Setelah melakukan persiapan yang begitu mendadak dan merepotkan, akhirnya hari yang dinanti-nanti pun tiba.
Jumat dipilih untuk melangsungkan akad pernikahan. Tanggal 1 Juli 2022 menjadi tanggal paling baik bagi keduanya.
Dikarenakan tidak bisa menyewa gedung yang letaknya di dekat Gedung Sate karena suatu hal, akhirnya Niken dan Ardi sepakat untuk menggelar acara resepsinya di Bumi Samami.
Bumi Samami merupakan salah satu venue untuk pernikahan yang saat ini sedang naik daun. Di sini, kamu bisa menggelar acara pernikahan outdoor yang cukup luas dengan fasilitas beragam.
Bumi Samami beralamat di Jl. Terusan Cigadung No.15, Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.
Tempat ini dipilih karena sesuai dengan konsep pernikahan yang Niken inginkan, sekaligus tidak terlalu lama untuk mempersiapkannya.
Tamu yang hadir pun sangat beragam. Mulai dari pejabat tinggi yang ada di Bandung dan Jakarta, kolagen-kolagen yang telah lama bekerja sama dengan perusahaan AP Grup, sisanya datang dari teman-teman Niken.
Niken masih berada di ruangannya, sedangkan Ardi berada di ruangan terpisah. Sengaja keduanya dipisahkan agar cinta mereka semakin erat.
Tanpa berlama-lama lagi, setelah semuanya siap. Niken pun segera diantarkan menuju tempat yang akan menjadi sakti terikrarnya janji suci mereka.
Mita yang mendampingi langsung Niken, tidak kuasa untuk menahan air matanya. Sekama tiga puluh tahun dia merawat dan membesarkan Niken, akhirnya hari ini Niken akan pergi dari rumah dan hidup bersama suaminya.
Tanggung jawabnya menjaga Niken telah selesai, setelah ini Ardi yang bertanggung jawab menjaga Niken.
Semua tamu undangan yang hadir tampak antusias saat Niken mulai menunjukkan dirinya. Biarpun Niken lahir di Jakarta, tetapi dia ingin saat menikah menggunakan adat Sunda dan semuanya terwujudkan sekarang.
Niken berjalan perlahan-lahan. Dia begitu cantik dan menawan dengan balutan gaun pengantin khas Sunda. Dia berjalan melewati para tamu undangan. Ardi di sana sudah menunggunya dengan perasaan campur aduk.
Dia mengelah napas dari waktu ke waktu. Keringat terus bergelayut manja di wajahnya, sehingga membuat dandanannya memudar.
Hal yang semakin membuat Ardi gugup adalah, cara pernikahan ini diliput langsung oleh beberapa stasiun televisi. Dengan begitu, wajahnya akan dengan mudah dikenali oleh para desa tempat di mana Ardi tinggal. Ada kemungkinan juga, orang tuanya melihat dia di televisi sekarang. Entahlah, Ardi pun tidak bisa memastikannya.
Niken terus mengumbar senyuman pada tamu undangan, "Terima kasih. Terima kasih." Sesekali dia menyapa mereka walau hanya sekedar berkata terima kasih.
Niken pun akhirnya sampai di panggung kecil yang telah disediakan untuk acara akad-nya. Penghulu pun sudah hadir di sana. Kini hanya tinggal menunggu kedatangan Niken saja.
Niken pun akhirnya duduk, sengaja tempat duduknya terpisah dengan Ardi. Nanti setelah sah barulah Niken bisa bersanding dengan Ardi.
"Apakah sudah bisa dimulai?" tanya Penghulu pada Bambang Adi Atmaja, selaku wali nikah untuk Niken dan juga Ardi, yang tidak lain adalah calon suami Niken.
Keduanya mengangguk di waktu hampir bersamaan. "Kalau begitu dengan mengucap Bismillah. Mari kita mulai acaranya," pinta Penghulu itu.
Semua tamu undangan pun hening, tidak ada yang tidak memandang ke panggung. Mereka mengabadikan momen tersebut dengan menggunakan kamera ponsel dan lain-lainnya.
Tim photography yang disewa Niken mulai siap mengambil gambar, mulai dari tamu undangan dan tentunya sang calon pengantin.
"Silahkan Pak Bambang," pinta Penghulu itu. Setelah proses sebelum ijab Kabul selesai dilaksanakan, kini saatnya Ardi mengucap janji suci pernikahannya.
Semua pasang mata menahan napas karena ini menjadi momen yang hanya akan datang satu kali seumur hidup. Jadi tidak boleh ada main-main.
Bambang pun mengulurkan tangannya dan Ardi segera menjabat tangan ayah mertuanya dengan mantap.
Setelah mengucap Bismillah, Bambang pun mulai mengucap ijab Kabul-nya. "Ananda Muhammad Ardi Bagaskara bin Agus Bagaskara. Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kami, Niken Angelista Atmaja binti Bambang Adi Atmaja, dengan maskawin uang tunai 22 ribu 500 rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
"Saya terima dan kawinnya Niken Angelista Atmaja binti Bambang Adi Atmaja dengan maskawin uang tunai 22 ribu 500 rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar Tunai!"
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya Penghulu.
"Sah..." Para saksi pun menyatakan ijab Kabul ini sah. " Alhamdulillah ..." Selanjutnya Penghulu memimpin doa bersama dan para tamu undangan pun ikut berdoa.
Doa pun selesai. Ardi mengucapkan ijab Kabul-nya dengan satu kali tarikan napas, hal tersebut membuat seluruh pasang mata menjadi takjub. Mereka menahan napas saat Ardi mengucap janji sucinya.
Setelah itu barulah mereka bernapas lega, dan begitu juga dengan Niken dan Ardi. Kedua insan yang baru mengenal beberapa hari itu akhirnya telah resmi menjadi suami istri secara hukum dan agama.
Mita yang mendampingi Niken pun tidak lagi bisa menahan rasa harunya karena akhirnya Niken telah resmi menjadi istri dari pria bernama Ardi.
Mita menitihkan air mata, dan mencoba menghapusnya dengan tisu. "Selamat sayang. Sekarang kamu telah resmi menjadi istri dari Ardi."
Mita mengecup kening Niken. Perasannya campur aduk sekarang, tetapi dia lega karena acara ini berjalan lancar.
Ardi pun sedang menandatangani buku nikah. Niken pun dibawa untuk mendekat. Dia lebih dulu mencium punggung tangan Ardi, sebagai tanda baktinya pada Ardi yang kini telah sah menjadi suaminya.
Penghulu pun meminta Niken untuk menandatangani buku nikahnya. Bambang yang duduk bersebrangan, menatap lekat penuh keharuan. Setelah berdebat hampir setiap hari, akhirnya Niken menikah juga dengan pilihannya.
Dia hanya bisa berdoa, semoga rumah tangga yang dibina Niken dan Ardi langgeng sampai maut memisahkan. Tentunya memberi banyak cucu untuknya dan juga Mita.
Setelah proses tanda tangan selesai, Niken dan Ardi saling memakaikan cincin pengantin di jari pasangan.
Momen yang sebelumnya Ardi harapkan bersama Melati, nyatanya dilakukannya bersama Niken. Wanita yang seminggu lalu dikenalnya.
Jodoh memang tidak ada yang tahu. Ardi menjalin hubungan pacaran dengan Melati selama tiga tahun. Namun, hubungan tersebut kandas saat selangkah lagi ijab Kabul akan diucapkan. Berbeda dengan Niken. Baru saja mengenalnya, tetapi semuanya terjadi seolah telah diatur oleh-Nya. Membuktikan skenario yang dimiliki Allah lebih indah dari skenario yang dibuat manusia.
Setelah memasang cincin pernikahan, acara selanjutnya pun dimulai. Yaitu resepsi pernikahan. Bukan hanya tamu undangan saja yang sudah menantikan, tetapi Ardi dan Niken sama-sama tidak sabar menerima hadiah dari para tamu.
Satu demi satu, tamu undangan memberikan ucapan selamat untuk pasangan yang sedang berbahagia itu.
Ada dari mereka yang berbisik nakal pada Niken, "Awas loh. Jangan galak-galak sama suami, apa lagi malam pertama."
Saat kata 'Malam Pertama' disebut, seketika bulu kuduk Niken berdiri semua. Tentunya saja malam pertama itu ada dan Niken sungguh melupakannya.
Dia melirik Ardi dan begitu juga dengan Ardi. Niken berpikir, entah apa yang Ardi pikirkan sekarang? Mungkinkah dia sedang memikirkan tentang malam pertama, yang pastinya harus mereka lakukan nanti.
Membayangkan malam pertama membuat Niken bergidik. Ardi pun tekekeh saat melihat istrinya yang tersipu malu.
Sebenarnya bukan hanya Niken yang merasa demikian, tetapi Ardi pun merasa geli saat membayangkan malam pertama yang harus dia habiskan bersama Niken.
Bukan hanya malam pertama saja, tetapi ada malam-malam berikutnya yang harus dia lalui bersama Niken.
***
Bagaimana malam pertama Ardi dan Niken nanti? Lalu, kehidupan apa yang akan terjadi selanjutnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments