang disampaikan oleh Zahra. Zayn sampai tertegun saat Zahra mengatakan jika ia menjaga dirinya dari pandangan lelaki yang bukan mahramnya, dan hanya suaminya yang boleh melihat wajahnya. apakah berarti ia begitu berharga sebagai suami Zahra? Begitu pikir Zayn.

"Kalau begitu, Nayna juga mau pakai cadar kalau sudah dewasa seperti Aunty."

Jawaban Nayna membuat Zahra tertawa kecil. Ia merasa gemas dengan anak berusia empat tahun itu. Sangat pintar dan cerdas, bahkan ia akan menanyakan kata yang tidak ia pahami. Zayn melirik kearah sang istri, ia bisa melihat jika Zahra kini tengah tertawa saat berbicara dengan keponakan nya itu. Namun kenapa dengan dirinya Zahra sangat dingin dan cuek, sama halnya dia dengan Zahra.

"Maaf ya Zahra jika Nayna banyak sekali pertanyaan nya. Tapi kata Nayna benar, kamu pasti cantik, terlihat dari mata kamu, sangat indah."

Karin ibu Nayna juga merasakan hal sama seperti putri. Zahra pasti sangat cantik. Zayn pun berkali-kali melirik ke arah Zahra. Namun ia tidak berani menatap lama istrinya itu.

"Masyaa Allah, terimakasih kak."

"Iya sayang. Oh iya, kakak kesana dulu ya, selamat untuk pernikahan kalian. Ayo nak, jangan di ganggu Daddy Zayn dan aunty Zahra. Nayna ikut bunda dulu ya."

"Iya bunda."

Akhirnya Nayna turun dari pelaminan bersama mamanya Karin. Ia bersalaman dengan Zayn dan Zahra sebelum pergi dari pelaminan tersebut. Zahra juga mencium gemas bocah berusia empat tahun itu.

Setelah rangkaian acara selesai, dan para tamu undangan telah pada pulang. Kini tinggal lah keluarga inti saja dikediaman Kiai Hanan. Zahra pun pamit kepada suaminya untuk kekamar mereka. Rasanya badan nya juga sudah sangat lengket dan gerah karena pakaian yang ia kenakan seharian ini.

"Mas, Zahra pamit ke kamar ya. Kamar kita mas tahu kan?"

"Iya, saya mau ngobrol dulu dengan Abi dan Papa."

"Baik mas."

Hanya itu saja obrolan mereka. Baik Zahra maupun Zayn, mereka masih sangat canggung sekali. Sedari tadi tidak ada obrolan antara pasangan pengantin baru itu. Mereka sama-sama bingung harus memulai dari mana.

Saat tiba dikamar, Zahra merasa sangat deg-degan. Ia memikirkan karena sekarang harus berbagi kamar dengan lelaki yang pastinya sudah sah menjadi suaminya itu. Apakah ia bisa melayani suaminya dengan baik dan memberikan hak suaminya nanti, jika Zayn meminta haknya. Zahrah bergidik ngeri saat sesuatu itu ia bayangkan.

"Ya ampun Zahra. Jangan mikir yang aneh-aneh deh. Wajar kan jika mas Zayn nanti meminta haknya. Ya sudahlah, aku jangan memikirkan hal itu dulu. Yang penting sekarang aku bersih-bersih terus shalat ashar. Waktu ashar juga sebentar lagi akan habis."

Zahra bergumam sendiri di dalam kamar pengantin itu. Ia merasa geli sendiri dengan pemikirannya. Dari pada banyak berfikir, Zahra memutuskan untuk membersihkan dirinya. Kurang lebih dua puluh menit, akhirnya Zahra menyelesaikan aktivitas nya di kamar mandi, dan segera mengambil air wudhu. Saat ia keluar dari kamar mandi, ia masih belum mendapati sang suami di kamar nya. Mungkin saja suaminya itu masih bersama Abah dan papanya, begitu pikir Zahra.

Zahra memakai mukenah nya, dan melaksanakan salat empat raka'at sore itu. Karena waktu magrib sebentar lagi, Zahra sengaja tak melepas mukenah nya, ia memuroja'ah hapalannya, hingga terdengar suara azan magrib berkumandang. Ia lanjut melaksanakan salat magrib tiga raka'at. Saat Zahra tengah shalat, Zayn memasuki kamar itu. Ia memandang wajah Zahra yang tengah melaksanakan shalat.

Deg!

"Kenapa jantungku berdebar begini saat melihat wajahnya, cantik. Nayna benar, Istriku benar-benar cantik. Zayn apa yang kamu pikirkan. Sudahlah, lebih baik aku mandi dulu."

Zayn memasuki kamar mandi, kurang lebih sepuluh menit ia telah menyelesaikan mandinya, dan mengambil pakaian nya yang masih tersimpan di dalam koper. Saat Zahra menyelesaikan shalat nya, ia lihat suaminya sudah rapi dan wangi. Ia mendekat ke arah zayn. Lalu mengulurkan tangannya untuk ia cium.

"Kenapa?"

Zayn bertanya, ia tidak mengerti. Zayn terbengong dan terpana saat melihat wajah cantik istrinya tepat di hadapannya kini. Hingga suara Zahra membuyarkan lamunannya.

"Aku mau salam, agar aku mendapatkan keridhoan dari suamiku."

Deg!

Lagi-lagi jantung Zayn berdegup kencang, kenapa saat ia menatap Zahra dan saat kulit mereka bersentuhan ia selalu saja berdebar. tidak mungkin kan ia sudah jatuh cinta, mana mungkin secepat itu. Ia menepis perasaan nya. Zayn pun mengulurkan tangannya untuk di salami oleh Zahra. Zahra meraih tangan suaminya dan mengecup nya dengan takzim.

...----------------...

...To Be Continued...

Terpopuler

Comments

Ainun Humaira

Ainun Humaira

Gas zayn, jangan buang-buang waktu. selagi sudah halal, hihi...

2023-10-11

3

Gagah Gue

Gagah Gue

Semoga sudah ada getaran cinta diantara mereka, nggak sabar agar junior Zayn dan zahra junior segera launching. hihi😁😁😁

2023-10-11

6

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Kesalahpahaman
2 Menjaga Pandangan
3 Ketampanan Seorang Zayn
4 Firasat
5 Pembatalan Pernikahan
6 Izinkan Aku Menikahinya
7 Bertemu Kawan Lama
8 Mahar
9 Gelisah
10 Hari Bahagia
11 Sudahkah Jatuh Cinta
12 Kewajiban Istri
13 Suami Dingin
14 Pindahan
15 Kulkas Dua Belas Pintu
16 Berdebar
17 Mode Galak
18 Zahraku
19 Cemburu
20 Pertemuan
21 Di Ajak Kenalan
22 Bertukar Nomor Handphone
23 Garis Keturunan
24 Suara Jeritan Nayna
25 Bidadari
26 Aktivitas Zahra dan Zayn
27 Perpustakaan
28 Maaf Untuk Adiva
29 Sayang
30 Ke Curug
31 Kembali Ke Kediaman Papa Azzam
32 Melakukan Kewajiban
33 Arumi Nasha Razetha
34 Pingsan
35 Di Izinkan Pulang
36 Sudah Ada Calon?
37 Oppa
38 Gadis Yang Baik
39 Mual dan Muntah
40 Rujak Mangga Muda
41 Memanjat Pohon Mangga
42 Pengumuman (Novel Penantian Kekasih Halal)
43 Dikejar Anjing
44 Garis Dua
45 Ingin Soto Medan
46 Mobil Mogok
47 Check Up
48 Saran Dokter
49 Salah Bicara
50 Kabar Bahagia
51 Tidak Mungkin
52 Sidang Kelulusan
53 Cafe Ala Resto & Pusat Oleh-oleh
54 Wisuda
55 Ke Mall
56 Kecewa
57 Acara Empat Bulanan
58 Kembalinya Arumi
59 Kembar Tiga
60 Ungkapan Perasaan Zayn
61 Pertimbangan Zayn
62 Meminta Izin
63 Kejutan Untuk Zahra
64 Rumah Minimalis Kaca
65 Ulah Neyna
66 Tasyakuran Rumah Baru
67 Setan
68 Jadilah Wanita Yang Berkelas
69 Manusia Ular Atau Manusia Rubah?
70 Hanya Karena Pisang Goreng
71 Sangat Di Hargai
72 Berpamitan Ke Pondok
73 Mentang-mentang Ada Pawangnya
74 Bertemu Ustadz Azlan
75 Memangnya Masih Boleh Shalat?
76 Dosen?
77 Mood Ibu Hamil
78 Pendarahan
79 Henti Jantung
80 Koma
81 Bangun Zahra
82 Ternyata Arumi & Adiva?
83 Kejang-Kejang
84 Zahra Sadar
85 Bingung Mau Kasih Judul Apa
86 Pengumuman (Kau Hanya Untukku)
87 Akhirnya Zahra Pulang
88 Pemberian Nama & Aqiqah
89 Kegiatan Abin & Ibun Di Pagi Hari
90 Rencana Arumi
91 Bukan Salah Adiva
92 Akhirnya Thian Sadar
93 Menunjukkan Perasaan
94 Rencana Perjodohan Gus Ashraf
95 Wedding Day (A & Z)
96 The End
97 Extra Part 1
98 Extra Part 2
99 Extra Part 3
100 Extra Part 4
101 Extra Part 5
102 Extra Part 6
103 Extra Part 7
104 Extra Part 8
105 Extra Part 9
106 Extra Part 10
107 Extra Part 11
108 Extra Part 12
109 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Sebuah Kesalahpahaman
2
Menjaga Pandangan
3
Ketampanan Seorang Zayn
4
Firasat
5
Pembatalan Pernikahan
6
Izinkan Aku Menikahinya
7
Bertemu Kawan Lama
8
Mahar
9
Gelisah
10
Hari Bahagia
11
Sudahkah Jatuh Cinta
12
Kewajiban Istri
13
Suami Dingin
14
Pindahan
15
Kulkas Dua Belas Pintu
16
Berdebar
17
Mode Galak
18
Zahraku
19
Cemburu
20
Pertemuan
21
Di Ajak Kenalan
22
Bertukar Nomor Handphone
23
Garis Keturunan
24
Suara Jeritan Nayna
25
Bidadari
26
Aktivitas Zahra dan Zayn
27
Perpustakaan
28
Maaf Untuk Adiva
29
Sayang
30
Ke Curug
31
Kembali Ke Kediaman Papa Azzam
32
Melakukan Kewajiban
33
Arumi Nasha Razetha
34
Pingsan
35
Di Izinkan Pulang
36
Sudah Ada Calon?
37
Oppa
38
Gadis Yang Baik
39
Mual dan Muntah
40
Rujak Mangga Muda
41
Memanjat Pohon Mangga
42
Pengumuman (Novel Penantian Kekasih Halal)
43
Dikejar Anjing
44
Garis Dua
45
Ingin Soto Medan
46
Mobil Mogok
47
Check Up
48
Saran Dokter
49
Salah Bicara
50
Kabar Bahagia
51
Tidak Mungkin
52
Sidang Kelulusan
53
Cafe Ala Resto & Pusat Oleh-oleh
54
Wisuda
55
Ke Mall
56
Kecewa
57
Acara Empat Bulanan
58
Kembalinya Arumi
59
Kembar Tiga
60
Ungkapan Perasaan Zayn
61
Pertimbangan Zayn
62
Meminta Izin
63
Kejutan Untuk Zahra
64
Rumah Minimalis Kaca
65
Ulah Neyna
66
Tasyakuran Rumah Baru
67
Setan
68
Jadilah Wanita Yang Berkelas
69
Manusia Ular Atau Manusia Rubah?
70
Hanya Karena Pisang Goreng
71
Sangat Di Hargai
72
Berpamitan Ke Pondok
73
Mentang-mentang Ada Pawangnya
74
Bertemu Ustadz Azlan
75
Memangnya Masih Boleh Shalat?
76
Dosen?
77
Mood Ibu Hamil
78
Pendarahan
79
Henti Jantung
80
Koma
81
Bangun Zahra
82
Ternyata Arumi & Adiva?
83
Kejang-Kejang
84
Zahra Sadar
85
Bingung Mau Kasih Judul Apa
86
Pengumuman (Kau Hanya Untukku)
87
Akhirnya Zahra Pulang
88
Pemberian Nama & Aqiqah
89
Kegiatan Abin & Ibun Di Pagi Hari
90
Rencana Arumi
91
Bukan Salah Adiva
92
Akhirnya Thian Sadar
93
Menunjukkan Perasaan
94
Rencana Perjodohan Gus Ashraf
95
Wedding Day (A & Z)
96
The End
97
Extra Part 1
98
Extra Part 2
99
Extra Part 3
100
Extra Part 4
101
Extra Part 5
102
Extra Part 6
103
Extra Part 7
104
Extra Part 8
105
Extra Part 9
106
Extra Part 10
107
Extra Part 11
108
Extra Part 12
109
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!